Sinopsis Ashoka Samrat episode 12. Charumitra sedang menjalani ritual sihir ketika dia mendengar suara berisik di luar kamarnya. Dia memanggil pelayan dan bertanya ada apa. Pelayan memberitahu Charu kalau para prajurit sedang memperketat keamanan istana. Charumitra bertanya, “kenapa?” Pelayan berkata kalau iblis telah membawa Ashok, dan tidak ada yang tahu apakah Ashok selamat atau tidak. Charumitra berguman, “Ashok?”
Bindusara sedang duduk termenung di kamarnya ketika Dharma datang dan memberitahu Bindu kalau sudah saatnya mengambil obat. Bindu tanpa di suruh membaringkan tubuh di ranjang. Dharma mengoleskan obat ke lukanya sambil bertanya, “kenapa keamanan di perketat? Apakah ada masalah? Anda juga tampak tegang.” Bindu memberitahu dharma kalau ada iblis berkeliaran di Patliputra. Binatang itu mengambil anak-anak dan membawanya pergi, “jika musuh dari luar tidak sulit menangkapnya, tapi musuh dari dalam, sangat sulit untuk mencari tahu.” Bindu memberitahu Dharma kalau kemarin malam iblis itu membawa pergi Ashok. Dharma terkesima dan langsung panik, “Ashok?” Bindusara berkata kalau dirinya merasa tidak tenang karena Ashok, “entah mengapa aku merasa bertanggung jawab atas apa yang menimpa Ashok.” Dharma sangat sedih, tubuhnya bergetar karena panik, beberapa kali ia menyebut nama Ashoka. Dharma teringat bagaimana dia memasrahkan keselamatan Ashok pada Chanakya. Tanpa memikirkan yang lain-lain lagi, Dharma segera berpamitan pada Bindusara dan pergi meninggalkannya. Bindusara menatap kepergian Dharma dengan heran..
Di sebuah tempat yang misterius, Ashok terikat pada sebuah pilar. Berkali-kali Ashok mengeliatkan tubuh berusaha untuk melepaskan diri. Tapi ikatan itu sepertinya sangat kuat. Iblis menghampiri Ashok dan berkata, “kau berjanji akan membuat aku tertangkap, karena itu aku menculikmu.” Ashok tanpa gentar berkata, “ini adalah kebodohan anda.” Iblis memberitahu Ashok kalau tidak ada seorangpun yang bisa pergi dari tempatnya setelah tertangkap. Ashok mengejek Iblis dengan mengatakan kalau dia tidak cukup kuat. Iblis berkata kalau Ashok bukan apa-apa dihadapan dirinya. Ashok tertawa mengejek dan menantang Iblis, “buka ikatanku, dan kita lihat siapa yang lebih kuat.” Mendengar tantangan Ashok, Iblis marah, dia mencabuk tubuh Ashok tanpa ampun. Ashok mengerang sambil mengatupkan gigi untuk menahan kesakitan.
Di istana, Dharma mencari Chanakya di kamarnya. Tapi kamar itu lenggang, tak ada tanda-tanda kehidupan. Dharma memanggil Chanaknya, karena tak ada jawaban, Dharma bergegas pergi.
Di tempat misterius, iblis masih terus mencambuki tubuh Ashoka. Disela-sela usahanya menahan rasa sakit, Ashoka masih bisa tertawa mengejek, “aku tidak kesakitan. Kekuatanmu cuma segitu?” Iblis terus mencambuki Ashok. Ashok kembali tertawa dan mengejek, “coba lihatlah tanganmu, kalau-kalau terluka.” Iblis melihat tangannya dan dengan geram membuang cambuk di tangan. Melihat itu Ashok tertawa. Iblis melihat kayu runcing tak jauh darinya. Dia seperti mendapat ide.
Dharma berlari kesana kemari mencari Chanakya. Dharma juga bertanya pada siapa saja dia temui. Tentara yang di tanya mengatakan dia melihat Chanakya keluar. dharma segera berlari kearah yang ditunjuk tentara.
