Sinopsis Ashoka Samrat episode 13 by Sally Diandra. Utusan dari Kerajaan Magadha datang ke pasar, memberikan pengumuman “Pengumuman pengumuman ! Tahun ini pada perayaan Mahashivratri akan diadakan pesta yang diadakan oleh Samrat Bindusara dan beliau telah memerintahkan untuk merayakannya dengan baik” ujar utusan tersebut sambil menabuh kenongnya
Sementara itu Helena sedang berada dikamarnya sedang asyik bermain halma sendirian, Justin menemuinya dan merasa heran dengan kelakuan ibunya “Ibu, kenapa kamu tidak peduli pada semua ini ? Semuanya ini akan diambil oleh Acharaya Chanakya juga tabib perempuan itu yang telah menyembuhkan Bindusara hingga sehat kembali ! Sedangkan kita tetap diam ditempat tidak bergerak kemana mana !” Helena hanya tersenyum sambil memperhatikan kepanikan di wajah anak semata wayangnya itu “Dalam sebuah permainan, kamu seharusnya juga bisa mengerti pergerakan musuh juga, Justin … kalau tidak kita bisa kalah, saat ini ibu sedang memikirkan cara yang baru, apakah kamu mempunyai sebuah ide ?” Justin hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan ibunya “Sampai kita belum menemukan cara yang terbaik, kita tidak akan melakukan apa apa, secepat mungkin kita akan segera tahu apa yang akan kita lakukan dan tujuan seperti apa yang akan kita dapatkan !”
Dikandang kuda, Ashoka sedang memberi makanan untuk Gul Bhushan “Aku harus mengatakan padamu bahwa aku akan meninggalkan tempat ini dan begitu aku pergi, aku akan menjadi Samrat Vanraj ! Aku tahu kamu pasti akan merindukan aku, aku juga akan merindukan kamu juga karena kamulah yang pertama kali menendang aku dan aku tidak akan berkata apa apa padamu, baiklah … sekarang aku harus pergi” ujar Ashoka kemudian teringat bagaimana dulu Acharaya berkata padanya bahwa iblis itu sebenarnya masih hidup, Ashoka terkejut.
Disebuah pasar, ada seorang pengemis yang meminta makanan pada seorang penjual makanan tapi penjual itu malah mengusirnya pergi, kebetulan saat itu Ashoka berada dipasar dan melihat si pengemis yang meminta makanan itu sangat kelaparan “Hei kamu, kemari ! Kamu mau ini ?” kemudian Ashoka memberikan ladu yang dibawanya sedari tadi kepada pengemis, tepat pada saat itu ketika penjual makanan lengah, ada salah seorang pria yang mencuri ladunya, ketika penjual memperhatikan dagangannya, dia segera keluar dari kiosnya dan menghampiri si pengemis kemudian menuduhnya mencuri ladu “Aku ini saksinya, dia itu tidak mencuri !” penjual itu melihat tangan pengemis penuh dengan ladu yang diberikan Ashoka tadi “Lihat, dia telah mencuri laduku !” ujar penjual itu “Bagaimana bisa kamu mengatakan kalau dia yang mencurinya ? Ini tidak adil untuk menyebut seseorang sebagai pencuri seperti ini !” Ashoka mencoba membela si pengemis, sementara itu pria yang mencuri ladu si penjual menaruh ladu curiannya ditas si pengemis “Aku melihat tangannya ini penuh dengan ladu, dia pasti menginginkan mereka maka dari itu dia adalah pencuri ! Bagaimana bisa kamu malah mendukungnya ketika kita bisa melihat semuanya dengan sangat jelas” ujar penjual, kembali Ashoka teringat ketika Acharaya mengatakan padanya bahwa “Sang tabib ditemukan tewas di sebuah ruangan misterius maka dia pasti iblis itu” tapi bagaimana bisa Acharaya mengatakan “Tapi rasanya tidak perlu kita melihat kebenarannya, bisa saja iblis itu adalah orang lain dan dia yang membunuh sang tabib untuk menyelamatkan dirinya sendiri” Ashoka menyadari bahwa iblis itu masih hidup.
