Sinopsis Ashoka Samrat episode 14. Ashok tidak bisa terima dengan apa yang di katakan Guru (perdana menteri), tanpa gentar dia berkata, “saya sudah menangkap pelaku sebenarnya tapi kalian tidak mau mengambil tidakan melawannya, ini ketidak adilan. Ketika masalah keadilan, walaupun yang satu adalah raja, ahli waris ataupun pangeran, jika anda dan Samrat tidak bisa menegakan keadilan, maka aku- Ashok yang akan melakukan keadilan!” Guru dengan geram mengangkat, “hentikan! Apakah kau ingin mengajariku bagaimana menegakkan keadilan? Aku tahu kewajibanku pada rakyat, jadi jangan mengurui aku!” Guru dengan bertepuk tangan menyuruh membaw masuk orang-orang yang di tangkapnya. Lalu dengan isyarat tangan, dia menyuruh Ashok memeriksa orang-orang itu. Sambil melirik tak suka, Ashok menuruti apa yang di suruh Guru. Satu persatu dia memeriksa tato di tubuh orang-orang itu dengan seksama.
Sushim dengan panik memberitahu Charumitra kalau Ashok telah melihat tato di tubuhnya, “kalau sampai dia mengatakan hal ini pada ayah, aku akan di tangkap.” Charu yang ikutan panik bertanya mengapa Sushim menemui Ashok, padahal dia sudah melarangnya? Dengan rasa bersalah Su shim menjawab, “Semua ini karena dirimu ma. AKu punya tato ini karenamu…” Tanpa bicara Charu membalikan bandan dan menghampiri kotak yang ada di atas meja. Sushim memanggilnya, “Maafkan aku, seharusnya aku tidak meninggalkan upacara puja. Tapi ketika ayah berkata kalau iblis masih hidup, aku jadi takut, makanya aku pergi menemui Ashok…” Charu berbalik menatap Sushim dengan sebilah belati di tangan. Melihat itu, Sushim jadi tegang. Charu mendekatinya, Sushim dengan ketakutan mundur, “ma.. apa ini?” Charau berkata kalau dirinya akan coba menyelamatkan Sushim agar tidak tertangkap.
Ashok memberitahu Guru kalau tak seorangpun dari orang-orang itu yang mempunyai tato iblis. Guru dengan sangsi bertanya, “apakah kau mengatakan yang sebenarnya?” Ashok menjawab kalau hanya pengecut yang berbohong, dan dirinya bukan pengecut. Guru melambaikan tanganya menyuruh orang-orang itu pergi. Guru kemudian meminta Ashok mengambarkan tato yang dia lihat. Ashok menurut. Dia mengambil pena dan kertas, lalu mengambarkan tato yang dia lihat di tubuh iblis. Lalu menyerahkannya pada Guru. Guru mengamati gambar itu lalu terlihat berpikir keras…
Di tempat terpisah, Sushim berteriak kesakitan ketika Charumitra dengan pisau membara menggores tato ditubuh Susshim, lalu membubuhkan sejenis obat sambil berkata, “ayahmu tidak pernah menghabiskan waktu denganmu, dia tidak akan tahu tentang tato itu. Dan obat ini…dalam 12 jam akan menghapus tato itu sepenuhnya.”
Malihat reaksi Guru saat melihat tato itu, Ashok berkata, “kalau anda mempunyai masalah, maka biar aku saja yang memberitahu Samrat kalau Sushim adalah iblis itu.” Guru menoleh kearah Ashok dengan tatapan tiak suka, “kau pikir samrat akan mendengar kata-kata orang awam sepertimu? kau bahkan tahu siapa yang kau bicarakan. Pangeran Sushim putra Samrat. Samrat tidak akan mendengarmu.” Ashok mengeluh, “ini masalahnya. Dia harus mendengarkan kebenaran.” Guru bertanya apakah Ashok dapat memenuhi janji? Ashok berkata kalau dirinya selalu memegang teguh janji yang di buatnya. Guru berkata karena Ashok mengatakannya penuh keyakinan, maka dirinya akan menyelidiki masalah ini, “tapi ini akan makan waktu lama. Dan berjanjilah, bahwa sampai waktu itu tiba, jangan memberitahu siapapun kalau Sushim adalah iblis itu.” Ashok dengan heran bertanya, “mengapa begitu?” Guru menjawab, “sebelum menuduh pangeran Sushim, aku harus mencari bukti-buktinya terlebih dahulu. Jika sampai ada orang yang tahu, maka mereka akan menghapus bukti itu. Tugas kita adalah menangkap iblis yang sebenarnya, untuk itu kita harus menyelidikinya secaraa diam-diam.” Ashok terlihat berpikir…
Charu meminta Sushim agar tidak keluar dari kamar hingga besok, karena dirinya akan menghapus semua bukti-bukti yang menentang Sushim. Sushim mengangguk.
