Rendezvous bag 7 by Sally Diandra. “Jojo ! Kamu disini rupanya !” Madam Benazir mendapati Jodha ditenda utama berdua bersama Jalal dan dilihatnya dengan jelas Jalal sedang memegang tangan Jodha “Yaaa, Madam … ada yang harus saya kerjakan ?” terdengar suara Jodha gemetar namun patuh ketika majikannya itu mencoba mendekati mereka berdua, sementara Jalal nampak kesal melihat perilaku Jodha yang menunduk nunduk didepan Benazir, tidak sepantasnya Jodha berada diposisi seperti ini “Jojo, bagian catering perlu konfirmasi untuk menyajikan kopi, kamu bisa mengurusnya kan ?” Jodha segera menganggukkan kepalanya dan berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Jalal yang semakin kuat menggenggamnya, semakin Jodha memberontak Jalal semakin kuat mencengkramnya, Jalal telah bertekad untuk tidak akan melepaskan Jodha meskipun ada Benazir didepannya saat ini “Jodha sudah melakukan tugas itu, Benazir !” tiba tiba suara Jalal terdengar dingin dan datar, Madam Benazir menyambut ucapan Jalal dengan senyuman manisnya “Kalau begitu, dia bisa melakukannya lagi, darling …” Jalal malah merasa muak melihat kehadiran Benazir didepannya, kehadirannya telah menganggu kedekatannya dengan Jodha “Benazir …” suara Jalal terdengar lagi, Madam Benazir merasa mendapat angin segar ketika Jalal menyebut namanya, dia segera mengerjap ngerjapkan bulu matanya yang panjang menjulang “Yaaa, darling …” Jalal sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan semua keluh kesahnya pada wanita sok anggun ini “Sekarang sudah saatnya kamu berhenti memperlakukan asistenmu ini seperti pembantu yang tidak layak dipertimbangkan dan dihormati ! Dia ini juga manusia !”
Madam Benazir langsung melongo begitu Jalal mendampratnya tepat didepan Jodha, sementara Jodha terperangah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari mulut Jalal, pikiran Jodha sangat terguncang, jantungnya seakan akan mau melompat keluar, Jodha yakin tidak lama lagi majikannya itu pasti akan marah besar dan lagi lagi dialah nanti yang akan menanggung beban kemarahannya itu “Sinting ini orang ! Maunya apa sih ?” Jodha menggerutu dalam hati, menyesali perkataan Jalal yang keluar begitu saja tanpa dia pikirkan terlebih dahulu bagaimana nanti imbasnya. “Dasar laki laki sombong ! Egois ! Dia hanya mementingkan dirinya saja ! Kemarahannya padaku dilampiaskan begitu saja pada Madam Benazir ! Dasar orang kaya tidak peduli bagaimana aku harus mempertahankan pekerjaan ini agar kedua orangtuaku bisa tersenyum senang dihari tuanya !” Jodha terus menggerutu dalam hati, melontarkan semua sumpah serapah untuk Jalal sambil terus berusaha membebaskan dirinya dari cengkraman tangan Jalal yang begitu menyakitkan. Sementara tatapan mata Madam Benazir begitu menusuk ke jantung Jodha “Jojo ! Beraninya kamu mengeluhkan perlakuanku padamu, dasar tidak tahu diuntung !” Jodha menggelengkan kepalanya “Saya tidak mengeluhkan apa apa tentang anda padanya, Madam … sumpah ! Demi Tuhan ! Saya tidak melakukan apapun !” Jalal langsung memotong ucapan Jodha “Yang aku katakan ini adalah apa yang aku lihat, Benazir ! Kamu memang memperlakukan Jodha seperti itu”
Madam Benazir menunjukkan rasa tidak sukanya pada ucapan Jalal “Aku menggajinya untuk melakukan perintahku, aku sama sekali tidak memperbudaknya, aku bukan orang yang seperti itu, kamu tahu aku kan ?” suara Madam Benazir terdengar berbisik ditelinga Jalal, Jalal menyeringai sinis “Dengan pengecualian, Benazir … kamu menyuruhnya untuk menjauhi aku kan ?” Madam Benazir langsung melotot kearah Jodha dengan amarahnya, Jodha hanya bisa memejamkan matanya, dia sadar sebentar lagi bom itu akan benar benar meledak didepannya “Dasar gadis tolol ! Apa kamu ini tidak bisa menjaga rahasia ? Apa kamu tidak punya otak, hah ? Perlu aku ingatkan, Jojo … kamu telah menandatangani pasal kerahasiaan dikontrak kerjamu dan sekarang kamu telah melanggarnya dengan cara yang menjijikan melalui mulut bocormu itu !” tubuh Jodha terasa lemas tidak berdaya, dirinya tidak bisa membela diri didepan majikannya ini tanpa Jodha sadari, sifat keras kepala Jalal sedari tadi telah membuatnya keceplosan dengan mengatakan kalau dirinya dilarang untuk ngobrol dengan Jalal, perlakuan Jalal terhadap dirinya telah membuat logikanya tidak bisa menimbang mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dikatakan, Jodha merasa dirinya seperti seorang narapidana yang sebentar lagi akan dieksekusi mati, Jodha hanya bisa diam membisu sementara Jalal belum juga melepaskan genggaman tangannya di lengan Jodha.