Dari kejauhan Chanakya memperhatikan Ashoka bersama Radhagupta, Radhagupta bertanya pada Chanakya “Acharaya apakah kamu tahu siapa sebenarnya si iblis itu ?” Acharaya masih terus memperhatikan Ashoka “Aku tidak tahu tapi yang aku tahu bahwa tabib itu bukan sang iblis, hanya anak ini Ashoka yang akan mencari tahu siapa iblis itu sesungguhnya, Ashoka itu bukan anak biasa, dia itu unik, aku yakin dia pasti akan mencari tahu” tepat pada saat itu pria yang mencuri ladu si penjual menghampiri Acharaya, Radhagupta segera memberinya sekantong koin emas, pria itu berlalu meninggalkan mereka dan ternyata dia adalah pria suruhan Acharaya untuk mencuri ladu si penjual dan ditaruhnya ditas si pengemis.
Dari pasar Ashoka mendatangi tanah lapang dimana diadakan penghormatan terakhir untuk sang tabib sebelum mayatnya dibakar, dari kejauhan Ashoka melihatnya dengan seksama dan ketika dilihatnya dibagian dada sang tabib, Ashoka tidak menemukan tanda didadanya seperti yang Ashoka lihat pada tubuh sang iblis ketika mereka sedang bertarung dengannya “Acharaya benar, tabib itu bukanlah si iblis, lalu siapa iblis itu sekarang ?”
Dharma sedang berkumpul dengan para pelayan istana lainnya, mereka sedang merangkai bunga untuk pemujaan dewa, salah seorang pelayan bertanya pada Dharma “Dharma, apakah kamu selalu melakukan pooja bersama suamimu pada perayaan Mahashivratri ?” Dharma teringat bagaimana dirinya selalu melakukan pooja itu sendirian, kemudian pelayan yang lain juga berkata “Hari ini Ratu Subrishri akan datang, dia itu adalah istri ketiga Maharaja Bindusara, dia itu orangnya sangat menyenangkan dan tidak ada orang istana yang suka bertengkar dengannya, kehidupannya itu sangat sederhana bersama dengan anaknya Drupata”
Diluar dihalaman istana, rombongan Ratu Subrishri memasuki kerajaan Magadha bersama anak laki lakinya, di halaman depan Maharaja Bindusara telah bersiap menyambutnya bersama seluruh keluarga kerajaan, Subrishri memberikan salam pada mereka, Bindusara membelai wajah anaknya Drupata “Ayah, ibu tidak membiarkan aku memegang sebuah pedang ditanganku, katanya aku ini masih kecil, apakah aku masih kecil, ayah ?” Bindusara tersenyum “Tidak ! Kamu itu kuat, nak ! Terima kasih, Subrishri kamu mau datang kesini” ujar Bindusara kemudian masuk kedalam istana “ Subrishri, kamu harus segera bersiap siap untuk pestanya nanti” ujar Helena
Dharma memasuki sebuah ruangan dimana para ratu sedang merawat tubuh mereka, Cahrumitra dan Noor sedang duduk bersisian dan para pelayan melakukan perawatan kaki, Charumitra mengejek Noor dengan mengatakan “Setiap tahun aku selalu duduk disebelah Maharaja pada saat melakukan pooja” Noor tersenyum sinis “Lebih baik kamu seharusnya mengawasi anakmu, dia bisa saja melakukan sesuatu”, “Dia adalah calon penerus Samrat, kamu tidak boleh berkata seperti itu” ujar Charumitra kesal “Tapi dia itu kalah dari rakyat biasa yang bekerja dikandang kuda yang bernama Ashoka” Dharma mendengarkan pembicaraan mereka, tepat pada saat itu Subrishri datang menemui mereka. Noor dan Charumitra segera menyambutnya dan memberikan salam “Aku datang kesini untuk merayakan Mahashivratri bersama suamiku karena itu baik untuk sepasang suami istri” ujar Subrishri, namun Charumitra dengan gaya sok pedenya berkata “Maharaja akan memutuskan dengan siapa dia akan duduk bersamanya pada saat pooja nanti” kemudian mereka bertiga meninggalkan ruangan tersebut, sementara Dharma masih bertahan disana dan berkata pada dirinya sendiri “Maharaja ingin menciptakan kedamaian untuk bangsanya akan tetapi disini di dalam istana tidak ada kedamaian sama sekali”