Iblis mengambil kayu runcing itu dan menusuk perut Ashoka. Ashoka nyengir kesakitan. Iblis berkata kalau Ashok bukan apa-apa di depannya. Ashok kembali tertawa dan mengejek, “kau lebih cocok menjadi penghibur daripada binatang buas. Aku merasa inggin tertawa merasakan siksaanmu ini.”
Dharma masih berusaha menemukan Chanakya. Saat bertemu pendeta, dia bertanya padanya, begitu pula saat berpapasan dengan dayang-dayang. Tapi baik pendeta ataupun para dayang, tak seorangpun yang bisa memberitahu Dharma akan keberadaan Chanakya.
Di ejek Ashok begitu rupa lagi, iblis membuang tongkatnya dan membungkuk untuk mengambil cambuk yang tadi di lemparnya ke lantai. Kesempatan itu di gunakan Ashok untuk membuka ikatan tanganya. Ashok berhasil. Sebelum iblis berdiri tegak, Ashok sudah menyerangnya. Perkelahian sengitpun terjadi. Keduanya saling hantam dan saling dorong. Kalau di lihat dari postur tubuh, tentu saja jagoan kita kalah body. Tapi tekad Ashok untuk mengalahkan iblis sangat besar. Karena itu dia tetap berusaha menjatuhkan iblis. Sayangnya, tenaganya yang kecil tidak cukup kuat untuk mengalahkan Beast. Hingga pada suatu kesempatan, iblis berhasil mendorong tubuh Ashok hingga kepalanya membentur tiang. Sambil memegangi keningnya, tubuh Ashok mengelosor jatuh. Pingsan.
Dharma dengan putus asa duduk didepan mandir, berdoa pada dewa Syiwa agar menyelamatkan anaknya, “aku selalu menyebarkan mengabarkan kedamaian, aku tidak pernah menyakiti siapapun. Aku tidak pernah mengeluhkan nasibku. Aku menerima apapun yang kau berikan padaku. Tak pernah bertanya apapun padamu. Tapi hari ini, aku ingin bertanya, kenapa kau lakukan ini padaku dan anakku? Aku tidak pernah menginginkan Ashok menjadi Samrat. Lalu kenapa semua ini terjadi? Aku tidak pernah meminta apapun dari mu. Tapi hari ini aku menginginkan kehidupannya, selamatkan dia, selamatkan Ashokku. Jika terjai sesuatu pada Ashok, aku akan mulai tidak percaya padamu.” Sambil berdoa Dharma menangis tersedu-sedu.
Ashok masih terduduk pingsan ketika iblis dengan sebuah pisau di tangan siap menghabisi nyawanya. Tapi sebelum iblis mengangkat senjata seseorang yang tubuhnya terbalut kain muncul dan menghentikannya. Beast segera membalikan badan menatap sosok tubuh itu. Si empunya tubuh menyibakkan kain yang menutupinya, terlihatlah wajah Charumitra. Dengan wajah menahan marah, Charumitra mendekati Beast dan menamparnya dengan keras sampai topengnya terlepas dan memperlihatkan wajah Sushim. Sushim melotot menatap Charu. Sekali lagi Charu menampar pipi Sushim sambil berkata, “aku sudah memintamu agar tidak melakukan sesuatu yang akan menempatkan dirimu dalam masalah. Tapi kau bawa anak itu kesini, anak yang membuat ayahmu terkesan. Sekarang seluruh kekuatan di kerahkan untuk menemukan Ashok. mereka akan menangkapmu dan kau akan mendapat hukuman mati. Sebelum ada yang menemukamu, habisi anak ini dan segera pergi dari sini.” Charu kemudian menghampiri Ashok dan mengoleskan sesuatu kematanya. Charu berkata kalau untuk sementara Ashok akan kehilangan penglihatannya, “aku akan kembali ke istana sehingga tak seorangpun meragukan dirimu.” Charu meninggalkan gua misterius itu. Sushim mendekati Ashok dan membungkuk hendak mengambil senjatanya ketika Ashok memukulnya dengan sebuah pot. Sushim segera terjatuh dan pingsan. Ashok berdiri, dia heran ketika matanya tidak bisa melihat apa-apa. Ashok mengosok matanya dengan kedua tangan, tapi tetap saja penglihatanya tidak kembali. Dengan susah payah dan sambil meraba-raba Ashok menemukan pintu yang segera di dorongnya hingga terbuka. Ashokpun berhasil keluar dari tempat misterius itu.
