Rendezvous bag 27 by Sally Diandra. “Tuan Bharmal, saya bermaksud melamar putri anda menjadi istri saya” ucapan Jalal yang to the point, membuat semua orang yang ada hadir diruangan tersebut terperangah tidak percaya “Maaf tuan Jalal … apakah saya tidak salah dengar ?” pak Bharmal berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini bukan mimpi karena bagaimanapun juga pak Bharmal sebenarnya tidak ingin menutupi perasaannya didepan Jalal, ingin rasanya pak Bharmal berjingkrak jingkrak lalu berdansa mengitari ruangan begitu mengetahui kalau Jalal hendak melamar Jodha “Anda tidak salah dengar, tuan Bharmal … anda bisa bertanya langsung pada putri anda” pandangan mereka langsung mengarah kearah Jodha, Jodha salah tingkah tidak karuan begitu beberapa pasang mata menuntut sebuah jawaban pasti padanya “Tuan Jalal …” Jodha merasa terpojok oleh ucapan Jalal, Jalal segera berdiri dari tempatnya berdiri disebrang kursi Jodha ketika Jodha hanya diam saja tidak memberikan klarifikasi yang benar pada keluarganya, kemudian berjalan menuju ke kursi Jodha dan memegang tangan Jodha memintanya untuk berdiri, Jodha menuruti permintaan Jalal “Jodha, aku mungkin belum secara formil memintamu untuk menjadi istriku, maka hari ini didepan kedua orangtuamu aku akan melakukannya” sesaat suasana menjadi hening, jantung Jodha berdetak kencang bagaikan genderang mau perang “Jodha, aku tahu pertemuan kita diawali dengan sebuah pertemuan yang kurang menyenangkan tapi entah mengapa sejak kali pertama bertemu denganmu, aku merasa aku ingin menghabiskan sisa hidupku hanya bersamamu” mata Jodha berkaca kaca rasanya airmatanya itu tidak tahan ingin segera keluar, ucapan Jalal yang tulus membuat Jodha speechless dan terharu “Jodha, maukah kamu menjadi istriku ?” ibu Meinawati ikut terharu melihat kesungguhan Jalal melamar anak gadisnya didepan matanya sendiri, sementara pak Bharmal juga hanya bisa melongo melihat Jalal yang begitu gentle melamar Jodha, sedangkan Sukaniya tersenyum lebar melihat kemesraan mereka berdua dan Jodha tak mampu berkata apa apa, hanya mengangguk sambil menangis bahagia
“Jawabannya apa, Jodha ?” pak Bharmal penasaran karena belum mendengar jawaban Jodha “Iyaaa, ayah … aku mau jadi istrinya” Jalal langsung merengkuh Jodha dalam pelukkannya, sesaat mereka berpelukkan mesra, Jalal mencium rambut Jodha namun Jodha segera melepaskan pelukkan Jalal karena malu didepan kedua orangtuanya. “Jadi selama ini, kalian berdua sudah pacaran atau baru kali ini pacarannya ?” Sukaniya benar benar penasaran dengan kedekatan kakaknya dengan laki laki ganteng didepannya kali ini “Apa sih kamu mau tau aja” Jodha tersipu malu “Nggak papa lagi, Jo … tuan Bharmal, ibu Hamida sebenarnya kami sudah berhubungan kurang lebih 3 bulan ini, kami minta restu anda berdua untuk pernikahan kami” pak Bharmal mengangguk dan berdiri mendekat kearah mereka “Aku bangga dan bahagia kalau anak gadisku memilih anda sebagai suaminya, aku benar benar tidak menduga kalau ternyata kalian berdua telah berhubungan selama ini, ini benar benar diluar ekspektasiku” mereka semua tersenyum bahagia “Mulai sekarang jangan panggil saya tuan Jalal, cukup panggil saya Jalal saja karena saya sekarang adalah anak anda” pak Bharmal menepuk nepuk lengan Jalal “Iyaa Jalal dan anda juga tidak usah memanggil saya tuan Bharmal, cukup pak Bharmal, kedengarannya lebih familiar, bukan begitu, bu ?” ibu Meinawati hanya mengangguk sambil tersenyum senang.
