Rendezvous bag 38 by Sally Diandra. Sepanjang perjalanan menuju ke kantor, Jalal mengubah arahnya menuju ke rumah, dipacunya mobilnya sekencang mungkin agar segera sampai dirumahnya. Begitu sampai dirumah, Jalal bergegas masuk ke dalam rumah, tidak digubrisnya Sukaniya yang memberikan salam padanya di pintu depan, Jalal langsung menuju kekamarnya, dibukanya lemari pakaian, laci laci di meja rias Jodha, semua lemari dan laci yang ada dikamarnya “Dimana Jodha menaruh berkas berkasnya itu ?” Jalal berusaha berfikir keras memikirkan dimana Jodha menyimpan salinan kontrak kerjanya “Aku yakin, Jodha pasti menyimpan salinan kontrak kerjanya dirumah, tapi dimana itu ?” kemudian Jalal keluar kamar, menuju ke ruang kerja Jodha dan mulai sibuk membuka semua laci dan lemari lemari di ruang kerja Jodha.
Sukaniya yang saat itu hendak membersihkan ruang kerja Jodha, merasa heran dengan tingkah Jalal “Tuan, tuan mencari apa ? Bisa saya bantu ?” Jalal hanya melirik sekilas kemudian menggelengkan kepalanya “Tidak ! Tidak usah ! Aku bisa cari sendiri” ujar Jalal sambil kembali sibuk mencari cari lagi “Apa mau dibikinin teh atau kopi, tuan ?” Sukaniya kembali mengusik kesibukkan Jalal, sesaat Jalal menghentikan kesibukkannya “Ya boleh, buatkan aku teh, terima kasih ya !” Sukaniya hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Jalal yang kembali sibuk mencari cari salinan kontrak Jodha.
Ketika Sukaniya kembali lagi dengan secangkir teh hangat yang dibawanya diatas baki, Jalal hampir saja menubruk Sukaniya yang saat itu hendak naik ke tangga teratas “Lho, tuan … ini teh nya !” ujar Sukaniya sambil memutar tubuhnya kearah Jalal, sambil terus berjalan Jalal bekata “Bawa saja turun, aku ada dibawah” ujar Jalal
Setelah mengeksplor ruangan atas, mulai dari kamarnya sendiri, ruang kerja Jodha, ruang kerja dirinya, ruangan home theatre dan kamar kosong, ternyata semuanya nihil, Jalal memutuskan untuk mengecek lemari dan laci yang ada di ruangan bawah, Jalal mencoba mengeksplor setiap ruangan yang berada dibawah. Sukaniya yang membuntuti Jalal dibelakang, segera menaruh teh hangat itu diatas meja diruang tamu “Lebih baik diminum saja dulu, tuan … mumpung masih hangat” Jalal tidak menggubris ucapan Sukaniya, dirimya masih asyik membuka buka lemari dan laci dengan lebih hati hati “Apakah perlu dibantu, tuan ?” Jalal kembali hanya diam saja, sementara Sukaniya hanya berdiri disana menunggu perintah “Kenapa kamu masih berdiri disitu ?” Jalal menatap ke arah Sukaniya dengan kesal sambil membuka lagi laci lemari satunya “Saya kebelakang dulu, tuan” Sukaniya langsung ngeloyor kebelakang, baru saja beberapa langkah Sukaniya meninggalkan Jalal, tiba tiba dari beberapa map yang sedang dipegang Jalal, ada sebuah benda jatuh kebawah, Jalal hanya melihatnya sekilas, namun tiba tiba otaknya memerintah untuk melihatnya lagi, Jalal segera berjongkok dan mengambil benda tersebut yang ternyata sebuah kotak plastik tipis transparan berwarna pink, dibukanya kotak plastik tersebut dan dilihat disana ada dua strip pil KB, Jalal terperanjat
“Sukaniya !” Sukaniya segera menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Jalal “Ada apa, tuan ?” Jalal menunjukkan pil KB tersebut “Kamu tahu ini ?” Sukaniya mendekati Jalal dan melihat pil KB yang dipegang Jalal “Saya nggak tahu, tuan” Jalal kembali melihat pil KB itu, sudah ada beberapa tempat pil yang kosong “Apa kamu tahu atau mungkin pernah melihat nyonya Jodha meminum pil ini ?” Sukaniya menggelengkan kepalanya “Ya sudah, kamu boleh pergi … oh iya, hari ini aku nggak mau diganggu, jadi aku nggak terima tamu ataupun telfon”, “Baik, tuan” Jalal segera memberesi berkas berkas itu, dilupakannya pencarian salinan surat kontrak Jodha karena ditangannya kali ini ada yang lebih menarik yaitu sebuah pil KB, bergegas Jalal naik kelantai atas menuju ke kamarnya dan berendam di jaquzzinya sambil merenung “Apakah pil KB itu milik Jodha ? Kalau iya, kenapa Jodha tega melakukan itu ? Kenapa Jodha tidak mengatakan apa apa padaku soal pil KB itu ?” Jalal terus bertanya tanya sambil membenamkan tubuhnya di dalam jaquzzi.