Di sebuah keramaian, beberapa orang rajurit sedang berdiskusi dengan temannya. Ketika Ashok sambil meraba-raba layaknya orang buta membuat keributan setelah menabrak sekumpulan tifa. Mendengar keributan itu, prajurit menoleh, saat di lihatnya Ashok mereka segera berlari mendekat dan membantunya berdiri. Ashok meminta prajurit membawanya menghadap Samrat.
Ashok berdiri di depan Bindusara yang duduk gagah di tahta, dan Chanakya yang duduk di kursi menteri. Melihat Ashok memejamkan mata dan tak bisa melihat apa-apa Bindu bertanya, “kalau kau tak bisa melihat, bagaimana kau akan membawa prajurit ke tempat misterius itu?” Ashok menjawab kalau seperti orang buta mengingat jalan, seperti itu pula dia akan membawa prajurit ketempat itu. Bersama Khurasan dan Achari Chanakya, Ashok pergi ke tempat misterius itu dengan mata tertutup. Saat dia mendengar suara kambing mengembik, Ashok yakin kalau dia berada di jalur yang tepat. Ashok menunjuk sebuah jalan, semua orang terkejut. Guru (Perdana menteri) mengatakan kalau itu adalah jalan menuju ke… Chanakya menyela dengan mengatakan kalau mereka tidak punya waktu untuk meragui Ashok. Ashok melanjutkan langkahnya dan semua orang mengikutinya dengan rasa penasaran. Ashok membawa mereka kesebuah rumah, Perdana menteri mengatakan kalau itu adalah rumah tabib istana. Chanakya mengajak mereka semua masuk kedalam. Dalam rumah itu terlihat rapi dengan perabotan tertata apik. Ashok berkata kalau dia yakin tempat misterius itu ada di sekitar sini. Ashok terus meraba-raba dan tersentuh sebuah lemari. Dengan perasaannya yang peka, ashok meminta prajurit memindahkan lemari itu. Ketika lemari itu di bawa pergi, tanpaklah sebuah pintu di belakangnya. Semua terkejut. Tanpa pikir panjang lagi, mereka lalu membuka pintu itu dan masuk kedalamnya. Sebagian besar dari mereka terbelalak kaget melihat tempat misterius yang di terangi cahaya obor itu. Sesosok tubu htergeletak ditanah dengan mengenakan kostum dan topeng iblis. Khurasan mendekati sosok itu dan membuka topengnya, semua terkejut melihat wajah tabib kerajaan. Guru (perdana menteri) berkata dengan prihatin kalau tabib bunuh diri karena takut tertangkap. Khurasan menyahut, “setidaknya misteri di balik penculikan itu sudah terungkap.” Semua terlihat puas, hanya Achari Chanakya yang terlihat sangsi. Prajurit melapor kalau mereka menemukan banyak anak-anak di sekap di tempat itu. Kondisi mereka sangat buruk. Khurasan menyuruh mereka membawa anak-anak itu ke tabib.
