Rendezvous bag 25 by Sally Diandra. Jodha langsung melepaskan pelukan Kevin ketika dilihatnya Jalal menghujamkan mata elangnya kearahnya, sementara Kevin nampak bingung dengan tingkah Jodha, Kevin tidak menyadari keberadaan Jalal yang terus mengawasi setiap gerak geriknya “Kevin, kamu tadi bilang Salima mau mengajak kita foto bareng kan ? dimana Salima ?” Jodha yang sudah hafal betul sifat Jalal, meminta Kevin agar menjauh darinya “Oh iya, aku baru ingat, ayo kita ke tempat Salima, dia sudah menunggu dipanggung” ketika Kevin hendak menggandeng lengan Jodha, Jodha langsung melepasnya perlahan “Kamu duluan kesana, aku nanti nyusul, aku mau ke toilet dulu” sesaat Kevin bingung “Kalau begitu aku tunggu kamu disini”, “Jangan ! Lebih baik kamu bilang ke Salima kalau aku segera menyusul, nanti aku kesana, pasti !” akhirnya Kevin menyerah dengan permintaan Jodha dan segera meninggalkan Jodha, sementara itu Jodha berjalan mendekati Jalal yang pandangannya terus menatap kearahnya, Jodha jadi salah tingkah dengan tatapan Jalal yang seperti hendak mencabik cabik dirinya “Jalal …” Jalal hanya diam saja “Apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu bayangkan, percaya sama aku, kami berdua tadi membahas sesuatu kemudian tiba tiba …” Jodha berusaha mencairkan suasana “Kamu dicari Salima dipanggung” nada suara Jalal terdengar dingin tidak hangat seperti biasa “Kalau kamu sudah selesai dengan Salima, aku tunggu di mobil” suara Jalal benar benar lain dari biasanya, Jodha merasa Jalal pasti sangat marah sekali, biasanya kalau seperti ini Jalal lebih suka diam daripada teriak teriak tidak karuan, kepergian Jalal membuat hati Jodha pilu menatapnya, tak lama kemudian setelah sesi take foto bersama seluruh model Salima selesai, Jodha bergegas menghampiri mobil Jalal, dilihatnya dari luar Jalal sedang tertidur dengan posisi terbaring, kursi mobilnya dimundurkan kebelakang, begitu sampai didekatnya Jodha mendengar suara musik cadas menggema dari mobil Jalal hingga terdengar keluar. Jodha berusaha membuka pintu tapi ternyata masih terkunci, Jodha segera mengetuk pintu mobil Jalal, Jalal tersentak kaget kemudian memencet tombol dipintunya, Jodhapun bisa masuk kedalam mobil, suara musik cadas masih terdengar memekak ditelinga.
“Sayang … bisa nggak musiknya dikecilin ? Telingaku sakit” Jalal segera mengecilkan suara musik cadas tersebut hingga volume yang paling kecil kemudian Jalal segera melarikan mobilnya menuju ke jalan raya. Sepanjang perjalanan ke rumah Jodha, Jalal hanya diam saja, Jodha mencoba untuk mengajaknya bicara hanya dijawab dengan ucapan ya dan tidak, seperti itu terus berulang ulang, hingga akhirnya Jodha menyerah tidak mengajak Jalal ngomong lagi sehingga keheninganpun terjadi diantara mereka, Jodha galau dan hanya menatap kearah luar jendela mobil sementara Jalal hanya diam saja dengan matanya lurus kedepan. Sesampainya dirumah Jodha, Jalal masih saja diam tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya “Kamu kenapa sih ?” Jodha yang sudah tidak tahan didiamin Jalal seperti itu mencoba kembali mencairkan suasana “Aku ? Aku nggak apa apa” Jalal merasa tidak ada yang terjadi diantara mereka “Nggak mungkin, kamu pasti ada apa apa, sedari tadi kamu hanya diam saja, kamu marah kan ketika melihat aku dipeluk sama Kevin ?” Jalal menghela nafas panjang “Hari sudah malam, aku nggak mau ngebahas soal itu, lebih baik kamu segera turun, biar aku bisa langsung pulang, kamu tidak keberatan kan ?” dengan perasaan kesal Jodha segera keluar dari mobil Jalal dan tanpa basa basi Jalal langsung meluncurkan mobilnya meninggalkan Jodha yang termangu didepan rumahnya, Jodha benar benar kesal diperlakukan seperti itu oleh Jalal, karena Jalal sama sekali tidak mau mengetahui kenapa tiba tiba Kevin memeluknya.
