Rendezvous bag 21 by Sally Diandra. Euforia kemenangan di keluarga Jodha masih membuat ayahnya tersenyum senang, tiba tiba ponsel Jodha berdering, dilihatnya ada sms dari Jalal “Instingnya memang tajam, tau saja kalau saat ini aku sedang memikirkannya, tiba tiba smsnya muncul” bathin Jodha dalam hati, Jodha segera membaca sms yang dikirimkan Jalal “Besok pagi jangan lupa belanja bahan makanan dan sayuran untuk steak, aku mau bikin pesta barbekyu bareng para tukang dan istrinya, nggak usah beli daging, aku sudah membelinya, besok aku akan masak untuk mereka, untuk minumnya buatkan squash orange atau lemon, jangan lupa beli lemon plus beberapa buah buahan, uangnya masih ada atau sudah habis ? Kalau habis kirim nomer rekeningmu, biar aku transfer sekarang” Jodha baru sadar kalau besok adalah hari sabtu, tentu saja Jalal punya banyak waktu luang untuk menghabiskan weekend bersama para tukang, apalagi rumahnya juga sudah selesai direnovasi, jadi Jalal ingin memberikan sedikit ucapan terima kasih untuk para tukang dengan memasakkan makanan untuk mereka sekaligus farewell party untuk para tukang, Jodha segera membalas sms Jalal “Oke, besok aku akan ke pasar, uangnya masih ada” tak berapa lama Jalal membalas smsnya kembali “Oke, see you tomorrow, jangan lupa bawa baju renang” kata kata Jalal di smsnya terakhir membuat Jodha jengah “Kenapa sih suka banget nyuruh bawa baju berenang ?” Jodha teringat ketika diacara weekend bersama keluarga Jalal tempo hari, Jodha juga tidak ikut turun ke kolam renang, Jodha hanya memperhatikan dari atas saja bersama pak Humayun dan bu Hamida, sementara Jalal dan saudara saudaranya juga Rukayah nampak asyik bermain air disana, Jodha merasa risih bila harus memakai baju berenang didepan Jalal, sebenarnya renang adalah olahraga favouritenya, hanya saja Jodha tidak pernah berenang ditempat umum, sejak dulu Jodha suka sekali berenang dikolam renang khusus wanita, karena kebetulan juga Jodha ikut bergabung dengan klub tersebut, jadi Jodha merasa aman bila berenang disana.
Keesokan harinya, setelah selesai belanja semua kebutuhan makanan yang akan Jalal masak, Jodha segera meluncur ke rumah Jalal, sesampainya disana, Jodha langsung masuk melalui pintu garasi yang terbuka sebagian, mobil BMW hitam Jalal sudah terparkir disana, begitu menyusuri halaman samping yang langsung tembus ke kolam renang, Jodha melihat para tukang sedang memasang tenda sebagai tempat berteduh untuk pesta barbekyu mereka sedangkan istri istri mereka sedang duduk duduk ditepi kolam renang Jalal, mereka tampak tertawa bahagia, Jodha senang melihatnya karena setelah sekian lama mereka mengerjakan rumah Jalal akhirnya mereka bisa bersenang senang selama sehari penuh dan sang tuan rumah sedang asyik didapur “Nona Jodha ! Kemarilah !” salah satu tukang memanggil nama Jodha mengajaknya untuk bergabung, Jodha hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya “Kamu sudah datang rupanya, sudah dapat semua kebutuhanku ?” Jodha hanya mengangguk sambil meletakkan dua tas kresek besar dimeja tengah dapur, dengan sigap Jalal segera membongkar tas belanjaan Jodha dan memilah milah bahan makanan yang akan dia gunakan “Waktu kita hanya 1 setengah jam untuk memasak, aku tidak ingin mereka menunggu lama” Jodha hanya bisa diam sambil terus memperhatikan Jalal yang mulai mencuci sayuran yang akan digunakan, sebenarnya begitu datang tadi Jodha ingin mengucapkan terima kasih ke Jalal atas bantuannya mengatasi finansial ayahnya tapi rasanya Jalal tidak peduli, Jalal asyik dengan bahan makanan tersebut ketimbang ngobrol dengan Jodha.
