Rendezvous bag 36 by Sally Diandra. Keesokan harinya, setelah cuti nikah Jodha dan Jalal selesai, mereka kembali kedunia nyata, mereka kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, ponsel merekapun sudah aktif kembali. Pagi itu mereka sedang menikmati sarapan pagi sambil membaca koran bersama sama, tiba tiba ponsel Jalal berdering, Jalal berupaya tidak peduli dengan jeritan ponselnya
“Sayang, kok nggak diangkat sih ?” Jalal cuma melirik kearah Jodha sambil bertanya dengan bahasa tubuhnya
“Tel – fonnya kenapa nggak diangkat ? Siapa tahu penting”, “Paling juga pasienku” dahi Jodha berkerut “Pasien ? Emang kamu dokter ?”, “Lho, itu fakta ! Sujamal sendiri yang memberikan aku julukan seperti itu, karena gimanapun juga suamimu ini yang selalu mengobati permasalahan mereka” Jodha tertawa kecil sambil mengambil ponsel Jalal
“Kalau begitu sekarang, kamu harus mengobati pasien kamu yang satu ini” ujar Jodha sambil menunjukkan ponsel Jalal dimana tertera nama ibunya memanggil “Ibu ?” Jalal segera menyambar ponselnya “Jalal … kenapa lama sekali sih angkat telfonnya ? Semuanya baik baik saja kan ?” suara nyonya Hamida terdengar panik diujung sana “Maaf, maaf ibuuu … aku nggak denger kalau ada telfon, ada apa ibu nelfon pagi pagi ?” Jalal kaget begitu tau kalau yang menelfon itu adalah ibunya
“Jalal, buka pintunya ! Ibu sudah ada didepan sekarang” mata Jalal melotot begitu mengetahui ibunya sudah ada didepan gerbang rumahnya
“Ibu sudah ada didepan ? Oke, aku buka pintunya” Jalal mematikan ponselnya dan berkata ke Jodha “Ibu sudah ada didepan, sayang” sesaat Jodha juga kaget dan bergegas menyusul Jalal yang sudah berjalan didepannya menuju ke pintu. Sesampainya digerbang depan, dilihatnya ibu Hamida sedang berdiri bersama dua orang laki laki yang dikenal Jalal sebagai sopir ibunya yaitu Tejwan dan sopir ibu yang lain berserta seorang perempuan yang mungkin itu adalah istri Tejwan.
“Jalal, kamu sudah rapi begitu, kenapa belum buka gerbang dari tadi pagi ? Seharusnya begitu bangun pagi, kamu buka gerbang terlebih dahulu, karena siapa tahu, tahu ada tamu pagi pagi seperti ibu ini !” nyonya Hamida nyerocos memberikan wejangan ke anaknya
“Iya … Iya, ibu … aku cuma mikirnya ambil praktisnya saja, begitu mau berangkat baru buka gerbang” ujar Jalal sambil membuka gembok pintu gerbangnya
“Nggak bisa gitu, Jalal … kalau ada tamu pagi pagi begini kan langsung bisa masuk kedalam tanpa harus gedor gedor terlebih dahulu, nah ini besok tugasnya kalian berdua ya Tejwan dan Shivani, jangan lupa begitu bangun pagi, langsung buka pintu gerbang !” kedua orang yang ditunjuk oleh nyonya Hamida hanya mengangguk mengiyakan dan tepat pada saat itu, pintu gerbang rumah Jalal pun terbuka, Jalal segera memberi salam pada ibunya dengan mencium tangan nyonya Hamida lembut, disusul oleh Jodha yang ada dibelakangnya juga ikut mencium tangan nyonya Hamida
“Jodha, ibu sengaja pagi pagi datang kerumahmu untuk bawa Tejwan dan istrinya, namanya Shivani, mereka ini nanti yang akan bantu kamu bersih bersih rumah, sementara Tejwan bisa jadi sopir kamu” Tejwan dan istrinya memberikan salam pada Jalal dan Jodha “Kalau begitu, kita masuk dulu, ibu” bergegas nyonya Hamida segera masuk ke dalam rumah mereka