“Tapi itu bukan berarti kalau kami akan segera menikah, ayah” pak Bharmal jadi tambah bingung “Apa maksudmu, Jodha ?” keduaorangtua Jodha kembali tercengang “Jodha …” Jodha menggelengkan kepalanya “Tidak, Jalal … aku masih punya banyak PR yang harus aku kerjakan, kalau semua PR itu sudah selesai baru kita akan menikah” Jodha tetap bersikeras dengan pendapatnya yang ingin membuktikan eksistensi dirinya agar tidak dilecehkan oleh siapapun. “Tapi sampai kapan ? baiklah … bisakah kita ngobrol berdua ?” Jodha segera menggandeng lengan Jalal menuju keteras depan, sementara kedua orang tuanya semakin bingung dengan tingkah mereka berdua karena baru saja mereka dikejutkan dengan niat Jalal melamar Jodha sekarang malah ganti mereka dikejutkan dengan penolakan Jodha untuk segera menikah. “Jodha, aku rasa ini adalah saat yang tepat untuk kita menikah” Jodha menggelengkan kepalanya “Jalal, saat ini belum tepat, aku belum bisa menikah secepat ini sementara aku baru saja membangun karirku, kamu bisa ngerti kan ?”, “Tapi kamu sudah membuktikan ke ibuku bahwa kamu sudah berubah, kamu bukan lagi Jodha yang dulu yang hanya seorang pengawas renovasi rumah, kamu sekarang ini adalah seorang model, aku yakin kalau kita bicara dengan ibu, ibu bisa menerimanya” Jodha menggelengkan kepalanya lagi
“Tapi ini belum puncak, Jalal … ibarat bayi, aku ini baru berguling, sayang … aku masih butuh beberapa tahap untuk bisa berdiri sendiri dan berlari, aku masih harus belajar duduk, merangkak, berdiri lalu berjalan, aku masih harus melalui tahap tahap itu, Jalal” Jalal mengernyitkan dahinya “Jadi maksudmu pernikahan kita akan menghambat semua perkembanganmu itu ?” Jodha memegang wajah Jalal lembut “Aku hanya minta waktu saja agar aku bisa menunjukkan siapa diriku, sayang … percaya sama aku, perasaanku tidak akan berubah, aku akan selalu setia sama kamu, aku juga hanya ingin menghabiskan sisa hidupku ini bersamamu, kamu bisa mengerti kan ?” lama mereka saling memandang satu sama lain, sebab dari lubuk hati yang paling dalam Jalal sebenarnya tidak suka dengan apa yang dilakukan Jodha saat ini, namun keadaaanlah yang memaksa Jodha harus melakukan semua ini untuk membuktikan bahwa dirinya layak dan pantas menyandang gelar nyonya Jalalludin Muhammad Akbar.
Waktupun terus berlalu, aktifitas Jodha didunia foto model dan cat walk semakin menyita waktunya, beberapa produk iklan sempat dibintanginya, rancangan rancangan dari para desainer ternama ibukota pun berseliweran ditubuhnya, Salima yang akhirnya merangkap menjadi manager Jodha juga beberapa model lainnya berusaha semaksimal mungkin untuk melejitkan nama Jodha yang menjadi salah satu model favouritenya “Jo, prepare seminggu lagi kita akan ke Milan” Jodha yang pagi itu baru saja masuk ke kantor model agency Salima langsung terperangah begitu mendengar berita terbaru dari Salima “Ke Milan ? Yang bener ?” Salima mengangguk sambil tersenyum “Mr. Giordano Bruno ingin beberapa modelku membawakan rancangan busananya, dia desainer terkenal dari Milan, Italia” kedua bola mata Jodha berbinar terang “Lalu berapa lama kita disana ?”, “Mungkin seminggu, kebetulan aku juga mau cari something yaaa macem accesories yang lucu lucu gitu untuk pernikahanku nanti” Jodha menyeringai senang dengan bola mata jenakanya “Aku senang akhirnya kamu menemukan tambatan hati kamu, Salima … apalagi calon suamimu itu pak Bairam Khan, kalau aku perhatikan selain orangnya mature, dia juga sangat ngemong kamu ya dan sayang juga sama Rahim” Salima tersenyum sambil mempermainkan balfoint ditangannya “Itu yang terpenting, Jo … calon suamiku harus bisa menerima Rahim dan menyayangi dia, karena gimana juga aku ini kan paket lengkap, buy 1 get 1, hahahaha ….” Salima dan Jodha tertawa bersama sama.