“Kenapa kamu diam ? Ayoo bekerja !” ucapan Jalal membuyar lamunan Jodha, Jodha segera berbaur membantu Jalal membuat salad buah dan sayuran seperti yang diperintahkan Jalal, sementara Jalal mulai merebus wortel, buncis dan jagung manis dalam setiap panci stainless di empat kompor gasnya, satu kompor digunakan Jalal untuk membuat saus barbekyu, Jodha mengamati semua gerakan Jalal yang serba cepat, cermat dan sistematis, Jalal kelihatan sangat cekatan dan efisien menggunakan empat kompornya, setelah selesai membuat salad, Jodha memotong motong lemon yang mau dibuat squash, diperasnya lemon itu satu per satu lalu ditambahkan gula pasir cair dan soda bening plus es batu, setelah selesai diaduk, dimasukannya teko kaca yang berisi squash lemonnya itu kedalam lemari es. Jalal tidak banyak bicara, dirinya terus konsen ke masakan yang sedang dibuatnya sekarang, setelah selesai meniriskan sayurannya, Jalal mulai membuat dressing dengan memblender semua bahan yang digunakannya, setelah selesai, Jalal segera mencelupkan jarinya kedalam adonan dan memasukkannya ke dalam mulut untuk mencicipi rasanya. Jantung Jodha tiba tiba berdebar kacau ketika melihat Jalal mencicipinya adonan buatannya.
“Kenapa ?” Jalal segera membuyarkan tatapan Jodha kearahnya yang melihatnya sambil melongo “Hhhh … nggak papa” Jodha jadi salah tingkah didepan Jalal “Mau ?” Jalal kembali mencelupkan jari satunya ke adonan dan mengarahkannya ke Jodha, Jodha hanya menggeleng “Ayoolah tidak apa apa, sekalian kamu rasakan, kurang apa adonanku ini ? Ayoo” Jalal terus memaksa Jodha untuk mengulum jarinya itu, akhirnya pertahan Jodha habis, Jodha merasakan jari Jalal yang berisi adonan dressing “Bagaimana ? Kurang apa ?” Jalal tersenyum nakal “Pas ! Enak !” puji Jodha dengan senyum masamnya “Good ! Sekarang tinggal finishing” Jalal segera menyiramkan dressing ke mangkok saus yang sudah disediakannya “Kamu bisa membersihkan dapur kan ? Aku akan memanggang dagingnya dulu disana” Jalal segera berjalan menuju ke pool cabana tempat memanggang barbekyu disebelah kolam renang, para tukang ikut berbaur bersamanya begitu Jalal sampai disana. Ketika Jalal dan para suami sedang membolak balik daging steik, para istri meminta ijin pada Jalal untuk melihat lihat isi rumah Jalal, Jalalpun mengijinkan, dengan ditemani Jodha para istri tukang ini mulai berkeliling melihat lihat isi rumah Jalal “Bagaimana rasanya bekerja untuk orang setampan tuan Jalal, Jodha ?” salah satu istri tukang mencoba bertanya pada Jodha, Jodha menghela nafas “Hhhh … yaaa agak susah juga karena orangnya sangat detail dan perfeksionis” sebenarnya Jodha ingin berkata demikian tapi rasanya tidak pantas menjelek jelekkan orang sebaik Jalal didepan orang lain “Majikanku itu baik, dia sangat murah hati” ujar Jodha sambil mengantar mereka berkeliling “Waah kalau begitu kamu dapat pangket lengkap, Jodha” salah satu istri tukang yang lain ikut menimpali, Jodha hanya tersenyum ke arah mereka.