“Kebetulan sekali ibu belum sarapan, ibu memang sengaja mau sarapan dirumah kalian, ada sarapan apa pagi ini ?” ujar nyonya Hamida sambil terus berjalan menuju ke ruang makan “Kebetulan tadi Jodha bikin roti sandwich, bu” Jalal ikut menimpali ucapan ibunya, sesampainya diruang makan, nyonya Hamida segera menghempaskan pantatnya dikursi didepan meja makan
“Boleh juga roti sandwich, bisa aku minta sepotong ?” Jodha segera menghampiri mertuanya dan menyodorkan piring kecil berisi roti sandwich diatasnya “Ibu mau minum apa ?”, “Aku minum teh panas saja tapi gulanya sedikit jangan banyak banyak” Jodha mengangguk dan segera membuatkan teh panas untuk ibu mertuanya “Mari sini, nyonya … biar saya yang membuat” tiba tiba Shivani mendekat kearah Jodha yang lagi asyik didapur
“Tidak usah, biar aku yang buat untuk ibu, kamu tunggu sebentar ya, nanti aku antar kalian ke kamar kalian” ujar Jodha sambil membawa secangkir teh panas untuk nyonya Hamida “Jodha, Shivani itu bisa masak, ibu sudah mengetesnya dan masakan buatannya cukup enak”, “Dites ? Macem ngelamar pekerjaan saja” Jalal menimpali ucapan ibunya “Itu perlu, Jalal ! Biar kita tahu sejauh mana kemampuannya dan ini Tejwan kalau bawa mobil juga enak, nggak bikin eneg diperut, ibu rasa kamu sangat memerlukan bantuan mereka berdua, makanya mereka ibu ajak kesini untuk membantu kalian merawat rumah yang besar seperti ini” Jalal segera mendekati ibunya dan mencium pipi ibunya lembut
“Terima kasih, ibu … kami sangat terbantu”, “Iya, terima kasih, ibu” Jodha mengekor ucapan Jalal, nyonya Hamida hanya menganggukkan kepalanya sambil menikmati roti sandwich buatan Jodha
“Kalau begitu, biar saya antar mereka ke kamar mereka dulu” Jodha segera mengantar Tejwan dan Shivani ke kamar yang memang sudah disiapkan untuk mereka berdua yaitu disebelah ruang keluarga
“Nah, ini kamar kalian, itu ada kamar mandi didalam, sementara diatas ada lima kamar, satu kamarku, ruang kerja tuan Jalal, ruang kerjaku, ruang home theatre dan satu kamar kosong, kalau ada tamu yang mau menginap tapi dibawah juga ada satu kamar kosong, itu juga untuk kamar tamu” Tejwan dan Shivani melihat lihat kamar mereka sendiri yang bisa dikatakan cukup besar untuk ukuran mereka, walaupun bagi Jodha kamar mereka ini masih dalam ukuran standard, tidak seperti kamarnya dan Jalal.
“Tejwan, hari ini aku mau pergi jam 10 pagi, kamu bisa menyiapkan mobil, kunci mobilnya ada di … nanti aku aku beritahu tahu kamu tempatnya”, “Baik, nyonya” Tejwan menundukkan kepalanya didepan Jodha “Santai saja, nggak usah tegang, aku dan suamiku orangnya simple kok, nggak suka yang ribet ribet jadi kalian berdua bisa menganggap rumah ini sebagai rumah kalian sendiri, yang penting tugas kalian telah selesai dengan baik, kalian mengerti ?” sepasang suami istri muda itu menganggukkan kepalanya tanda mengerti
“Lalu hari ini, mau masak apa, nyonya ?” Shivani mulai angkat bicara “Masak yaa, hmm … masak apa ya ? Ah begini saja, kamu masak sendiri buat kamu dan suamimu ini, terserah kamu mau masak apa, semua bahan makanan ada didalam kulkas didapur karena mungkin hari ini aku pulang agak malam, sementara tuan Jalal juga biasanya pulang malam dan kami berdua suka masak … jadi kami kadang suka masak sendiri masakan kami, hmm .. begini saja, kalau aku ingin kamu masak untuk kami, nanti aku beritahu, bagaimana ? Nanti aku minta nomer handphone kalian berdua, oke ?” mereka berdua hanya mengangguk kembali
