Rendezvous bag 19 by Sally Diandra. Keesokan harinya Jodha sudah kembali bekerja dirumah Jalal, untuk memastikan ruangan lain yang belum selesai terutama bagian pagar yang mengelilingi rumah Jalal, rupanya Jalal lebih suka bila rumahnya tertutup oleh pagar ketimbang terbuka seperti rumah rumah lainnya dikompleks perumahan ini, setelah cukup lama memperhatikan tukang tukang yang sedang menggarap pagar, Jodha masuk kedalam rumah untuk melihat ruang permainan yang dibuat oleh Raavi kemaren, Jalal memang sedikit eksentrik, selain maniak film, Jalal juga termasuk orang yang gila dengan permainan, permainan apa saja dia suka, dari video game, billiard, catur, scrabble, kartu dan masih banyak lagi. Jalal sengaja mengosongi satu ruangan itu untuk digunakannya sebagai ruang permainan, ketika Jodha memasuki ruangan tersebut, ruangan itu memang agak lain dari ruangan yang lain karena disatu sisi ada gambar peta dunia lengkap dengan 5 benua yang berwarna hijau dilatarbelakangi warna air yang biru, sedangkan disisi dinding satunya gambar tata surya dengan 9 planet plus matahari dan bulan dengan lintasan orbitnya, lukisan didinding itu benar benar terlihat seperti nyata “Teman Raavi memang berbakat, lukisannya halus dan kelihatan nyata” Jodha mengagumi lukisan didinding yang dibuat oleh salah satu teman Raavi, ketika sedang asyik menikmati lukisan dinding tersebut sambil mengitari ruangan, tiba tiba ponsel yang digenggamnya berbunyi, dilihatnya nama Jalal tertera disana “Yaaa …”, “Kamu lebih suka warna apa ? Dari sekian warna pelangi, mana yang lebih kamu suka ?” tanpa ba bi bu tiba tiba Jalal langsung menanyakan warna kesukaannya “Maksudmu ?” Jodha bingung dengan pertanyaan Jalal “Yaa aku kan cuma nanya, kamu suka dengan warna apa ?” Jodha merasa semakin aneh “Kamu ini bukannya ngurusi klienmu disana tapi malah bertanya soal warna” Jodha tiba tiba merasa kesal dengan Jalal “Yaa … tiba tiba saja aku teringat akan warna dan aku mau tau apa warna kesukaanmu ?” ujar Jalal dengan nada tidak berdosa “Dasar aneh !” Jodha segera menutup ponselnya.
Suara ponsel Jodha terdengar lagi “Jodha, kenapa kamu tutup telfonnya ? kamu belum menjawab pertanyaanku” Jodha benar benar merasa kesal dengan pertanyaan Jalal yang mulai menggodanya “Kamu ini sedang bersama klienmu kan ? Kenapa kamu malah bertanya soal warna ?”, “Yaa, aku cuma mau tahu saja ? Kenapa sih kamu sulit menjawabnya ?” Jodha menghela nafas panjang “Okeee … aku suka warna coklat, hijau lumut, orange dan merah” Jodha akhirnya menyerah juga dengan pertanyaan Jalal “Bagus, aku catat … coklat mungkin bagus untuk ruang tamu, hijau lumut, orange dan merah, pilihan yang menarik”, “Maksudmu ?”, “Besok sabtu kita belanja furniture, sayang” Jodha membelalakkan mata “Jadi kamu saat ini bukannya ngurusin klienmu malah mikirin perabot yang mau kamu beli ?”, “Bu ….” suara ponsel kembali ditutup, belum sempat Jalal menjelaskan, Jodha sudah menutup ponselnya, suara ponsel kembali terdengar, dilihatnya nama Jalal kembali tertera disana “Apa masih ada yang kurang ? Kan tadi aku sudah menjawab pertanyaanmu, masih kurang ?”, “Aku kan belum selesai bicara tadi, kenapa kamu tutup lagi ponselnya ?”, “Ya abis kamu nanya pada saat yang tidak tepat, tuan Jalal … kalau aku jadi klienmu, aku akan sangat keberatan karena kamu tidak mempedulikan aku, kamu malah terus memikirkan tentang warna warna perabotan yang mau kamu beli, apa kamu nggak bisa menghargai sedikit bagaimana perasaan klienmu ?” Jodha nyecoros terus panjang lebar dengan kesal terhadap Jalal.