Setelah selesai berkeliling rumah Jalal, para istri tukang mulai melepas baju mereka diruang ganti kemudian satu per satu menceburkan diri kedalam kolam renang diikuti oleh suami mereka masing masing, sementara Jalal yang saat itu sudah selesai memanggang daging steik setengah matang, segera melepas kaos dan celana bermuda selututnya hingga tersisa celana renangnya yang berwarna hitam dan langsung menceburkan dirinya ke dalam kolam renang dan bergabung dengan para tukang dan istrinya, sedangkan Jodha hanya melihatnya dari dalam dapur “Jodha bergabunglah ! Ayooo kemari !” teriakan Jalal yang penuh tuntutan membuat Jodha merinding, Jodha tidak ingin menonjolkan dirinya didepan Jalal apalagi didepan para tukang, tiba tiba Jalal keluar dari dalam kolam renang dan berjalan menuju dapur “Kenapa kamu selalu menolak kalau aku minta untuk berenang bersama ? Ada apa denganmu ?” jantung Jodha melonjak berhadapan dengan sesosok tubuh pria yang mempesona dengan air yang menetes ditubuhnya dan memancarkan energi liar yang menimbulkan getaran aneh diseluruh tubuh Jodha “Aku nggak papa, aku hanya nggak bisa berenang” Jodha asal saja menjawab pertanyaan Jalal “Tidak mungkin kamu tidak bisa berenang, bahumu itu bahu perenang, kamu pasti bisa berenang !” Jodha menggelengkan kepala ketika Jalal hendak menggeret lengannya “Oke oke, aku memang bisa berenang tapi sayangnya aku nggak bawa baju berenang, so pleaseee … jangan suruh aku berenang dengan baju seperti ini” ujar Jodha sambil mempertontonkan bajunya yang cuma mengenakan kaos longgar dan celana kulot selutut.
Jalal segera menghempaskan tangan Jodha dan berlari kembali menceburkan dirinya dikolam renang, setelah puas berenang, Jalal dan para tukang juga istri mereka mulai menikmati makan siang buatan Jalal, Jalal kembali memanggang steik dagingnya hingga well done tingkat kematangannya, mereka benar benar puas menikmati pesta kecil yang dibuat Jalal hari itu. Setelah jam 4 sore akhirnya pesta usai, satu per satu para tukang dan istrinya mulai pulang kerumah mereka masing masing, Jalal yang saat itu hanya mengenakan kimono handuk mengantarkan para tukang hingga ke pintu depan bersama Jodha, setelah semua tukang sudah pulang, Jalal langsung menatap kearah Jodha, Jodha memandangnya dengan pandangan curiga dan dengan sekejap tiba tiba Jalal mengangkat Jodha kemudian membopongnya dibahunya yang kekar seperti menggotong karung beras dan membawanya kebelakang setelah lebih dulu mengunci pintu depan “Heiii … apa yang kamu lakukan ? Jalal turunkan aku ! Turunkan aku, Jalal !” Jodha berteriak teriak memberontak berusaha membebaskan dirinya dari cengkraman Jalal, namun tangan Jalal yang kuat segera mengunci kaki Jodha sehingga Jodha sudah tidak bisa menggerakkan kakinya atau bahkan menendang perut Jalal “Aku akan membawamu ke guaku !”, “Dasar manusia gua ! Turunkan aku manusia purbalaka !” Jodha terus memberontak apalagi ketika Jalal membawanya masuk kedalam kolam renang dan membenamkan dirinya didalam kolam “Dari tadi kamu menolak untuk berenang, sekarang saatnya kamu harus berenang, nona Jodha … ini adalah hukumanmu !” sesaat Jodha tenggelam didalam kolam namun dengan cepat Jodha bisa menguasai dirinya dan menyembul diatas air, kakinya mengepak ngepak dibawah air menuju ke tempat yang lebih dangkal, Jalal segera mengejarnya.