Dharma masih berdoa di depan mandir Syiwa ketika mendengar seorang parjurit memberitahu temannya kalau Asshok sudah di selamatkan dan iblis yang menangkapnya sudah mati. Dharma memanjatkan puji syukur pada dewa. Dia lalu terpikir untuk menemui Ashok. Chanakya menghalangi jalanya. Dharma berkata kalau dirinya ingin menemui Ashok dan Achari tidak boleh menghentikan dirinya. Chanakya menyahut, “karena itu aku membawanya kemari. Anda bisa tinggal dengan Ashok..tidak sebagai ibu, tapi sebagai tabib.” Setelah berkata begitu, Chanakya meninggalkan tempat itu. Dharma segera berlari menghampiri Ashok yang terbaring di tempat tidur dengan mata tertutup kain. Dharma dengan sedih duduk di samping ashok dan menyentuh tubuhnya. Ashok merasakan sentuhan itu dan memanggil, “ma?” Dharma mengatakan kalau dirinya tabib. Ashok tidak peduli, dia meraih jemari Dharma dan menggenggamnya. Dharma dengan gesit melepas genggaman Ashok dan mulai meracik obat sambil menangis. Ashok berkata kalau iblis itu telah bunuh diri, “sekarang anak-anak Patliputra aman.” Sambil menahan tangis, Dharma merawat Ashok. Dia mengganti perban di matanya dengan ramuan baru. Ashok terlihat tenang. Dharma membelai Ashok penuh kasih sayang. Airmatanya terus meleleh laksana air hujan. Tiba-tiba terdengar pengumuman kalau Samrat Bindusara datang. Dengan cepat Dharma berdiri, menghapus airmata dan menarik selendang untuk menutupi wajahnya. Dia berdiri kaku di samping permbaringan Ashok ketika Bindusara datang dan berkata, “samrat vanraj, kau telah memenuhi janjimu menangkap iblis itu.” Mendengar suara Samrat, Ashok bangun dari berbaringnya, ketika akan turun dari tempat tidur, Ashok sempoyongan dan hampir jatuh. Refleks Dharma dan Bindusara berlari untuk menolongnya. Berdua mereka memegangi tubuh Ashok dan membantunya berdiri tegak. Chanaka amelihat kejadian itu dari tempatnya berdiri sambil menghela nafas. Bindu mengeluarkan sekantong koin dan menyerahkannya pada Ashok sebagai hadiah. Ashok mengembalikan koin-koin itu tanpa memegangnya sambil berkata, “ambillah kembali koin itu Samrat, sebagai bayaran denda saya pada anda seperti yang seharusnya. Sekarang antara kita sudah jelas.” Samrat Bindusara tersenyum kagum, “ya antara kita sudah jelas. Kau bebas sekarang. kau bisa pergi darai sini tapi setelah mendapatkan perawatan.” Ashok mengangguk senang. Bindu membelai kepala Ashok lalu beranjak pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Ashok terbangun dengan rasa haus. Dia menyentuh tekaknya yang terasa kering dan meminta air.Tak ada yang datang melayaninya. Ashok berteriak memanggil ibunya, “Ma..” Di luar, Dharma mendengar panggilan Ashok, tapi tidak bisa beruat apa-apa, sambil menangis dia berkata, ‘Bhagwan, ibu Ashok bersamanya, tapi dia tidak bisa melayaninya. Kenapa kau hukum kami seperti ini?” Ashok turun dari tempat tidur dan berjalan sambil meraba-raba. Bal Ghavin datang menyodorkan segelas air pada Ashok sambil berkata, “aku Bal Ghovin.” Ashok menepuk lengan Bal Ghovin dengan gembira, “temanku Bal Ghovin?” Bal Ghovin membantu Ashok duduk di tepi tempat tidur. Ashok meminum air yang di berikan Bal Ghovin di iringi tatapan haru darinya. Bal Ghovin berkata, “tak ada yang pernah memanggilku teman, Ashok.” Ashok menjawab, “aku berbeda..karena aku Samrat Vanraj..” Bal Ghovin tersenyum dan menegaskan kalau Ashok adalah temannya. Bal berkata Ashok sangat cerdas, karena itu dia bebas dari hukuman Samrat. Ashok juga berkata kalau suatu saat Bal Ghovin juga akan mendapat kesempatan yang sama untuk membebaskan diri dari bekerja di istal. Bal Ghovin teringat perkataan Helena kalau dirinya mau memberi informasi tentang Ashok, maka helena akan membebaskan Bal. Teringat janji Helena itu, Bal Ghovin berkata pada Ashok, “jika engkau tinggal di sini, maka saya punya kesempatan bebas?” Ashok bertanya, “apa?” bal Ghavin meralat kata-katanya dengan berkata kalau Ashok tinggal, maka ashok bisa membantunya. Ashok mengangguk setuju. Kedua teman itu saling berjabatan tangan.