Begitu menginjakkan kakinya di bandara Internasional Malpensa di kota Varese dekat Milan Italia, Jodha, Salima dan kedua model lainnya Kareena dan Radha yang terpilih oleh Mr. Giordano Bruno juga Javeda asisten pribadi Salima, mereka berlima dijemput oleh serombongan pria tinggi tegap berpakaian serba hitam yang membawa mereka ke mansion Mr. Giordano Bruno dengan sebuah mobil limousin super panjang. Sepanjang perjalanan Jodha dan teman temannya menikmati atmosfir kota Milan yang merupakan kota terpenting di wilayah Italia dalam bidang industri, finansial, dan pusat kebudayaan. Kota Milan sebenarnya kurang terkenal dalam soal benda-benda antik dan kesenian, kota ini lebih menonjolkan aspek modern ketimbang aspek kunonya, namun meskipun demikian di Milan terdapat beberapa arsitektur dan kesenian yang menonjol, yang merupakan peninggalan dari masa lalu. Begitu tiba di mansion Mr. Giordano Bruno, dari balik jendela mobil, Jodha bisa melihat sebuah halaman yang luas dengan air mancur bundar berada tepat ditengah taman yang menampilkan bunga beraneka warna, begitu mereka turun dari mobil limousin, Mr. Giordano Bruno telah siap menyambut mereka didepan pintu utama bersama beberapa asistennya “Benvenuto nella nostra casa, welcome to our home” ujar Mr. Giordano dengan aksen Italianya yang masih kental sambil membungkukkan badannya menyambut Salima dan para model lainnya “With my pleasure, Mr. Giordano” ujar Salima dengan suara seraknya “These are my models Jodha, Radha and Kareena” Mr. Giordano Bruno tersenyum senang melihat kedatangan mereka “Bellezza, they are very beautiful, the beauty of Asia, I like it” tak lama kemudian Mr. Giordano Bruno mengajak mereka untuk menikmati makan siang dimansionnya dan meminta mereka untuk menginap dimansion mewahnya ini.
Selama satu minggu di Milan, Jalal tak henti hentinya menelfon Jodha setiap hari bagaikan minum obat dalam sehari hanya untuk bersay hello, menanyakan kabar atau menanyakan sudah makan atau belum, sebenarnya kepergian Jodha ke Milan ditentang oleh Jalal namun dengan lembut Jodha mencoba memberikan pengertian ke Jalal, hingga akhirnya Jalal luluh menerima keputusan Jodha. Sementara itu Jodha dan teman temannya tidak lupa menyempatkan diri berkunjung ke Montenapoleone dan Galleria Vittorio Emanuele di Piazza Duomo, salah satu pusat belanja tertua di dunia yang berada di kota Milan. Mereka juga mampir ke Kastil Sforza yang terletak di dekat pusat kota Milan dimana terdapat artefak istana dan detail arsitektur seni patung terakhir Michelangelo. “Perfect ! Perfect ! I like it Salima, your models are amazing, I want to make a contract with them for one years, do you agree ?”, “I have to ask them first, Mr. Bruno … do you want all of them or just one or two ?” Mr. Giordano Bruno tersenyum senang mendengar pertanyaan Salima “I want Jodha, just her !” sesaat Salima terhenyak “Let me ask her first, Sir” Salima benar benar kaget ketika akhirnya Mr. Giordano Bruno hanya memilih Jodha sebagai salah satu model yang ingin dikontraknya selama setahun “Bagaimana, Jodha apakah kamu bersedia menerima tawaran Mr. Giordano, dia ingin mengontrak kamu selama 1 tahun untuk menjadi modelnya” malam itu selepas pagelaran busana Mr. Giordano Bruno, Salima mencoba mengajak Jodha ngobrol tentang tawaran Mr. Giordano Bruno “Kalau aku mau saja, Jo … kapan lagi kita bisa seperti ini coba ?” Kareena ikut menimpali pembicaraan mereka, sementara Jodha langsung teringat akan ucapan Jalal ketika dirinya minta ijin untuk berangkat ke Milan “Apalagi sih yang mau kamu buktikan, Jo ! Dengan kondisimu seperti ini saja sudah cukup bagiku, aku tidak ingin kamu terlalu larut dengan pekerjaanmu itu !”, “Ini cuma seminggu sayang, nggak lebih” Jodha berusaha meminta pengertian Jalal “Kontrak setahun ? Oooh tidaakk bisa bisa Jalal langsung membunuhku kalau aku minta ijin ke dia tapi bagaimana mengatakannya ke Salima ?”