Bindusara memebritahu Achari Chanakya kalau dirinya merasa lebih baik setelah melakukan puja. Chanakya memberitahu Bindu kalau setelah selesai melakukan upacara suci itu, mereka akan selalu merasa terisi. Setelah berkata begitu, Chanakya terlihat termenung sejenak, melihat itu Bindu bertanya, “apa yang membuat anda khawtir achari?” Chanakya dengan rasa ingin tahu bertanya kenapa rajkumar Sushim meninggalkan upcara pemujaan? Bindu terlihat bingung, tak tahu harus menjawab apa. Helena dan Justsin datang. Bindu mempersilahkan mereka duduk. Keduanya tersenyum dan mengangguk, tapi tidak duduk. Pada Chanakya, Helena dan Justin memberi hormat. Chanakya membalas penghormatan mereka dengan anggukan kepala. Justi memuji Bindu dengana mengatakan kalau upacara puja hari ini berjalan lancar. Bindu tersenyum. Helena berkata kalau dia datang untuk menyuruh Bindu istirahat. Bindu mengucapkan terima kasih atas perhatian Helena. Justin menyela dengan berkata, “..sesuai ritual, anda harus memilih salah satu ratu untuk menghabiskan malam bersama anda. Dan saat ini, semua ratu sedang menunggu..” helena mendukung kata-kata Justin. Bindu diam berpikir.
Noor sedang di mandikan pelayan. Dia meminta salah satu pelayan pergi memanggil Dharma. Dharma datang. Noor dengan arogan berkata, “aku dengar kau memiliki sihir di tanganmu. Buatlah beberapa krim herbal yang bisa menambah kecantikanku sehingga Samrat tidak akan melihat orang lain selain aku.” Dharma terpaku mendengar perintah Noor. Melihat itu, Noor menegurnya, “ada apa? Cepatlah buat!” Dengan terpaksa Dharma memenuhi perintah Noor. Saat Dharma sedang meracik ramuan, pelayan norr berkata, “ratu noor, anda sudah sangat begitu cantik, anda tidak butuh ramuan apapun.” Noor menyahut, “..malam ini sangat penting, aku tidak bisa melewatkan kesempatan ini.”
Helena memberi saran agar malam ini Bindu menghabiskan malam bersama Subrishri, karena dia sangat cantik, sederhana dan tidak terlibat politik, “dia sangat berhak mendapatkan waktu anda.”
Di kamarnya Subrishri meminta pelayan menidurkan pengeran Drupat, sehingga Bindu bisa datang menemuinya. Pelayan mengangguk, “jangan khawatir, Ratu. Silahkan tunggu Samrat.”
Bindu berkata kalau dirinya setuju dengan Helena kalau Subrishi adalah wanita sederhana. Masalahnya adalah dia tidak banyak bicara. Chanakya menyela setelah terlbih dahulu minta maaf, “maaf, saya tidak bermaksud mencampuri masalah pribadi anda. Saya hanya ingin mengatakan bahwa anda telah di serang berkali-kali sehingga orang-orang bertanya-tanya siapa yang akan jadi Samrat berikutnya. Malam ini, kamar siapa yang anda datangi, maka ratu itu akan di anggap favorit dan anaknya akan menjadi Samrat berikutnya. Oleh karena itu, kumohon, ambillah keputusan dengan bijak.”