Pagi harinya, sambil memandikan kuda, Bal Ghovin bicara sendiri. Dia bingung harus menyampaikan apa pada Helena perihal Ashok. Tiba-tiba dia teringat pembicaraan Ashok dan Gul Bushan malam itu, kalau Ashok akan pergi menemui ibunya di istana. Bal Ghovin berniat memberitahu Helena tentang hal ini. Tapi Bal Ghovin berpikir lagi, Ashok adalah temannya, bagaimana mungkin dia menjerumuskan Ashok? Apa yang akan di lakukan helena kalau tahu tentang ibu Ashok? Semua anak punya ibu.
Di klinik, Dharma membuka perban Ashok. Ashok berkata pada Dharma kalau dia sangat merindukan ibunya. Ashok bilang ibunya juga merawat orang-orang. Setelah perban terlepas, Dharma mengusap mata Ashok. Cepat Ashok meraih tangan Dharma dan menggenggamnya. Dharma tak sanggup menarik tangannya. Ashok berkata, “terima kasih. Anda merawatku persis seperti ibuku memperlakukan aku dulu.” Dharma kemudian membuka perban di mata Ashok. Ashok mencoba mengedip-ngedipkan matanya. Dia berkata kalau dirinya tidak bisa melihat, pandanganya kabur. Dharma menjadi sangat cemas, “bagaimana mungkin?” Dia menarik Ashok pergi kedepan Jendela yang terdapat banyak cahaya. Ashok masih terus berkata kalau pandanganya kabur sambil beranjak pergi dari depan jendela. Ashok memanggil-manggil ibunya. Dharma megikutinya dengan cemas. Dia menguncang-guncang tubuh Ashok sambil bertanya bagaimana bisa dia tak melihat apa-apa? Ashok membalikkan badannya menatap Dharma, menatap langsung kewajahnya. Dengan lembut dia membuka kerudung Dharma lalu menyentuh wajahnya sambil berkata, “engkau tidak memperdulikan aku yang kesakitan, karena itu aku pura-pura tidak melihat.” Mendengar kata-kata Ashok, Dharma menangis haru. Ashokpun ikut menangis, lalu memeluk ibunya dengan penuh kerinduan. Dharma balas memeluk Ashok dengan penuh kasih sayang. Kedua ibu dan anak itupun bertangisan. Setelah pelukan terlepas, Ashok memprotes Dharma karena tidak memberitahu dirinya kalau dia juga ada di istana. Ashok teringat kejadian yang berhubungan dengan wanita bercadar. Ashok baru sadar kalau wanita bercadar yang di lihatnya di beberapa tempat termasuk di pengadilan waktu itu adalah Dharma. Ashok bertanya, “mengapa anda menyembunyikan sesuatu dari aku, ma? Apakah anda berada dalam tekanan brahmana tua itu? Jangan kuatir, ma. Samrat telah membebaskan aku. Kita akan pergi dari sini. Ayo ma, kita pergi!” Ashok menarik Dharma mengajaknya pergi. Tapi Dharma tak mau ikut. Ashok menoleh pada Dharma dengan tatapan sedih. Dharma menggeleng dan melepaskan tanganya dari genggaman Ashok. Ashok menghampiri Dharma sambil berkata, “orang-orang di sini tidak baik, ma. Ini bukan tempat kita!” Dharma menggeleng, “aku telah berjanji pada Achari Chanakya, aku tidak bis a pergi dari sini.” Ashok kaget, “Apa? Kenapa? dia yang bertanggung jawab untuk semua masalah yang kualami.” Dharma mengingatkan Ashok kalau dia pernah berjanji akan mendengarkan apapun kata Chanakya. Ashok dengan kesal berkata, “Achari Chanakya! Aku akan bicara padanya. Samrat sudah membebaskan aku. Tidak ada yang lebih berkuasa lebih dari samrat.” Setelah berkata begitu, Ashok pergi meninggalkan Dharma, tanpa peduli panggilan Dharma .