Di salah satu ruang istana, Bindusara sedang berkumpul dengan Chanakya dan para pendeta, salah seorang pendeta berkata “Yang tertangkap kemarin itu adalah tabib yang baik, kita tidak pernah mengira kalau dialah iblis itu !” tepat pada saat itu Ashoka memasuki ruangan tersebut dan berkata “Samrat ! Tabib itu bukanlah sang iblis, dia itu dibunuh makanya perhatian kita terkecohkan oleh iblis yang sebenarnya, aku yakin iblis yang sesungguhnya itu masih hidup !” ujar Ashoka lantang “Bagaimana kamu bisa mengatakan hal semacam ini ?” tanya salah satu pendeta “Iblis itu mempunyai tanda di tubuhnya tapi kalau tabib itu tidak punya tanda apa apa ditubuhnya, hadiah yang telah anda berikan untukku itu, aku tidak pantas menerimanya” Acharaya tersenyum dan berkata “Jadi kamu bisa menerima kalau kamu telah berbuat kesalahan ?”, “Ya, aku tahu itu tapi kali ini aku akan menangkap iblis yang sebenarnya dan akan meminta hadiahku !” ujar Ashoka “Jika iblis ini masih hidup maka kita akan menemukannya, Ashoka kamu harus lebih bersiap siap karena kamu akan menemukan iblis yang sebenarnya, kali ini jangan lakukan kesalahan lagi !” ujar Bindusara “Kali ini, saya tidak akan melakukan kesalahan, Samrat … Ini adalah janji saya !”
Ashoka menemui ibunya dikamarnya “Ibu, aku telah melakukan kesalahan, tabib itu bukan sang iblis”, “Ashoka, hal yang penting adalah kamu telah belajar dari kesalahanmu” ujar Dharma sambil melipat pakaian pakaiannya “Aku akan mencari tahu siapa iblis yang sebenarnya”, “Saat ini ibu akan melakukan pemujaan Mahashivratri, ibu ingin kamu membaca beberapa ayat dalam kitab suci, karena kamu dikelilingi oleh berbagai macam masalah, kamu harus berdoa pada Dewa”, “Aku akan melakukannya ibu !” ujar Ashoka sambil melirik kearah patung Dewa Siwa “Tapi ingat jangan melanggar pada saat pembacaan doanya !” Ashoka segera mengangguk menuruti permintaan ibunya.
Bindusara dan keluarganya mendatangi tempat pemujaan, semua yang hadir disana menyambutnya dan memberinya salam “Silahkan, dimulai saja pemujaannya” saat itu Noor sudah bersiap hendak maju ke depan untuk melakukan pemujaan bersama Bindu, namun pendeta menghentikan langkahnya “Ratu Charumitra, anda adalah istri pertama Maharaja maka anda mempunyai hak untuk duduk pada saat pemujaan” Noor segera mundur dengan kesal sementara Charumitra tersenyum senang, Bindu dan Charumitra melakukan pemujaan, sementara Dharma juga berada disana berdiri dibelakang Bindusara “Yaa Dewa, ini adalah takdir baikku meskipun aku tidak duduk disampingnya, paling tidak dia suamiku ada bersamaku hari ini” doa Dharma dalam hati. Sementara itu Bindu dan Charumitra mulai melakukan ritual pemujaan, tak lama kemudian pendeta meminta mereka untuk berdiri, Cahrumitra tersenyum sinis kearah Noor, Noor yang tidak terima perlakuan Charumitra segera menghalangi kaki Charumitra diam diam, Charumitra terjatuh dan tidak bisa berdiri karena kakinya sakit, Dharma segera menghampirinya dan berkata “Maharaja, Ratu Charumitra kakinya keseleo, dia tidak bisa berdiri”, “Lalu bagaimana dia akan melakukan pooja nya sekarang ?” ujar Noor sambil mengejek “Dia tetap akan melakukan pooja, Subadrangi akan membimbingnya, Subadrangi bantu Ratu Charumitra untuk berdiri” Dharma terkejut, akhirnya Bindusara, Charumitra dan Dharma dibelakangnya melakukan pooja bersama sama, dalam hati mereka berdoa dengan doa mereka masing masing, dalam doanya Bindu berkata “Sampai hari ini aku masih merindukan Dharma” sementara itu dalam hati Dharma berdoa “Aku telah datang untuk mengetahui bahwa apapun yang terjadi maka terjadilah hanya untuk kebaikan semata dan aku menerima semua keputusan Dewa”
Ashoka berada di tanah lapang dekat sungai, Ashoka sedang menghias patung Dewa Siwa dengan bunga bunga disekitarnya, kemudian Ashoka memulai poojanya.