“Aku tahu kalau aku memang telah kalah, tuan Jalal … kamu sudah memenangkan aku, aku sangat berterima kasih untuk bantuanmu ke ayahku, kamu memang berhak memperlakukan aku semaumu” Jalal segera memeluk Jodha dari belakang dan melingkarkan lengannya dipinggang Jodha “Aku tidak memenangkan kamu, Jodha … aku hanya mendapatkan waktu bersamamu, itu sama sekali berbeda, ini bukan permainan” Jalal membisikkan kata katanya ditelinga Jodha, perlahan Jalal membalikkan tubuh Jodha, Jodha hanya bisa pasrah dengan perlakuan Jalal terhadap dirinya karena bagaimanapun juga Jodha sudah berjanji bahwa jika Jalal bisa membantu masalah finansial ayahnya, maka dirinya adalah sepenuhnya milik Jalal, janji adalah hutang, Jodha harus membayar hutang tersebut. Sistem saraf Jodha menjadi ruwet ketika Jalal telah berada tepat didepannya, air kolam yang dingin sore itu tidak membuat badan Jodha menggigil, tubuhnya malah mulai panas, Jalal membelai wajah Jodha dengan lembut, disapunya bibir Jodha yang mungil dengan tangannya, Jodha memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya, Jalal melihat kepasrahan Jodha sebagai tanda setuju atas tindakannya, secara perlahan Jalal langsung menyapukan lidahnya kebibir Jodha, Jodha hanya diam namun bibirnya bergetar dan dingin karena peka, tanpa menunggu aba aba Jalal segera menciumi Jodha dengan hasratnya yang menggebu gebu, membuat Jodha merespon sama bergairahnya, Jodha sudah tidak mampu lagi menahan dirinya.
Perpisahannya dengan Jalal selama 6 minggu telah membuat dirinya sangat merindukan kehadiran laki laki ini, entah mengapa otak warasnya tiba tiba lenyap begitu saja, tubuhnya selaras dengan pria didepannya ini, Jodha sangat ingin menikmati pria ini seutuhnya, namun ketika Jodha hendak melingkarkan lengannya dileher Jalal, Jalal segera melepaskan tangannya dan tautan bibirnya dibibir Jodha, Jodha kaget, apalagi ketika Jalal tiba tiba menjauh darinya dan keluar dari kolam renang menuju ke dapur dan kembali dengan sepotong kue black forest coklat ukuran mini. Jalal duduk ditepi kolam renang dimana Jodha juga duduk disana “Makanlah ini, aku sengaja membuatkannya untukmu” sesaat Jodha tertegun “Kue apa ini ? Aku kan nggak ulang tahun” Jalal tersenyum nakal disebelahnya “Kue selamat untuk kemenangan ayahmu”, “Apakah aku harus menghabiskan semuanya ? Yaa walaupun ukurannya kecil tapi kue ini cukup mengenyangkan, sedangkan perutku sudah kenyang tadi” Jalal segera menyuapkan kue itu ke Jodha “Nanti aku bantu menghabiskan, ayo makan, cicipi bagaimana rasanya ?” Jodha segera memakan kue bikinan Jalal “Hmm … enak, kamu ternyata pintar juga bikin roti” ujar Jodha sambil menyuapkan potongan berikutnya ke Jalal “Menurutmu kurang apa ? Aku baru belajarnya semalam jadi hanya aku buat dalam ukuran mini”, “Enak kok, apalagi untuk seorang pemula seperti kamu, aku acungi 4 jempol” ujar Jodha sambil mengacungkan kedua jempolnya kearah Jalal.
Tiba tiba Jalal seperti menggigit sesuatu dimulutnya, membuat mulutnya terdiam tidak bisa bicara, Jodha merasa aneh dengan ulah Jalal “Kenapa ? Kamu kenapa ?”, “Uhmm … Uhmm” cuma suara itu saja yang keluar dari Jalal sambil menunjuk bibirnya kemudian ke bibir Jodha “Maksudmu ?” secepat kilat Jalal segera mendaratkan ciumannya kebibir Jodha, Jodha terperangah karena dirasakannya Jalal memberikan sesuatu melalui bibirnya, Jodha langsung mengambil benda itu dari mulutnya setelah Jalal melepaskan tautannya, dilihatnya sebuah cincin berlian yang mengkilap diterpa sinar matahari yang hampir redup “Jalal ? Ini ?” Jalal menganggukkan kepalanya “Ini buat kamu” Jalal segera mengambil cincin itu dari tangan Jodha kemudian dimasukannya cincin itu ke jemari manis Jodha dan menciumnya perlahan “I love u … I really really love u” Jodha cemberut “Kalau kamu benar benar mencintai aku, kemana saja kamu selama 6 minggu ini ? Apakah seperti ini perlakuanmu pada orang yang kamu cintai ? Menghilang begitu saja selama 6 minggu ?” Jalal menatap Jodha dengan tatapan penuh cinta “Aku tidak akan melakukannya kalau dia sudah menjadi milikku sepenuhnya, kamu marah padaku ?” Jodha masih cemberut memandang kearah Jalal “Apakah aku nggak boleh marah ?” Jalal tertawa kecil “Apakah itu artinya kamu mencintai aku ?”, “Kenapa kamu selalu begitu ? Pertanyaan selalu dijawab dengan pertanyaan” Jodha masih terus cemberut “Kenapa kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku, apakah sulit sekali bagimu untuk mengutarakan perasaanmu sebenarnya ?” Jalal mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha dengan mimik lucu.