“Tapi Jodha, aku baru ketemu dengan mereka lagi nanti siang, saat ini aku sedang berada dikamar hotel, memikirkan kamu dan tiba tiba aku teringat apa warna kesukaanmu, kamu nggak percaya ?” kembali suara ponsel ditutup, kali ini Jodha yang bingung karena Jalal tiba tiba mematikan ponselnya dan tiba tiba sebuah gambar masuk ke ponselnya, ketika dibukanya gambar tersebut, Jodha melihat gambar Jalal yang sedang foto selfie diatas sebuah tempat tidur dengan posisi tidur terlentang dengan senyum killernya yang manyun, Jodha segera memencet nomer telfon Jalal, terdengar suara ponsel diangkat tapi tidak ada suara, Jodha jadi nggak enak sama Jalal “Maaf … aku kira kamu lagi sama klienmu, makanya aku marah tadi, aku minta maaf” Jodha tidak mendengar suara Jalal tapi Jodha tahu kalau Jalal mendengarkan suaranya “Jalal … hallo … kamu disana kan ? hallo … kok kamu diam aja sih ?” tetap tidak terdengar suara Jalal “Kamu tahu saat ini aku sedang ada diruang permainanmu, ternyata lukisan teman Raavi bagus juga, gambar yang kamu pilih juga bagus, mengingatkan betapa kecilnya kita dimuka bumi ini tapi juga bisa menjadi pelajaran buat siapa saja yang datang ke ruangan ini terutama lagi buat anak anakmu kelak”, “Anak anak kita” Jalal segera memotong ucapan Jodha “Apa ? Maksudmu ?” Jodha senang akhirnya Jalal mau bicara “Aku kangen sama kamu” Jodha hanya bisa menghela nafasnya dalam.
“Kok jadi serius gini sih ? Smileeeee … Lagian siapa juga yang kangen sama cewek judes n galak macam kamu” tawa Jalal kali ini meledak, Jodha merasa dipermainkan oleh Jalal “Dasar ! Freak ! Aku nggak mau ngomong lagi sama kamu !”, “Fine ! Aku juga nggak mau ngomong lagi sama kamu !”, “Fine, oke !” Jalal masih terus tertawa sementara Jodha segera menutup ponselnya tak berapa lama kemudian suara ponsel Jodha tedengar lagi, Jodha yakin itu dari Jalal, Jodha segera menyambar ponselnya tanpa melihat siapa yang menelfon “Mau apa lagi ?!” Jodha langsung bersuara dengan nada tinggi “Heiii ! Ye marah sama saposeee ? Ini I Reesham Khan !” suara Reesham terdengar diujung sana “Oh maaf miss Reesham, aku kira tadi temanku yang menelfon, ada apa miss ?”, “Biasanya sampai jam berapa kamu dirumah Jalal ?” Reesham langsung to the point mengutarakan niatnya “Biasanya aku pulang antara jam 4 atau 5 sore, kenapa ?”, “Bagus ! Kalau begitu sepulang dari rumah Jalal nanti kamu langsung ke butik I yaa … I tunggu disindang ! Ye bisa kan ?” kedua bola mata Jodha berbinar terang “Oke, aku akan kesana, thanks miss Reesham”, “Aaah ini bukan seberapa, I cuma pengin liat Ye pose itu seperti apa” Jodha sangat senang mendengarnya “I tunggu Ye nanti ya, see you” suara Reesham menghilang bersama dengan matinya ponsel, sesaat Jodha terdiam sambil memandangi ponselnya, dipandanginya ponselnya cukup lama namun Jalal tidak menelfon kembali, entah mengapa Jodha tiba tiba merasa kangen dengan gurauan Jalal yang suka sekali menggodanya, Jalal memang suka sekali usil terhadap Jodha tapi Jodha sudah merasa kebal dan tidak mudah tergoda oleh rayuan mautnya.