Ditempat pemujaan di istana, Guru (pendeta) datang menghampiri Bindusara yang sedang duduk bersama ketiga putranya untuk melakukan pemujaan “Samrat, kami telah menangkap orang orang yang mempunyai tanda ditubuhnya” sambil berbisik Bindusara berkata “Tunjukkan mereka ke Ashoka !” Sushima yang mendengarnya merasa penasaran “Ada apa, ayah ?”, “Kami tahu kalau iblis itu masih hidup tapi secepatnya dia akan segera tertangkap karena Ashoka adalah saksinya, aku percaya dengannya” Sushima sangat kesal begitu mendengar ucapan ayahnya, setelah itu Bindu kembali sibuk melakukan pemujaan. Sushima teringat bagaimana dulu Bindusara sangat menghargai Ashoka, bagaimana Ashoka mendapatkan perhatian dari Bindusara, ketika dirinya hendak meniggalkan tempat pemujaan, ibunya dari arah belakang menahannya agar tetap ditempat “Sabar, tenang dan jangan tinggalkan pemujaan” namun sayangnya karena amarah yang sudah memuncak yang tidak bisa di kontrol oleh Sushima, Sushima langsung pergi meninggalkan tempat pemujaan tanpa mendengarkan nasehat ibunya, Bindusara terkejut melihat kepergian Sushima dari tempat pemujaan, sementara itu Noor mendekat kearah Charumitra dan berbisik “Kamu itu terus berusaha untuk meningkatkan pribadi anakmu itu dan dia juga terus melakukan hal hal yang bisa menghancurkannya” ujar Noor sambil tersenyum sinis
Disisi lain ditepi sungai Ashoka sedang melakukan pemujaan, dilain pihak Bindusara juga sedang melakukan pemujaan, tiba tiba Sushima mendatangi Ashoka yang sedang melakukan pemujaan dan langsung mencambuknya, Ashoka hanya diam saja, dirinya teringat ketika ibunya mengatakan “Jangan hentikan pemujaan apapun alasannya” Sushima kembali mencambuk punggung Ashoka, Ashoka berusaha bertahan menahan sakit akibat cambukan itu, Ashoka terus melakukan pemujaan sementara Sushima berkali kali mencambuk punggungnya hingga akhirnya ketika pemujaannya selesai, Ashoka segera membuka matanya dan memegang cambuk tersebut lalu melempar Sushima sekeras mungkin hingga Sushima jatuh tersungkur “Aku memang telah tahu bahwa kamu itu hanyalah seorang pengecut yang menyerang orang lain dari belakang” ujar Ashoka marah “Hari ini aku akan menunjukkan pada kamu siapa yang sebenarnya pengecut !” ujar Sushima sambil mengeluarkan pedangnya dan menyerang Ashoka membabi buta, Ashoka yang saat itu hanya menggunakan tangan kosong, berusaha mengelak serangan demi serangan dari Sushima hingga akhirnya Ashoka berguling ditanah dan mengambil selongsong pedang Sushima dan berusaha menahan serangan pedang Sushima, ketika Ashoka dan Sushima sedang bertarung tiba tiba Ashoka melihat tanda ditubuh Sushima yang persis sama seperti yang dia lihat di tubuh sang iblis, Ashoka sesaat tertegun “Jadi kamu itu sang iblis ?” Sushima melirik kearah tanda tubuh didadanya dan berkata “Hari ini aku tidak akan membiarkan kamu hidup !” Sushima langsung menyerang Ashoka namun Ashoka segera merengkuh lehernya, Ashoka teringat bagaimana dulu ketika dirinya memukul seorang anak, kemudian Dharma menghampirinya dan berkata “Kekasaran itu bukan jalan keluar pada setiap permasalahan, berjanjilah pada ibu bahwa kamu