Sesampainya dikantor agency Salima, Jodha segera disambut dengan perayaan kecil oleh teman temannya yang tiba tiba menyodorkan kue kecil kearahnya “Heiii, apa apaan ini ? Aku kan nggak ulang tahun ?”, “Memang ngasih kue kalau ada ulang tahun saja ? Selamat ya Jodha, selamat menjadi nyonya Jalalludin Muhammad Akbar” ujar Javeeda, asisten pribadi Salima “Kamu tahu, Jo … kamu itu memang hebat ! Boss kita aja nggak bisa naklukin eksmud ganteng yang satu itu tapi kamu, kamu malah bisa bikin dia tergila gila padamu, resepnya apa sih, Jo ?” ujar Kareena yang ikut menimpali pembicaraan mereka, Jodha hanya tersenyum sambil memandangi wajah teman temannya, sementara dari kejauhan Salima memberikan kode ke Jodha untuk memasuki ruangannya
“Sebentar yaa, aku mau menghadap si boss dulu, thanks ya untuk kuenya” ujar Jodha sambil ngeloyor pergi menuju ke ruang kantor Salima “Selamat pagi” Jodha menengokkan wajahnya dibalik pintu “Masuklah, Jo !” bergegas Jodha masuk kedalam kantor Salima dan menghempaskan pantatnya dikursi yang terletak didepan meja kerja Salima sambil meletakkan kue mini dari Javeeda tadi “Bagaimana kabarnya pengantin baru kita ini ? So far so good ?” Jodha menyeringai mendengar ucapan Salima
“Yes, of course ! Semuanya berjalan lancar dan kamu tahu, Salima … Jalal seperti singa lapar yang selama seminggu nggak dikasih makan” Salima menyeringai senang “Jangankan Jalal suamimu itu yang masih muda, Jo … suamiku saja yang sudah setengah abad usianya masih seperti singa kelaparan, itulah hebatnya laki laki, selalu strong enough berapapun usianya” Salima dan Jodha tertawa terpingkal pingkal
“Mau kue ?” Jodha menyodorkan kue yang diberi Javeeda tadi “Boleh juga, kue apa ini ?” Jodha menyuapkan kue itu ke mulut Salima dan berkata “Katanya kue selamat menjadi nyonya Jalalludin Muhammad Akbar” Salima tersenyum sambil memakan kue tersebut perlahan “Lalu, hari ini, ada pekerjaan apa ?” ujar Jodha sambil menikmati kue itu lagi “Hmm … siang nanti kamu ada makan siang dengan petinggi Lamour’, lalu ada pemotretan untuk majalah Feminine, pemotretan untuk koleksi terbaru Reesham Khan, ada juga tawaran casting untuk presenter sebuah acara …” belum selesai bicara, Jodha memotong ucapan Salima
“Sebentar … presenter ? Aku kan belum pernah” Jodha sedikit ragu ketika menerima tawaran presenter “Kamu bisa, Jo … aku yakin kamu bisa, acaranya bulan depan, makanya kamu dicasting dulu, ini acara bergengsi” sesaat keduanya saling diam dengan pikiran mereka masing masing
“Jodha, kamu tahu, setelah kamu menghilang selama tiga bulan kemaren setelah insiden diskotik Cassanova dan muncul dengan berita yang menggemparkan dengan menikahi Jalal, saat ini banyak vendor yang ingin memakai kamu, ini awal yang baik untuk karir kamu karena ternyata nama kamu tidak menghilang begitu saja setelah insiden itu tapi malah semakin bersinar dan diburu oleh semua orang” Jodha memperhatikan raut Salima yang berusaha meyakinkannya “Baiklah aku coba” akhirnya Jodha menerima tawaran tersebut.
Memang tidak dipungkiri setelah berita pernikahannya dengan Jalal tersebar disejumlah media, Jodha kebanjiran tawaran pekerjaan, hingga tak jarang Jodha sering pulang malam, Jalal yang juga mulai sibuk dengan pekerjaannya juga selalu pulang malam maka tak jarang intensitas pertemuan Jodha dan Jalal hanya terjadi pada pagi hari namun saat weekend tiba, hari itu adalah waktu yang mereka manfaatkan untuk mereka berdua.