Keesokan harinya, Jodha terbangun kesiangan, hari itu hari minggu, Jodha terbangun gara gara kelitikan jemari adiknya yang menari nari ditelapak kakinya, Jodha paling nggak tahan kalau digelitik dibagian telapak kaki “Sukaniyaaaaa …..” Sukaniya langsung tertawa terbahak bahak dan menghampiri wajah Jodha, sementara Jodha segera menutupi mukanya dengan bantal “Kakak, ayooo banguuun” Sukaniya kali ini menggelitik dibagian pinggang Jodha “Sukaniyaaa bisa nggak sih nggak ngeganggu, aku masih ngantuuuk” ujar Jodha sambil masih menutupi wajahnya dengan bantal “Hooooiiiii ! Pamali cewek bangun siang, entar rejekinya dipatok ayam lhooo ! Dan kalau pagi ini kamu nggak bangun, waaa alamat deh rejekimu benar benar bakal dipatuk ayam !” Sukaniya langsung menggeret lengan Jodha “Yaaa ampuuun, Sukaniya bisa nggak sih biarin aku tidur dulu, semalam aku pulang larut malam, aku masih ngantuuuuuk” Jodha menjatuhkan kembali tubuhnya ketempat tidur “Eeeee ayooo banguuunn ini udah siang udah jam 10 lagiii” Jodha kaget dan langsung bangun dari tidurnya “Apa ? Jam 10 ?” teriak Jodha “Iya jam 10 emang kenapa, kak ?” Jodha teringat pada Jalal teringat pada keheningan diantara mereka berdua dan Jodha belum minta maaf, Jodha harus menemui Jalal untuk minta maaf “Aku sudah terlambat !” Sukaniya malah bingung melihat tingkah kakaknya “Kakak, ini kan hari minggu !”, “Justru itu ! Aku terlambat !” disambarnya ponselnya dilihatnya tidak ada pesan ataupun telfon untuknya dari Jalal, Jodha bergegas hendak menuju ke kamar mandi namun dengan sigap Sukaniya malah menggeret tangan Jodha ke garasi mobil.
“Ada apa sih Sukky ? Kok kamu getol banget geret geret lenganku ? Mau apa lagi ?” Sukaniya cuma tertawa sambil tetap menggeret lengan Jodha, sesampainya di garasi mobil dlihatnya ayah dan ibunya sudah ada disana “Jodha, kamu sudah bangun ?” Jodha keheranan melihat ayah dan ibunya tersenyum sumringah didepannya “Ayah punya sesuatu buat kamu”, “Apa ayah ?” bu Meinawati segera menghampiri Jodha dan menunjukkan kunci mobil pada Jodha “Ini sayang, ini buat kamu” Jodha menerima kunci itu sebuah kunci mobil mini Chevrolet warna putih terparkir didepan matanya “Ayaaah … Ibuuuu” Jodha benar benar shock mendapat hadiah mobil dari kedua orangtuanya “Ini buat aku ?”, “Iyalah kak ! Emangnya buat aku ?” Sukaniya gantian mengejek “Kan kemarin ayah baru beli mobil untuk ayah sendiri, kenapa sekarang beli mobil lagi buat aku ?” Jodha merasa ini adalah suatu pemborosan dengan membeli mobil lagi walaupun sisa uang kemenangan ayahnya dari membeli saham masih cukup banyak “Kamu pantas menerimanya, sayang … Ini sebagai tanda terima kasih kami untuk kamu, karena kamu yang mengenalkan tuan Jalal pada ayah maka ayah mendapatkan semua ini, semua ini berkat kamu, nak” mata Jodha berkaca kaca mendengar penuturan ayahnya dan dipeluknya ayahnya yang bertubuh gempal itu erat “Apalagi sekarang profesi kamu juga menuntut kamu untuk berpenampilan lebih kan sayang” ibu Meinawati ikut menimpali “Maksud ibu ?”, “Maksud ibu kamu ini kan sekarang model, jadi seharusnya kamu itu mengendarai mobil bukan motor !” Sukaniya kembali mengejek kakaknya, Jodha melepaskan pelukkannya diayahnya kemudian ganti memeluk ibunya sambil menangis haru.
“Terima kasih … terima kasih untuk hadiah terindah yang pernah ayah dan ibu berikan, aku speechless aku nggak bisa berkata kata” mereka semua tersenyum bahagia “Jodha, bisakah kamu mengundang tuan Jalal untuk makan siang bersama kita minggu depan ?” Jodha tersentak kaget “Hah makan siang ?”, “Iya sayang makan siang, kami ingin mengucapkan terima kasih ke tuan Jalal karena dia telah membantu kita, kamu bisa kan mengundangnya untuk makan siang bersama kita ? Nanti ibu akan masak makanan spesial, iya kan, bu ?” ibu Meinawati hanya mengangguk membenarkan ucapan suaminya sambil membelai rambut Jodha, sementara Jodha malah kebingungan karena selama ini Jodha memang belum terbuka mengatakan pada orang tuanya kalau Jalal adalah pacarnya “Kamu bisa kan Jodha ?” Jodha hanya mengangguk bingung “Nanti aku usahakan, ayah … aku mau mandi dulu” bergegas Jodha segera berlari menuju ke kamar mandi setelah menyambar handuk yang bertengger didepan kamar mandi, Jodha jadi mendapat ide untuk membuatkan makan siang untuk Jalal, sebagai permintaan maafnya. Setelah selesai mandi dan berdandan Jodha segera mencoba mobil barunya menuju kerumah Jalal, sebelumnya mampir terlebih dulu kepasar untuk membeli bahan bahan makanan yang dia butuhkan.