Jodha mencoba merangkai kata kata yang pas untuk menolak tawaran Mr. Giordano Bruno “Salima, bukannya aku tidak mau tapi maaf sekali aku tidak bisa menerima tawaran Mr. Giordano” Salima mencoba mengerti alasan Jodha “Tapi kenapa, Jodha ?” Radha penasaran dengan alasan penolakan Jodha “Aku tidak bisa meninggalkan ayah ibuku terlalu lama, mereka sudah tua, kasihan mereka”, “Tapi kan ada adikmu Sukaniya, Jodha ?” Kareena juga ikut menimpali pembicaraan mereka. “Iyaaa tapi aku nggak bisa meninggalkan mereka, kasihan mereka sudah tua”, “Tapi kelak kalau kamu menikah kamu juga meninggalkan mereka kan ?” ujar Radha “Tapi itu berbeda dan lagi kami kan masih satu kota, kalau seperti ini kami akan terpisah jarak dan waktu”, “Sudah sudah, tidak usah diperpanjang, pada intinya Jodha tidak menerima tawaran Mr. Giordano Bruno kan ? Besok aku akan bicara dengannya” Jodha tersenyum senang mendengar ucapan Salima. Keesokan harinya ketika mereka selesai melihat opera di La Scala salah satu gedung opera yang sangat bersejarah di Italia, Mr. Giordano Bruno mengajak mereka untuk melihat lihat museum La Scala yang memiliki koleksi alat alat musik, gambar, patung dan musisi “Ladies, before you back to Indonesia I want to introduce my friend, he is from Indonesia too” Mr. Giordano Bruno kemudian memberikan kode pada seorang pria yang tubuhnya tinggi tegap dengan setelan jas yang mentereng untuk mendekat kearah mereka “Ladies, pelase let me introduce, my Indonesia’s friend Mr. Syarifudin” pria itu membungkukkan badannya didepan Jodha dan teman temannya.
“Anda juga dari Indonesia tuan Syarifudin ?” Salima membuka pembicaraan “Betul, nona Salima … benar kan itu nama anda ?”, “Bagaimana kamu bisa tahu ?” Syarifudin tersenyum nakal sambil melirik kearah Jodha “Saya selalu tahu siapa saja tamu yang diundang oleh sahabat saya Giordano, kebetulan saya sudah berteman dengannya cukup lama, kalau yang ini pasti nona Jodha, nona Radha dan nona Kareena, apakah benar dugaan saya ?” Syarifudin mencoba menarik perhatian Jodha dan teman temannya, Kareena yang memperhatikan Syarifudin dari tadi langsung jatuh hati padanya “Ya anda benar tuan Syarifudin, tebakan anda jitu” Kareena memuji kepintaran Syarifudin, Syarifudin hanya tersenyum sambil memperhatikan Jodha “Selain tebakan yang jitu, saya juga punya sesuatu untuk anda nona Jodha” tiba tiba Syarifudin menjentikkan tangannya dibelakang telinga Jodha dan munculah setangkai bunga mawar merah “Ini untuk anda nona Jodha” Syarifudin memberikan bunga mawar itu ke Jodha, Jodha menerimanya dengan tersenyum masam “Anda bisa bermain sulap ternyata tuan Syarifudin ?” Kareena menyeringai kesenangan melihat keahlian Syarifudin bermain sulap “Yaaa sedikit sedikit saya bisa, nona Kareena … oh iya saya dengar nona Jodha menolak tawaran sahabatku untuk menjadi modelnya, benar begitu nona Jodha ?”, “Tapi sudah diganti oleh saya, tuan Syarifudin” Radha mulai angkat bicara “Yaa … aku bisa mengerti dan rupanya nona Jodha kita ini bisu ya, daritadi saya tidak mendengar suaranya” Syarifudin menatap tajam kearah Jodha dengan senyum menggoda sementara Jodha merasa jengah dengan sahabat Mr. Giordano Bruno yang sok akrab dengan dirinya, rasanya perut Jodha terasa mual melihat tingkahnya yang terlalu pede didepan dirinya dan teman temannya yang lain. Rendezvous bag 28 by Sally Diandra.