Charumitra sedang mengasapi kamarnya dengan asap dupa yang harum ketika Guru (perdana menteri) datang ingin menemuinya. Tapi penjaga memberitahu Guru kalau Charu melarang siapapun masuk kekamarnya kecuali Bindusara. Guru kemudian menanyakan keberadaan pangeran Sushim pada penjaga.
Saat itu Sushim sedang di istal, Bal Ghoavin menyiapkan segala sesuatunya. Merasa tidak puas dengan kerja, Bal, sambil membentak, Sushim menendang Bal Ghavin sampai bal terpelanting jatuh. Sushim menyuruh Bal Ghovin memasukan senjata kedalam buntelannya dan menaruhnya diatas punggung kuda. Dengan gugup dan takut, bal menjalankan perintah Sushim. Ketika dia hendak mengangkat buntelan, segepok kunci jatuh dari dalam buntelan itu. Bal menjadi panik. Sushim memunggut kunci itu, sambil melotot dia menepuk pundak Bal Ghovin. Tapi bukan hanya itu saja, dengan kekuatan penuh Sushim mendorong tubuh Bal hingga jatuh, lalu dia menaiki punggung kudanya tanpa rasa bersalah. Bal Ghovin gemetar ketakutan di sudut istal. Sushim sedang mengambil cambuk dari tangan pelayan ketika ekor matanya menangkap kehadiran Ashoka. Dengan penuh kebencian, Sushim menatap Ashoka. Yang di tatap balas memandang dengan tatapan serupa. Ashok berjalan mendekat. tiba-tiba Sushim mengayunkan cambuknya kearah Ashok. dengan gesit Ashok menghindar. Cambuk Sushim berlalu hanya beberapa inci dari kepalanya. Melihat usahanya gagal, Sushim dengan cepat berlalu dari tempat itu di ikuti tatapan penuh kebencian dari Ashoka.
Setelah Sushim pergi, ashok mendekati Bal Ghovin yang gemetar dan duduk disampingnya. Dia bertanya pada bal, “iblis itu mau melarikan diri kemana?” Mendengar suara Ashok, Bal tersentak ketakutan, “apa? iblis?” Melihat itu Ashok segera menenangkan, “maksudku pangeran Sushim seperti iblis..” Bal Ghovin melarang Ashok memanggil seorang pangeran seperti itu, “dia pergi beruru. Dia membawa semua senjata…” Ashok membaringkan tubuhnya diatas tumpukan jerami sambil memikirkan Sushim yang merupakan iblis mempunyai begitu banyak senjata. Bala bertanya kenapa Ashok tidak pergi dari istana? Ashok memberitahu bal kalau tabib bukanlah iblis, “aku memberitahu samrat sampai aku berhasil menangkap iblis itu, aku tidak akan mengambil hadiah yang dia berikan.” Bal menyesalkan tindakan Ashok, menurutnya Ashok seharusnya pei begitu mendapat kesempatan. Ashok menyahut kalau dirinya tidak bisa berbohong, “aku tidak takut pada iblis itu, aku punya keberanian untuk menangkap iblis yang sebenarnya. Kalau kau berada di tempatku, kau pasti melakukan hal yang sama.” Bal menggeleng, “kalau aku tahu iblis masih hidup, maka aku akan lari dari tempat ini.” Ashok menepuk bahu Bal, “jangan khawatir, aku ada bersamamu.” Setelah berkata begitu Ashok peri. Bal Ghovin berpikir, “kau benar Ashok. Selama kau ada disini, aku punya kesempatan untuk bebas dan pergi jauh di mana tidak akan ada iblis.”
Ratu Noor sedang bersiap-siap di bantu pelayan. Semua aksesoris yang dia miliki di pakainya semua. Sambil berkaca, Noor tersenyum puas dengan penampilannya.