Sesampainya dirumah Jalal, Jodha memarkirkan mobilnya dipinggir jalan, karena dihalaman samping depan garasi sudah bertengger dengan manis mobil Lamborghini warna merah darah, Jodha tidak tahu mobil siapa yang terparkir disana “Ada tamu rupanya” bathin Jodha sambil memasuki rumah Jalal melalui pintu garasi hingga ke dapur, mobil Jalal sendiri BMW roadster hitamnya masih nangkring digarasi. Ketika Jodha masuk ke rumah Jalal, rumah Jalal tampak sepi, tidak terlihat ataupun terdengar ada suara suara penghuninya, Jodha mencoba menajamkan pendengarannya siapa tahu dirinya bisa mendengar sesuatu dan benar saja pendengaran Jodha mengarah ke ruangan home theatre blue ocean Jalal, sepertinya Jalal sedang memutar film disana, Jodha bergegas naik ke tangga menuju ke ruang home theatre Jalal yang terletak di lantai atas kemudian masuk keruangan tersebut dan dilihatnya Jalal sedang duduk berdua bersama Rukayah melihat sebuah film, Jalal yang tanpa sengaja menengok kebelakang ketika Jodha memasuki ruangan tersebut langsung merapatkan duduknya mendekati Rukayah sambil memanggil Jodha, seperti tidak terjadi apa apa diantara mereka semalam “Heii … Jodha ! Kamu baru datang ! Ayo gabung kesini, Rukayah bawa film terbarunya, belum tayang dibioskop katanya” Rukayah langsung menoleh kebelakang melihat Jodha yang sedang berdiri dipintu, Jodha berjalan perlahan kearah mereka lalu duduk disebelah Jalal sementara tangan Jalal merangkul bahu Rukayah, Rukayah terlihat senang melihat perhatian Jalal kedirinya, sementara Jodha hanya diam melihat tingkah mereka berdua, Jalal terlihat mengacuhkan Jodha, hal ini memang sengaja dilakukan oleh Jalal untuk membuat Jodha cemburu.
Dan ternyata umpan Jalal kena, Jodha yang diam sedari tadi seperti tidak dianggap oleh Jalal langsung berdiri “Kamu mau kemana ?”, “Aku mau kedapur, aku mau masak makan siang” Jalal menyeringai senang melihat raut wajah Jodha yang cemberut “Aah itu bagus ! Masaklah buat kami, kalau sudah matang, segera kabari ya !” Jodha segera beringsut meninggalkan Jalal dan Rukayah “Bukankah dia sudah tidak kamu perlukan lagi ?” Rukayah menatap Jalal dengan pandangan keheranan “Dia ? Dia masih diperlukan disini bahkan sangat diperlukan, ya seperti tadi membuatkan aku makan siang” ujar Jalal sambil menggeser kembali tubuhnya agak menjauh dari Rukayah, sementara Jodha mulai membongkar barang belanjaannya, hari ini Jodha ingin memasak ikan patin asam pedas untuk Jalal, Jodha mulai asyik dengan segala macam kesibukkannya didapur Jalal, sesaat Jodha bisa sedikit melupakan kecemburuannya ke Rukayah barusan tak lama kemudian ketika Jodha sedang asyik didapur Jalal menghampirinya “Sudah matang ? Masak apa kamu hari ini ?” Jodha hanya cemberut kearah Jalal dan berkata ketus “Belum matang ! Nanti kalau sudah matang aku pasti akan memberitahu kamu !”, “Wow … ada yang marah niii, marah atau cemburu ?” Jalal mulai menggoda Jodha “Cemburu siapa yang cemburu ?” Jodha berusaha menutupi perasaannya “Kalau gitu, sini aku bantu”, “Nggak usah ! Aku bilang nggak usah !” Jodha berusaha menghindar dari Jalal ketika Jalal hendak mengambil spatula ditangannya, namun Jalal terus berusaha mengambil spatula itu hingga membuat Jodha terdorong sampai kedinding dapur, tubuh Jodha terjepit oleh tubuh Jalal yang sudah menguncinya dengan kedua tangannya yang disandarkan ditembok diantara kepala Jodha, mata mereka berdua saling menatap.