Sementara itu sore harinya, setelah Jodha selesai pemotretan disebuah hotel, tiba tiba Atifa menemuinya “Jodha, bisa minta waktumu sebentar ?” ujar Atifa sambil berbisik ditelinga Jodha “Memangnya ada apa ?” ujar Jodha sambil merapikan bajunya “Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu” ujar Atifa sambil menggandeng lengan Jodha “Jodha kamu mau kemana ?” teriakan Zakira membuat Jodha menghentikan langkahnya “Zakira sini, ikut aku”, “Tapi maaf, Jo … Zakira hanya bisa menunggu diluar, karena ini sifatnya pribadi” Jodha terperangah “Memangnya siapa yang mau bertemu dengan aku secara pribadi ? Aku nggak mau private, Atifa !” Atifa tersenyum “Tenang, aku akan menemani kamu, santai saja, ayoook” tak lama kemudian mereka bertiga sampai disebuah kamar, Atifa segera memencet bel kamar itu perlahan, pintupun terbuka, Atifa mengajak Jodha masuk namun meminta Zakira untuk menunggu diluar “Zakira, kamu tunggu diluar dulu ya” Zakira hanya tersenyum masam
Begitu sampai didalam kamar, Jodha disambut oleh laki laki paruh baya yang sangat Jodha kenal dengan baik, dialah tuan Abumali “Apa kabar, Jodha … senang sekali bertemu denganmu” ujar tuan Abumali sambil membuka tangannya lebar lebar, Jodha hanya bisa tersenyum datar menerima sambutan tuan Abumali sambil melirik kearah Atifa “Atifa, apalagi ini ?” Atifa tersenyum lebar “Ada yang ingin disampaikan oleh tuan Abumali tapi jujur apapun yang akan dia ucapkan, aku tidak ada kaitannya apa apa dengan hal ini, ini diluar Lamour’” Jodha merasa ada yang tidak beres dengan kehadiran tuan Abumali “Begini saja, kita to the point saja, kamu lebih suka lebih cepat lebih baik kan ? Baik begini Jodha, kamu sudah mendatangi kontrakmu dengan Atifa kan ? Maksudku dari Lamour’” Jodha hanya diam saja sambil terus menatap kearah tuan Abumali dan Atifa bergantian
“Disitu tertulis bahwa kamu tidak boleh hamil, benar ?” Jodha menganggukkan kepalanya “Lalu apakah suami atau keluargamu sudah tahu tentang hal itu ?” dahi Jodha langsung berkerut “Mengapa anda menanyakan hal itu ?” tuan Abumali meringis senang “Karena apa yang aku bicarakan ini ada hubungannya dengan hal itu”, “Maksud anda ?” tuan Abumali sekilas meilirik kearah Atifa “Begini Jodha, kita buat barter yang win win solution, aku ingin bantuanmu, kamu bisa memberikan aku apa yang aku mau maka aku akan menutup rapat rapat soal kotrak kerjamu itu” Jodha semakin yakin ada maksud yang tidak beres dari pertemuannya kali ini, almarhum Kevin benar kalau laki laki ini serigala berbulu domba “Apa yang kamu mau ?”
Tuan Abumali tertawa senang “Aku suka caramu, Jodha ! Aku ingin kamu membantu aku dengan menyerahkan beberapa berkas tender ibu mertuamu” Jodha terperangah “Apa ?” tuan Abumali mengangguk anggukkan kepalanya “Yaa, itu pertukaran yang tepat, kamu memberikan aku berkas berkas tender ibu mertuamu, maka aku akan menyimpan rapat rapat surat kontrak yang tidak diketahui oleh suami dan keluarga besarmu itu, bagaimana ?” tiba tiba saja darah Jodha rasanya memanas, bisa bisanya pria ini berbuat licik terhadapnya “Maaf, tuan … dengan rasa hormat saya katakan, lebih baik anda membeberkan surat kontrak saya itu dari pada saya harus berkhianat pada keluarga saya sendiri, maaf ! Permisi !” Jodha segera berbalik dan bergegas meninggalkan kamar itu, Atifa terperanjat dan segera mengejar Jodha yang sudah berjalan cepat meninggalkan mereka, Zakira juga membuntuti dibelakang.