Di kamarnya, Bindu sedang meminum obatnya sambil memejamkan mata menahan pahit. Setelah habis, dia menyerahkan gelas kosong itu pada Dharma. Dharma menerima gelas itu dan hendak beranjak peri ketika tiba-tiba Bindu berkata kalau dirinya ingin beristirahat di kamar saja. Dharma tersenyum senang, “tapi Samrat, anda harus mengikuti ritual.” Bindu menggeleng, “ketika hati mengatakan tidak, maka ritual akan menjadi sesuatu yang di paksakan.” Dharma mengingatkan, “anda mempunyai beberapa tugas sebagai suami, dan anda harus menjalani tugas itu, memenuhi janji anda.” Bindu teringat Dharma yang pernah mengatakan hal yang sama. Dengan sedih dia berkata, “beberapa tahun yang lalu, seseorang mengatakan ini padaku dan mengingatkan aku untuk memenuhi tugasku. Tapi aku pergi meninggalkan dia, orang yang paling dekat di hatiku.” Dharma tertegun. Dan masih mematung hingga Bindusara berlalu pergi dari hadapannya.
Chanakya sedang bersemedi di kamarnya dengan mata terpejam ketika Ashoka masuk kekamarnya. Ashok berdiri di belakang Chanakya dengan hati gundah. Dia teringat kata-kata Bal Ghovin dan Guru (perdana meteri). Ashok menghela nafas berat. dia ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat Chanakya yang sedang khusyuk, Ashok membatalkan niatnya. Dia hendak membalikan badan ketika Chanakya menyapanya, “… Samrat Vanraj, kau merasa segan untuk mengatakan sesuatu?” Mendengar sapaan Chanakya, Ashok tersenyum tipis, “bukan begitu.” Chankay berkata kalau ksatria tidak enggan untuk mengatakan kebenaran. Ashok teirngat janjinya pada Guru untuk tidak memberitahu siapa-siapa kalau Sushim adalah iblis. Ashok mengalihkan perhatian Chanakya dengan bertanya, “apa yang akan di lakukan pada pelakunya kalau tertangkap?” Chanakya menjawab, “mereka di hukum. Samrat yang akan memberi mereka hukuman.” Ashok bertanya lagi, “jika aku memberitahu Samrat Bindusara bahwa seseorang yang dekat denganya adalah iblis, akankah ia memihak dia?” Chanakya tidak menjawab pertanyaan Ashok, tapi balik bertanya, “..ku anggap kau rakyat, orang biasa, apakah kau berpikir bahwa ketika kau memberitahu samrat Bindusara kalau orang terdekatnya adalah iblis yang sebenarnya lalau dia akan memihaknya?” Ashok terlihat berpikir sebentar lalu menggeleng, “tidak.” Chanakya tersenyum, “ini aneh. Kau yang selalu memperolok samrat, yang selalu bilang kalau dia tidak perduli pada rakyat, sekarang mengatakan kalau dia akan berlaku adil?” Dengan enteng Ashok menyahut kalau perspektifnya terhadap samrat berubah setelah mengenalnya dari dekat, “aku telah melihat sisi baik samrat, caranya membawaku ketika aku terluka, dia juga memberi kami makanan kerajaan.” Chanakya tersenyum, “kalau kau tahu kebenarannya kenapa masih bertanya padaku?” Ashok menjawab, “aku ingin menedngar pendapat anda.” Chanakya mengatakan kalau keadilan tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan, “kalau kau ingin keadilan maka kau harus memiliki hati yang kuat. Kapanpun aku menemukan situasi dimana Samrat Bindusara akan memihak,.. ya dia melakukan keberpihakan itu. Kau masih anak-anak, kau akan memahami semua itu seiring berjalannya waktu.” Dengan cepat Ashok menjawab, “aku tidak perlu waktu untuk memahami keadilan. Jika samrat tidak melakukan keadilan maka aku akan melakukannya sendiri.”