“Sudah bisa memahami bagaimana rasanya cemburu ketika pacarmu berduaan dengan orang lain ?” Jodha hanya diam saja “Lepaskan ! Aku mau masak, nanti gosong makanannya !”, “Tenang saja sudah aku matikan kompornya, kamu nggak usah khawatir” ujar Jalal sambil membelai wajah Jodha kemudian menyapu bibir Jodha yang mungil dengan jarinya “Jawab pertanyaanku, apakah kamu juga bisa merasakan seperti yang aku rasakan semalam ?”, “Jadi kamu memang sengaja mengundang Rukayah kesini hanya untuk membuatku cemburu ?” Jalal menggelengkan kepalanya “Aku tidak mengundangnya, dia yang datang sendiri kesini dengan film barunya itu, dia ingin aku melihat film barunya yang baru akan diputar dibioskop lusa nanti” mata mereka kembali saling memandang “Berapa kali aku bilang ke kamu kalau aku tidak suka dengan perlakuan Kevin terhadap dirimu, apalagi seperti yang semalam dia lakukan, aku nggak suka, Jo”, “Tapi kamu nggak tahu kan apa alasannya dia berbuat seperti itu ke aku” Jalal meninjukan tangannya ke tembok membuat Jodha kaget sambil memejamkan matanya “Semua laki laki sama ! Mereka hanya ingin memanfaatkan kesempatan yang ada !”, “Iya memang kamu benar ! Sama seperti kamu dulu ! kamu juga sering memanfaatkan kesempatan yang ada dengan menggodaku” Jodha berusaha membela dirinya “Oooh jadi maksudmu Kevin juga mulai menggodamu begitu ?” Jalal terlihat sangat marah dengan tatapan matanya yang sangar, sementara Jodha semakin terpojok ditembok “Kevin tidak menggodaku, Jalal !”, “Bullshit ! Aku bisa melihat dari tingkah laku dan matanya Jodha ! Kalau laki laki bule itu suka sama kamu !”
Sementara itu Rukayah yang merasa jengah karena ditinggal Jalal sendirian, Rukayah keluar dari ruang home theatre mencari cari Jalal dan ketika didengarnya suara Jalal yang melengking tinggi, Rukayah bergegas menuju ke dapur, dilihatnya disana Jalal sedang menghimpit Jodha ditembok, Rukayah berusaha mendengarkan pembicaraan mereka “Kenapa Jalal berbuat seperti itu ke Jodha ? Ada apa dengan mereka berdua ?” Rukayah benar benar penasaran dengan perilaku Jalal yang begitu intens ke Jodha “Dia cuma berusaha melindungi aku”, “Melindungi kamu dari apa ? Aku lihat tidak ada sesuatu yang membahayakan yang membuat kamu harus dilindungi, itu hanya maunya saja supaya bisa dekat dengan kamu !” Jodha memicingkan matanya “Aku sudah bilang kan dari kemarin kalau apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu bayangkan, kemarin aku dapat tawaran dari seorang pria perlente yang menawarkan aku proyek miliaran rupiah nilainya kata orang itu, dia memberikan aku kartu nama, dibalik kartu nama itu ada nama hotel, nomer kamar dan jam berapa aku bisa datang” Jalal masih terus menatap Jodha dengan marah “Kalau kamu nggak percaya akan aku tunjukkan kartu namanya dan menurut Kevin, pria ini suka sekali memberikan jalan pintas untuk para pendatang baru yang ingin kariernya langsung melejit didunia hiburan !”, “Aaah itu hanya rakayasanya belaka !” Jalal mengangkat tangannya kemudian menjauhi Jodha, membuat Jodha bisa bernafas untuk sementara “Ini bukan rekayasa ! Kalau kamu tidak percaya, besok aku akan membuktikannya !”
“Buat apa membuktikannya ? Kamu tidak usah membuktikan apapun, Jo ! Kalau kamu masih menganggap aku ini pacarmu maka aku melarang keras kamu mendatangi hotel itu !” Jodha menatap Jalal dengan tatapan yang sedih karena Jalal tidak mempercayainya, sementara dari balik pintu Rukayah yang mendengarkan pembicaraan mereka berdua tersentak kaget, Rukayah tidak percaya dengan ucapan Jalal, Rukayah langsung memunculkan dirinya didepan mereka “Jalal, tolong jawab pertanyaanku, apa benar perempuan ini adalah pacarmu ?” ujar Rukayah sambil menuding kearah Jodha, Jalal dan Jodha saling memandang satu sama lain. Rendezvous bag 26 by Sally Diandra