Jodha tertawa melihat Jalal bertingkah seperti itu “Perasaan tidak harus dikatakan, seharusnya kamu bisa membacanya” tantang Jodha, Jalal segera turun kembali kekolam dan menurunkan Jodha kedalam kolam juga, kedua mata mereka saling beradu “Aku ingin kamu mengatakannya, Jodha … kamu tidak usah malu, tidak ada siapa siapa dirumah ini” Jodha tersenyum “Aku … aku … aku” suara Jodha terbata bata “Yaaa … aku … I’m listening, Jodha” mata Jodha terbuka lebar menatap mata Jalal yang menunggunya penuh dengan harapan “Aku … mencintaimu” Jodha segera membenamkan wajahnya dalam dada Jalal yang terbuka dan basah, tubuh mereka yang basah memberikan kehangatan satu sama lain, Jalal memeluk Jodha erat sambil tersenyum senang kemudian dilepaskannya pelukan Jodha, diangkatnya wajah Jodha, mata mereka berbicara, sejurus kemudian Jalal segera menyapukan bibirnya di bibir Jodha, Jodha menahan nafas, bibirnya dingin dan jantungnya berdetak kencang, Jodha segera merangkulkan lengannya dileher Jalal dan membalas ciuman Jalal penuh gairah, Jodha berusaha melepaskan segala gairah yang selama ini membelenggunya, disingkirkan semua kekesalannya pada pria yang kadang suka menggodanya ini.
“Aku belum mengucapkan terima kasih untuk bantuanmu pada ayahku” ujar Jodha sambil menikmati kopi panas buatan Jalal disofa hijau lumut depan kolam renang, saat itu Jodha sudah mandi dan berganti baju kemeja Jalal yang longgar dengan celana bermuda diatas lutut, sementara rambutnya yang basah dibungkus handuk dan diangkatnya keatas, sementara Jalal juga sudah mandi dan berganti kaos dan celana bermudanya “Aku senang akhirnya ayahmu bisa mengakhiri semua penderitaannya, katakan pada ayahmu besok senin dia bisa mengambil semua keuntungannya” Jodha tersenyum memandang Jalal, Jalal membelai wajah Jodha “Terima kasih, sayang”, “Heii … aku baru mendengar kata itu dari bibirmu, aku suka” Jodha memperhatikan cincin berlian yang melingkar dijemari manisnya “Terima kasih juga untuk cincinnya, bagaimana bisa pas ? Kok kamu tahu ?” Jalal tersenyum sambil memegangi jemari Jodha “Kamu meragukan insting Jalalludin Muhammad Akbar ? Entah mengapa kadang aku sendiri tidak menyadari bila intuisiku selalu tepat” Jodha memandangi wajah Jalal cukup lama, Jalal membalasnya dengan tatapan penuh cinta, wajah mereka saling berdekatan. “Sejak awal, aku sudah tahu kalau kamu menginginkan aku, nona Jodha” Jodha hanya tersenyum “Yaa … aku memang sangat menginginkan kamu, tuan Jalal bahkan kali ini aku ingin memiliki sepenuhnya dirimu, aku ingin memiliki setiap jengkal tubuhmu yang semakin membuatku tergila gila padamu” jerit Jodha dalam hati, layaknya sepasang remaja yang sedang jatuh cinta, ketika mereka sedang menikmati sensasi cinta diantara mereka berdua yang semakin menggelora, tiba tiba tanpa mereka sadari ibu Hamida sudah berdiri tepat di depan mereka, melihat Jalal dan Jodha yang sedang berciuman disofa. Rendezvous bag 22 by Sally Diandra