Chanakya berdiri termenung di kamarnya ketika Radhagupta datang. Tanpa basa-basi Radha bertanya kenapa Chanakya membuat Ashok meragukan Bindusara? Chanakya menjawab, “kita melihat anak itu sebagai samrat berikutnya. Dia telah memiliki rasa percaya pada Samrat Bindusara. Aku memanipulasi perasaannya sehingga muncul keraguan di hatinya. Dengan begitu dia akan mencoba untuk memahami samrat bindusara lebih dekat. Dia akan menguji samrat Bindusara dan ujian itu akan membuat Ashok semakin dekat dengan samrat Bindusara.” Mendengar itu, Radhagupta mengungkapkan keheranannya, “jika samrat Bindusara begitu mencintai Dharma, kenapa anda tidak memberitahu dirinya kalau Dharma dan Ashok ada di sini? Aku tahu anda tidak takut pada Khurasan ataupun ratuh Helena.” Chanakya memberitahu Radhagupta kalau dirinya memang memiliki rasa takut. Radhagup semakin heran, karena selama ini dia selalu melihat Chanakya tidak punya rasa takut. Chanakya menjelaskan ketakutannya, “di sini kita memiliki banyak musuh, semua egois. Mereka semua menginginkan tahta. Dalam situasi seperti ini kita bahkan tidak bisa melindugi Samrat bindusara apalagi melindungi Dharma dan Ashok. Kalau keluarga kerajaan tahu ada satu orang lagi yang mempunyai hak atas tahta, mereka akan jadi gila dan akan coba menghabisi Ashok.” Radhagupt bertanya, “lalu sampai kapan kita akan menyembunyikan semua ini?” Chankaya menjawab, “sampai Ashok mendapatkan kekuasaan.”
Bindusara sedang duduk di sisi tempat tidur dengan tangan di dagu. Dia teringat kata-kata Chanakya kalau siapapun ratu yang akan dirinya datangi malam ini, itu akan memberi pesan kalau dirinya sangat mencintai ratu itu dan akan menjadikan anaknya sebagai samrat berikutnya. Chanakya meminta dirinya untuk berpikir sebagai samrat bukan seorang suami.
Para Ratu bersiap menunggu kedatangan Bindusara di kamranya masing-masing. Bindusara berjalan keluar dari kamarnya menyusuri lorong-lorong menuju kamar para ratu. Satu persatu para dayang memberitahu ratu mereka kalau samrat sedang menuju ketempatnya, mereka semua terlihat bahagia, tapi begitu samrat tidak berbelok hanya lurus saja, mereka mulai kecewa dan marah-marah. Terutama ratu Charumitra. Begitu Samrat tidak datang kekemarnya, dan tidak ada di kamarnya, dia langsung berpikir kalau Samrat pergi ke tempat ratu Noor. Charumitra berpikir kalau Bindusara lebih mencintai siamak daripada Sushim. Berpikir seperti itu, Charumitra langsung melakukan ritual ilmu hitam untuk Noor karena telah mencuri Bindusara darinya malam ini.
Padahal bindusara tidak mendatangi siapa-siapa malam ini. Dia hanya berjalan keliling lorong istana lalau balik lagi ke kamarnya. Saat akan memasuki kamar, dia berpapasan dengan Dhrama. Melihat Dharma, Bindusara langsung menghentikan langkahnya. Bindusara tertegun memandang Dharma. Di tatap Bindu begitu rupa, Dharma segera merapatkan kain untuk menutupi wajahnya.
Dharma berdiri kaku di depan Bindusara yang juga berdiri tak jauh darinya. Pada Dharma, Bindusara berkata kalau semua ratu sedang menunggu dirinya, “tetapi aku samrat, aku harus mengambil keputusan bijak demi rakyatku. Aku tidak tahu siapa yang akan jadi samrat berikutnya, dan aku tidak ingin memilih dia dengan tergesa-gesa.” Dharma menginggatkan Bidusara bahwa sesuai dengan ritual, dia harus menghabiskan malam bersama ratu favoritnya. Bindu menyahut, “sesuai dengan ritual aku harus menghabiskan malam bersama orang yang aku suka. Aku sudah mengambil keputusan di mana aku akan menghabiskan malamku. Ayo ikut aku..” Bindu mengajak Dharma pergi ke suatu tempat. Tiba di sana, Bindumemberitahu Dharma kalau dirinya tidak memberitahu siapapun tentang tempat itu, ‘tapi aku telah membawamu kesini, karena kamu terlihat seperti ratuku ini..” Bindusara menunjukan sesuatu, Dharma terkejut melihatnya… Sinopsis Ashoka Samrat episode 15.