Bindusara sedang latihan mengangkat gada ketika Chanakya menemuinya. Melihat Chanakya, Bindu segera meletakkan gadanya dan memberi salam. Chanakya mengangkat tangan memberkati Bindu. Chanakya senang melihat Bindu latihan. Bindu melihat wajah Chanakya yang muram dan bertanya, “anda terlihat khawatir?” Chanakya membenarkan, menurutnya selama penyerang Bindusara belum tertangkap, selama itu pula dia akan di cekam kehawatiran. Bindu menyuruh orang pergi, hingga tinggal dirinya dan Chanakya. Bindu berkata kalau dirinya merasa tidak nyaman mengetahui ada iblis berkeliaran secara terang-terangan tapi menteri-menterinya tidak berbuat apa-apa. Bindu merasa kalau dia tidak ada apa-apanya di bandingkan samrat chandragupta. Chanakya menyahut bahkan setelah begitu banyak masalah, begitu banyak konspirasi, Bindu masih bisa menyatukan orang-orangnya, “ini menunjukan kalau anda raja besar.” Bindu merasa Chandragupta selalu mendampinginya. Tiba-tiba terdengar suara Sushim membentak para pelayan. Bindu dan Chanakya sama-sama menoleh ke arah datangya suara. Melihat itu bindu meminta Chanakya agar membimbing anak-anaknya terutama Sushim, “aku tidak tahu apakah dia bisa menjadi Samrat yang baik karena dia sangat pemarah. Aku tidak ingin diliputi rasa bersalah karena tidak bisa memberikan Samrat yang baik untuk Magadha.” Bindu meminta Chanakya berjanji untuk menemukan samrat yang baik untuk Magadha. Chanakya mengangguk, “aku berjanji aku akan memberikan samrat yang hebat untuk Magadha setelah dirimu. Banyak masalah yang datang, aku merasa kita sebaiknya melakukan upacara puja pada Mahashivrati untuk mendapatkan perdamaian.” Bindu berkata kalau dirinya menurut saja apa kata Chanakya.
Ashok sedang menunggu Chanakya di kamarnya sambil berjalan hilir mudik dengan gelisah. Chanakya datang. Ashok menatapnya tanpa gentar. Chanakya balas memandang Ashok dengan rasa ingin tahu. Ashok berkata kalau dirinya akan meninggalkan Patliputra karena hukumannya sudah selesai dan Chanakya tidak bisa menghentikan dirinya, “tapi anda telah membuat ibuku berjanji untuk tinggal..” Chanakya bertanya di mana Ashok bertemu ibunya? Ashok dengan nada mencela balik bertanya, “..apa yang membuat anda berpikir bisa menjaga ibuku jauh dariku? Aku melihatnya di istana. Aku sudah bertemu dia. Sudah bicara denganya. Dan lagi aku juga sudah menangkap iblis, dan dia sudah mati. Samrat membebaskan aku.” Chanakya dengan rasa inggin tahu balik bertanya, “apa yang membuatmu berpikir kalau iblis sudah mati?” Ashok mengingatkan Chanakya kalau mereka semua melihat tubuh tabib di sana, “dia sudah mati!” Chanakya bertanya lagi, “lalu kenapa ia tidak bunuh diri dengan meminum racun? Kenapa dia bunuh diri dengan menggunakan senjata?” Ashok sedikit bingung, “aku hanya tahu tubuh iblis di temukan di sana.” Chanakya berkata, “saat Samrat di serang di hutan, kau juga ada disana dengan alat memanah. Tapi kau bukan penyerangnya kan?” Ashok dengan curiga berkata, “sepertinya anda ingin aku tinggal di sini dengan cara apapun. Ini tidak akan berhasil, aku tetap akan pergi bersama ibuku.” Chanakya dengan kalem berkata, “kalau kau pikir iblis itu sudah mati, maka kau boleh pergi. Aku tidak akan menghentikanmu. Tetapi yang sebenarnya, iblis itu masih hidup. Dan menunggu untuk membunuh anak-anak lainya.” Mendengar kata-kata Chanakya, Ashok terlihat tercengang…. Sinopsis Ashoka Samrat episode 13