tidak akan bertarung dengan orang lain mulai dari sekarang !” ujar Dharma sambil meletakkan tangan Ashoka dikepalanya “Tapi jika dia memukul aku terlebih dulu, apakah aku harus diam saja, ibu ? Itu bisa dianggap seperti seorang pengecut” ujar Ashoka “Berada pada jalan kedamaian itu bukanlah pengecut, nak … Tuhan akan menolong kamu dalam keadaan yang sulit sekalipun” setelah teringat ucapan ibunya Ashoka melepaskan cengkramannya pada Sushima, Sushima yang masih marah mencoba untuk memukul Ashoka lagi dan berkata “Kematianmu sudah dekat saat ini !” tepat pada saat itu dari kejauhan para prajurit berkuda datang kearah mereka, Sushima yang melihatnya segera berlalu meninggalkan Ashoka yang saat itu sedang terkapar ditanah “Prajurit, tangkap pangeran Sushima ! Dia itu sang iblis !” ujar Ashoka sambil menunjuk kearah Sushima yang sudah pergi dengan kudanya “Apakah kamu itu gila ? Dia itu penerus Maharaja” ujar prajurit yang tidak percaya dengan ucapan Ashoka “Aku akan mengatakannya pada Samrat tentang pangeran Sushima, dia pasti akan mengambil keputusan yang tepat !” ujar Ashoka lantang “Jangan ganggu Samrat Bindu, kamu itu dipanggil sama Guru, ayoo ikut kami !” ujar prajurit
Sementara di kamar Noor, Noor memberikan kalung untuk Siamak anaknya “Ibu, bangga padamu, Siamak” ujar Noor sambil mengalungkan kalung tersebut dileher Siamak “Apa yang telah aku lakukan ibu ?” Noor tersenyum “Keluguanmu itu bagus, hari ini kamu telah menyelesaikan pemujaan dengan ayahmu, Sushima mungkin yang tertua tapi dia tidak dapat bahkan duduk pada pemujaan dan ketika nama penerus Maharaja mulai ditentukan, maka hal ini akan mulai diperhitungkan”, “Kenapa kak Sushima selalu marah padaku ?” tanya Siamak “Karena dia cemburu padamu, karena kamu mendapat dukungan dari kakekmu Panglima Khurasan, Ratu Charumitra dan Sushima tahu bahwa siapa orangnya yang akan mendapat kekuasaan tahta kerajaan” ujar Noor sambil tersenyum “Apakah aku bisa menjadi Samrat dari Magadha”, “Tentu saja bisa !” ujar Noor mantap
Ashoka menemui Guru “Guru, jika anda tidak percaya pada saya, maka lebih baik lihat saja dada pangeran Sushima, ada sebuah tanda ditubuhnya, dia itu iblis yang sesungguhnya, anda bisa saja menghukum anak kecil yang tidak bersalah seperti saya, anda bisa saja memberikan saya hukuman mati tapi seseorang yang benar benar tersangka, anda tidak bisa menangkapnya !” ujar Ashoka lantang “Meskipun jika kami menganggap pangeran Sushima mempunyai tanda ditubuhnya sama dengan ditubuh sang iblis, lalu kenapa ? Mungkin ada banyak orang yang mempunyai tanda ditubunya yang sama dengan orang lain, apakah kamu ingin kami mencurigai pangeran Sushima ? Kamu itu hanyalah seorang saksi yang hanya mengecek orang orang yang telah kami tangkap” ujar Guru “Aku telah menangkap pelaku sebenarnya tapi kalian tidak berani melakukan tindakan untuk menangkapnya ! Ini tidak adil ! Ketika nanti aku datang di sebuah pengadilan, pertama tama adalah Raja, putra mahkota atau pangeran, jika kamu dan Samrat dapat berbuat keadilan maka aku Ashoka juga bisa berbuat keadilan !” Sinopsis Ashoka Samrat episode 14 by Sally Diandra.