Sore harinya Jodha berada di butik Reesham Khan “Akhirnya Ye datang juga, Jodha” Reesham Khan langsung menyambut Jodha dengan ciuman pipi kiri pipi kanan “Apakah aku telat, miss Reesham ?” Reesham Khan menggeleng sambil tersenyum “Nggak … yuuuk, aku kenalin Ye sama pengarah gaya and fotograferku, yuuk cuzzz” mereka berdua segera menuju kelantai atas, begitu sampai diatas Jodha sudah disambut oleh Bella sang pengarah gaya dan Kevin seorang bule Perancis sang fotografer “Jodha kenalkan ini Bella pengarah gayaku dan ini Kevin fotografernya” Jodha segera menyalami mereka berdua “Karakter wajahnya cukup kuat, apalagi rambutnya juga bagus, aku yakin kamu bisa masuk ke industri entertainment, Jodha” Bella menatap Jodha dari ujung rambut sampai ujung kaki sambil memegang dagu Jodha “Bener kan cyiiin … apa I bilang ni cewek oke kan ? I pengin dia pake baju baju rancangan I buat portofolio desain rancangan I yang baru, nanti Ye arahin gayanya ya” Reesham Khan tersenyum lebar memuji kecantikan Jodha “Oke kalau begitu biar dia di make up dulu, Vinrana tolong make up !” Vinrana sang make up artist bergegas mengajak Jodha untuk dimake over, setelah semua selesai Bella langsung mengarahkan gaya yang pas untuk Jodha dengan gaun rancangan Reesham Khan. Hari sudah malam sekitar pukul 10, ketika sesi foto yang Jodha ikuti selesai sudah, setelah take foto berkali kali dengan berbagai macam gaya yang diarahkan oleh Bella, akhirnya Jodha bisa pulang, Jodha memang murid yang cerdas dengan sedikit arahan dari Bella, Jodha bisa mengekspresikan berbagai macam gaya yang diinginkan oleh Bella dan Reesham.
“It’s perfect ! Numero uno ! I like it, Jodha” ujar Kevin setelah selesai mengambil berbagai macam angel wajah Jodha “Terima kasih, kalian terlalu berlebih lebihan, aku mungkin harus belajar lebih banyak lagi !”, “It’s okay, bisa dipelajari, yang jelas kamu sudah punya modal !” Kevin mencoba memberikan motivasi ke Jodha “Iyaa, terima kasih, hari sudah malam, aku harus pulang dulu”, “Kok buru buru sih ? Kan masih sore, Jo” Bella ikut menimpali pembicaraan mereka “Aku harus pulang karena besok pagi aku harus bekerja lagi”, “Ya sudah kalau Ye mau pulang, lebih baik Ye diantar sama supir I aja kan sudah malam bingiiit, nggak takut naik motor sendirian ? Nanti kalau ketemu sama para pembegal gimana ?” Reesham Khan menawarkan tumpangannya ke Jodha “Atau bagaimana kalau sama aku saja ? Aku akan antar kamu sampai kerumah, bagaimana ?”, “Oh iya sama Kevin aja, besok pagi motor Ye bisa diambil disindang, yuuuk cap cuzzzz cyiiin” mau tak mau akhirnya Jodha menerima tawaran Kevin untuk mengantarnya pulang malam itu.
Begitu sampai dirumah Jodha mengucapkan terima kasih ke Kevin “Bonne nuit” Jodha tidak tahu apa yang dikatakan Kevin “Maksud saya selamat malam” Kevin mencoba menjelaskan “Ooh oke bonne nuit, thanks untuk tumpangannya, see you” ujar Jodha sambil keluar dari mobil “Je suis content de vous revoir” balas Kevin, Jodha merunduk dikaca mobil ketika sudah berada diluar “Apa lagi itu ?”, “I’m glad to see you again, itu artinya, oh ya … bolehkah aku mengajak kamu makan siang besok ?” Jodha hanya tersenyum “Makan siang ? Mungkin lain waktu ya, karena aku sangat sibuk beberapa hari ini, terima kasih untuk tawarannya, selamat malam” Jodha bergegas masuk kedalam rumah, Jodha sengaja menghindari pertanyaan pertanyaan Kevin selanjutnya, sementara Kevin hanya bisa manyun didalam mobil dan beberapa saat kemudian melarikan mobilnya menembus kegelapan malam. Rendezvous bag 20 by Sally Diandra