“Kamu aku pecat ! Sekarang juga ! Hari ini !” suara Madam Benazir menyambar ditelinga Jodha bagaikan petir disiang bolong yang begitu menggelegar, hal inilah yang tidak diinginkannya “Dan jangan lagi kembali ke kantor ! Besok semua barang pribadimu akan aku kirim kerumahmu ! Dan gajimu akan aku transfer langsung ke bank ! Kamu tidak usah lagi menampakkan dirimu didepanku, Jojo !” tatapan Madam Benazir yang marah dan kesal terhadapnya, tidak bisa Jodha rasakan, tubuhnya serasa limbung diudara, tiba tiba rasa pening yang teramat sangat melanda kepalanya dan pandangannya tiba tiba kabur, semua terlihat samar samar dan hitam, Jodha langsung terkulai lemas dan Jalal segera menangkap tubuh Jodha, direngkuhnya tubuh gadis yang menolaknya sedari tadi itu kuat kuat dan reflek Jalal segera menggendong Jodha dalam pelukkannya. Jalal sadar kalau dirinya membutuhkan sebuah kursi dimana dia bisa membaringkan Jodha disana agar aliran darahnya lancar sehingga Jodha bisa segera bangun dari pingsannya, namun tubuh Jodha yang begitu pasrah dalam pelukkannya membuat naluri manusia guanya muncul secara tiba tiba, Jodha telah ditangkapnya, Jalal ingin segera melarikan Jodha ketempat persembunyiannya yaitu tepatnya ke kamarnya, namun kembali akal sehatnya berbicara kalau saja tiba tiba Jodha tersadar sebelum sampai diguanya, karena jarak dari tenda pesta ke rumah pribadi keluarga Jalal diranch kuda tesebut cukup jauh, bisa bisa nanti malah Jodha akan mendampratnya habis habisan, namun entah mengapa saat itu langkah kakinya saat itu terus membimbingnya menuju ke luar pintu tenda utama hingga akhirnya terhenti ketika tiba tiba saja Rukayah dan Sujamal berpapasan dengannya dipintu tenda.
“Jalal, mau kamu bawa kemana gadis itu ? Siapa dia ?” pertanyaan Rukayah menyadarkan Jalal, dilihatnya Jodha yang masih terkulai lemas dalam gendongannya “Dia pingsan, aku sedang mencari kursi untuknya” Sujamal langsung menimpali ucapan Jalal “Bukankah kamu sudah melewati banyak kursi ?” Jalal menoleh kebelakang dan salah tingkah didepan sahabatnya ini “Oh iyaa, aku tidak memperhatikannya, Sujamal”, “Yaa, sudah ayoo sini … kita baringkan saja dia disini” Rukayah langsung mengambil inisiatif agar Jalal bisa segera menurunkan Jodha karena bagaimanapun juga tatapan Jalal ke perempuan asing yang dalam gendongannya itu membuat Rukayah sedikit cemburu, sepertinya ada sesuatu diantara mereka tapi Rukayah tidak bisa membacanya. Jalal segera membaringkan tubuh Jodha pada sebuah kursi yang dijejer berbaris oleh Sujamal, sementara setelah Jodha terbaring, Jalal segera duduk didekat kepala Jodha dan meletakkan kepala Jodha pada pahanya “Sujamal, bisa ambilkan air putih untuknya ? Siapa tahu nanti dia siuman” Sujamal segera mengambil segelas air putih dan diberikannya ke Jalal, sedangkan Rukayah masih bingung dan menyimpan ribuan pertanyaan ke Jalal “Siapa dia, Jalal ? Apakah kamu kenal dengannya ?” Jalal mencoba menetralisir keadaan “Iyaa, aku kenal dengannya … dia baru saja mendapat kabar sebuah musibah besar, tadi dia depresi dan teriak teriak tidak karuan seperti orang gila, aku berusaha menenangkannya lalu tiba tiba dia pingsan” Jalal berusaha meyakinkan Rukayah dengan mimik wajah yang serius dan Rukayahpun nampaknya percaya saja dengan cerita palsu Jalal, sementara Sujamal hanya bisa menahan tawanya yang mau keluar karena dia tahu kalau Jalal pasti mengarang cerita tersebut.