“Jodha ! Jodha ! Berhenti Jodha !” Jodha tidak menggubris teriakan Atifa, Jodha terus berjalan sambil berlari kecil dan masuk kedalam lift, Atifa dan Zakira segera menyusul masuk kedalam lift “Jodha dengarkan aku” Jodha menatap Atifa dengan kesal, kemudian mengalihkan pandangannya pada tempat lain “Jodha, aku tidak terlibat dengan rencana tuan Abumali, kontrakmu dengan Lamour’ tetap berjalan, Jo !” Jodha menatap kearah Atifa tajam kembali “Atifa, lebih baik aku batalkan kontrakku dengan Lamour’ kalau akhirnya begini, aku tidak suka ! Permainan kalian sangat kotor ! Kamu bisa menggugat aku, silahkan ! Aku terima !” Atifa menatap Jodha sedih “Jodha, aku tidak ingin seperti ini, petinggi petinggi Lamour’ suka dengan penampilanmu, mereka adore dan mereka tidak ada hubungannya dengan tuan Abumali, bahkan aku juga tidak, Jo !” Jodha menghela nafas panjang
“Aku butuh break, Atifa … tolong jangan ganggu aku !” Atifa menghela nafas “Oke, kamu boleh off sementara tapi aku harap, kamu jangan menyudahi kontrakmu itu, atau kamu mau merivisi kontraknya ? Nanti bisa kita atur” Jodha hanya memandang Atifa kesal “Aku tidak ingin membahasnya dulu, Atifa … aku capek, maaf” Jodha segera keluar dari lift diikuti oleh Zakira, sementara Atifa hanya bisa terdiam didalam lift melihat kepergian Jodha.
Sepanjang perjalanan menuju kerumahnya, Jodha nampak kesal dan cemas “Bisa bisanya mereka mempermainkan aku, tidak mungkin aku melakukan hal itu, lebih baik aku katakan saja semua ini pada Jalal, agar aku tidak merasa bersalah terus padanya, agar semuanya jelas” bathin Jodha sambil memegang salinan surat kontrak ditasnya. Begitu sampai dirumah, Sukaniya langsung menyambut Jodha dipintu depan sambil menyeringai senang “Selamat malam, nyonya Jodha” Jodha hanya tersenyum begitu melihat Sukaniya “Oh iya, Sukaniya, tolong kamu angetin lagi makanan yang aku bawa ya”, “Baik, nyonya” ujar Sukaniya sambil mengambil tas kresek yang dibawa oleh Zakira “Zakira, kamu makan dulu bareng kami ya” Zakira menggelengkan kepalanya “Tapi sudah malam, Jo … lebih baik aku pulang saja” ujar Zakira sambil mengikuti langkah Jodha masuk kedalam rumah “Tidak ! Kamu makan dulu bareng kami, aku akan panggil Jalal sebentar, nanti kita makan sama sama” ujar Jodha sambil menoleh ke Sukaniya “Tuan Jalal dimana Sukaniya ?”, “Sedari tadi tuan Jalal ada dikamarnya, nyonya … sejak tadi nggak keluar keluar kamar” dahi Jodha berkerut “Apa tuan Jalal sakit ?” Jodha mulai panik dan segera berlari keatas kekamarnya.
Sesampainya dikamar, Jodha melihat Jalal sedang terbaring dikamarnya dengan mata terpejam, Jodha segera menghampirinya dan memegang kening Jalal sambil duduk disebelah Jalal, Jalal terkejut ketika dilihatnya ada Jodha disebelahnya “Kamu kenapa ? Sakit ?” Jalal hanya diam saja sambil menatap Jodha dengan pandangan yang ketus “Kenapa ? Mana yang sakit ?” Jalal segera meraih tangan Jodha dan diletakkannya tangan Jodha didadanya “Hatiku yang sakit, Jodha, bisa kamu menyembuhkannya ?” Jodha keheranan dengan sikap Jalal “Apa maksudmu ?” Jalal segera mengambil kotak transparant berwarna pink yang ditemukannya tadi siang dan ditunjukkannya ke Jodha “Kamu tahu apa ini ? Bisa katakan padaku ?” Jodha terperangah melihat Jalal membawa kotak transparant itu “Kenapa kotak itu bisa ada ditangan Jalal ?” Rendezvous bag 39 by Sally Diandra.