Seperti ketika ulang tahun Sukaniya, Jodha dan Jalal memanfaatkan kebersamaan mereka dengan keluarga besar Jodha. Pesta ulang tahun yang selama ini tidak pernah diadakan di keluarga Jodha, kali ini memang sengaja diadakan oleh pak Bharmal untuk Sukaniya sekaligus sebagai pesta kelulusan putri bungsunya ini “Terima kasih, kak … kadonya bagus sekali” Sukaniya langsung tertawa senang begitu Jodha memberikan kado tas untuknya “Dan itu mobil Chevroletmu beneran untuk aku ?”, “Iyaaa … untuk kamu, aku yakin kamu pasti membutuhkannya …”, “Aku nggak mauuuu ! Ibu aku nggak mauuu !” tiba tiba ucapan Jodha terpotong oleh teriakan suara Vicky anak Kaushalia, kakak Jodha “Vicky … jangan begitu, malu kan ? Banyak tamu !”, “Aku nggak mau !” rupanya saat itu Vicky anak Kaushalia yang autis, memberontak ketika ibunya meminta bergabung dengan saudara yang lain dan keluarga Jodha sudah terbiasa menghadapi ledakan emosi Vicky yang meluap luap namun sayangnya kali ini Vicky mengamuk dipesta ulang tahun Sukaniya
“Maaf, maafkan aku … kami mengacau pestanya” Kaushalia menutup mukanya dengan kedua tangannya merasa malu, Jodha segera menghampiri kakaknya “Tidak apa apa, kak … kami maklum” ujar Jodha sambil mengusap ngusap lengan kakaknya, saat itu Vicky langsung digendong ayahnya keluar ruangan tersebut, tiba tiba Jalal menghampiri Kaushalia
“Kak Kaushalia, bolehkah aku mencoba sesuatu yang bisa menenangkan Vicky ?” Kaushalia terperangah menatap Jalal, Jodha juga penasaran dengan ucapan Jalal “Kamu mau memberikan apa ?” tanya Jodha penuh selidik, Jalal mengeluarkan benda seperti buku catatan hitam tipis dari saku bajunya “Aku mau kasih ini ke Vicky, ini nintendo asah kotak, menurut Jodha, Vicky sangat menyukai angka, aku akan membuat program yang mungkin bisa menarik perhatiannya, boleh aku bertemu dengannya ?” Kaushalia segera mengantar Jalal ke Vicky yang saat itu masih meronta ronta disudut ruangan, sementara ayahnya hanya diam memperhatikan anaknya itu
Tak berapa lama kemudian, Kaushalia menemui Jodha dan ibu Meinawati yang sedang menata makanan dimeja “Jodha, suamimu itu memang hebat !”, “Oh ya ? Apa yang dia lakukan ?” Kaushalia langsung memeluk Jodha “Sukar dipercaya, Jo … suamimu itu mengajari Vicky bermain Sudoku dengan Nintendo yang dibawanya tadi dan Vicky langsung senang begitu melihatnya” ibu Meinawati menyeringai senang mendengar cerita Kaushalia “Kamu memang nggak salah pilih suami, Jodha … kamu mendapatkan pria yang baik” Jodha tersenyum mendengar ucapan ibunya
“Iya, ibu … suami Jodha itu tau sekali bagaimana caranya menghadapi anak seperti Vicky dan kabar baiknya Nintendo itu ternyata memang sengaja dibeli Jalal untuk Vicky” Jodha terperangah mendengarnya tepat pada saat itu Jalal sedang berjalan kearah mereka
Jodha segera menggeret lengan Jalal menjauh dari mereka, menuju ke dapur, Jalal mengikuti Jodha seperti anak kecil yang membuntuti ibunya “Mau ngasih hadiah ke Vicky kok nggak ngomong dulu ke aku ?” Jalal meringis sedih “Bukan begitu maksudku sayang, ketika kamu cerita kalau Vicky itu suka sekali dengan angka, aku merasa aku mirip dengan dia karena gimanapun juga angka telah berperan besar dalam hidupku” Jalal menatap Jodha dengan tatapan tidak bersalah
“Dan lagi kamu sendiri tau kan kalau aku selalu membawa mainan itu kemanapun aku pergi, nah ketika Vicky mulai mengamuk tadi, aku pikir nggak ada salahnya juga mengenalkan mainan itu padanya dan ternyata berhasil kan ?” Jodha menyeringai senang kemudian mendaratkan ciumannya dipipi Jalal dan berkata “Terima kasih, sayang … kamu tahu sekali bagaimana caranya mengatasi anak seperti Vicky”, “Aku hanya menduga, karena aku tahu dia suka angka dan anak anak suka dengan mainan, jadi mengapa tidak aku menggabungkan permainan yang menggunakan unsur angka untuknya” Jodha menatap Jalal penuh cinta “Itung itung untuk pengalaman mengatasi anak kita nanti” bisik Jalal ditelinga Jodha, membuat Jodha sedikit bergidik karena kembali Jalal mengingatkannya pada surat kontraknya dengan kosmetik Lamour’ .. Rendezvous bag 37 by Sally Diandra.