“Rukayah, aku sarankan agar kamu pergi dulu dari sini karena aku takut kalau wanita ini siuman, dia akan kumat lagi seperti tadi, bisa bisa dia malah tambah akut marahnya” Rukayah meringis ketakutan “Tapi bagaimana denganmu, Jalal ? Nanti kalau dia ngamuk, kamu juga bisa kenapa kenapa”, “Tenang, Rukayah … aku kan laki laki, aku bisa mengatasinya, lebih baik sekarang kamu pergi dulu, nanti aku menyusul, Sujamal tolong antar Rukayah, bawa kemana dia mau pergi, lebih baik jangan dekat dekat disini dulu, oke ?” Jalal memberikan kode ke Sujamal agar segera membawa Rukayah pergi sebelum Jodha terbangun dari pingsannya, Sujamalpun mengerti maksud Jalal, dirinya segera mengajak Rukayah untuk meninggalkan Jalal sendirian bersama dengan Jodha seperti yang diinginkan Jalal, Rukayah menurut saja, diapun segera berlalu meninggalkan Jalal dengan tatapan yang nanar, Sujamal membimbingnya keluar dari tenda, melihat kepergian Rukayah, akhirnya Jalal bisa bernafas lega, Jalal tidak tahu bagaimana jadinya bila nanti Rukayah masih tetap berada didekatnya sementara dirinya masih mempunyai permasalahan dengan Jodha yang belum selesai, tiba tiba saja Jalal bisa merasakan kepala Jodha mulai bergerak gerak, Jodha mengerjap ngerjapkan matanya, kacamata minusnya tidak ada disana, pening dikepalanya masih terasa berat “Kamu sudah sadar, Jodha ?” suara itu terdengar dengan jelas dari atas kepalanya, ketika Jodha mendongak dilihatnya Jalal sedang tersenyum manis kearahnya, bathin Jodha berontak “Laki laki ini telah menghancurkan masa depanku !” Jodha segera bangun dari tidurnya namun tubuhnya sedikit limbung tapi Jalal segera menahannya dengan tangannya agar Jodha tidak terjatuh, kemudian Jodha duduk dan Jalal memberikan segelas air putih “Minumlah dulu, agar tubuhmu lebih enakkan” Jodha muak melihat perhatian Jalal yang bagi Jodha terlalu berlebih lebihan sementara sebelumnya dia tidak begitu peduli pada dirinya, hingga Madam Benazir memberikan ultimatum itu “Kamu dipecat !” Jodha masih bisa merasakan suara Madam Benazir begitu dekat ditelinganya.
“Kamu sudah baikkan ?” Jalal kembali menanyakan hal yang sama “Aku cukup sehat, jadi kamu boleh menyingkirkan tanganmu itu, jangan sentuh aku !” Jodha segera mengibaskan bahunya untuk menunjukkan pada laki laki disebelahnya ini bahwa dirinya sudah tidak butuh bantuannya lagi, Jalalpun tahu diri kali ini dia tidak memaksakan kehendaknya “Tapi setidaknya kamu makanlah sesuatu dulu, agar tubuhmu lebih baik, kamu sudah makan siang ?” tanya Jalal tulus “Makan siang ? Boro boro makan siang” bathin Jodha dalam hati, dirinya telah terbiasa bekerja dengan perut kosong, Jodha baru sadar kalau pingsannya tadi mungkin karena dia belum makan “Aku mau pulang ! Dimana kacamata dan sepatuku ?” Jodha menatap Jalal dengan tatapan penuh kemarahan, Jalal bisa melihatnya dari balik kedua bola mata Jodha yang bulat “Sebenarnya matanya itu sangat indah, sayang sekali kalau harus tertutup oleh kacamata minusnya” bathin Jalal dalam hati, Jalal begitu terpesona melihat penampilan Jodha tanpa kacamata dengan polesan make up minimalis, kecantikan alaminya malah terpancar dari wajahnya yang polos “Tuan, pendengaran anda masih baik baik saja kan ?” Jalal tiba tiba tersadar dari lamunannya. “Oooh iyaaa, aku masih dengar … lebih baik sebelum kamu pulang, kamu makan siang terlebih dahulu, biar aku ambilkan” Jodha langsung menghentikan langkah Jalal ketika Jalal hendak mengambilkan makanan untuk Jodha “Tidak usah, tuan Jalal ! Sekarang sudah terlambat untuk mulai peduli dengan diriku, semuanya sudah hancur !” nada kemarahan yang tertahan terdengar parau disuara Jodha, membuat Jalal sangat menyesal pada perbuatannya barusan.
“Maafkan aku, Jodha … aku tidak bermaksud seperti itu tapi sebenarnya majikanmu itu yang merusakmu, kamu terlalu patuh dan tunduk padanya”, “Aku bisa mengatasinya, kalau saja kamu tidak ikut campur tadi, dan sampai saat ini aku masih punya pekerjaan !” nada suara Jodha terdengar meninggi “Kamu tidak menyukai pekerjaanmu, Jodha !”, “Lalu apa masalahnya ?” suara Jodha terdengar putus asa “Itu adalah pekerjaan yang menawarkan gaji yang terbaik yang pernah aku miliki dan aku butuh uang ! Kamu nggak tahu kan ? Kalau aku sangat butuh uang itu ! Kamu mungkin tidak begitu peduli soal uang seumur hidupmu karena kamu itu orang kaya ! Sedangkan aku, aku ini orang melarat ! Sekarang kamu puas kan ?” kata kata Jodha sesaat membuat Jalal terpana, Jalal merasa banyak misteri yang ingin dikuaknya pada diri perempuan yang berada didekatnya ini. Rendezvous bag 8 by Sally Diandra