Sinopsis Ashoka Samrat episode 7. Achari chanakya memberitahu Dharma kalau musuh berencana menyerang Magadha. Samrat terlalu egois. Pertumpahan darah akan terjadi dan Ashoka adalah masadepan Magadha, karena itu takdirnya. Dharma memprotes, “anda berssikap egois dengan melibatkan Ashoka dalam masalah itu.” Chanakya mengaku kalau dirinya egois, “semua untuk kebaikan Magadha.” Dharma berkata, “anda tidak tahu Achari, apa yang dirasakan oleh seorang ibu pada anaknya.” Chanakya menyahut, “Magadha seperti ibu bagiku, dan aku melakukan apa yang seorang anak harus lakukan. Aku memikirkan masadepan Magadha. Aku berpikir untuk menghacurkan musuh-musuh ini dan mengakhiri keegoisan dan egoisme ku sendiri. Seperti kau melindungi anakmu, seperti itu pula aku akan melindungi Magadha. Aku akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Magadaha. Cintaku paa magadha tidk akan berkurang sedikitpun. Jika kau ingin membawa putramu pergi dari sini, silahkan, aku tak akan menghentikanmu, dewi.” Dharma melipat tanganya memohon, “aku hanya ingin anakku selamat.” Chanakya mengatakan kalau dia bisa melidungi Ashoka hanya jika Dharma mau memberikan hidup Ashoka di bawah kendalinya, demi masa depan. Dengan ragu Dharma bertanya, “jika keselamatannya terjamin?” Chanakya mengangguk, “kalau kau beri aku tanggung jawab itu, maka Ashok akan terlindungi dan kau bisa hidup bersama Bindusara. Ashok dan dirimu akan pergi ke Patliputra bersamaku dan aku akan mempersiapkan masa depan Ashok.” Dharma bertanya, “kupikir dia akan berjuang untuk perdamaian.” Achari Chanakya menyahut, “untuk menciptakan perdamaian terkadang kita harus menggunakan kekerasan.” Mendengar itu Dharma menangis.
Samrat Bindusara memasuki ruang singgasana dengan di papah Justin dan Helena. langkahnya masih tertatih-tatih menahan sakit. Semua orang tersenyum gembira dan mengelu-elukannya. Bindu melihat Chanakya yang tersenyum, di depan Chanakya dia berhenti, memberi hormat dengan menundukan kepala takzim. Setelah itu Bindusara melanjutkan langkahnya dan duduk di singgasananya yang telah lama tidak dia duduki. Pada Chanakya, Bindu berkata, “saya melihatmu setelah 14 tahun dan itu juga ketika anda membela orang yang akan membunuhku.” Chanakya dengan kalem menjawab, “aku mengambil sisi Samrat Chandragupta saat beliau berjuang untuk keadilan dan aku sedang melakukan hal yang sama.” Bindu menjamin kalau keadilan pasti akan di tegakkan, “tubuhku terluka, tapi bukan pikiranku. Bawa anak itu kesini.”
Kembali dengan tubuh terantai Ashok di bawah ke hadapan Samrat Bindusara. Ashok menatap lurus kearah Bindusara. Bindusarapun melakukan hal serupa. Ayah-anak yang tidak saling mengenal itu saling berpandangan. Khorasan menegurnya, “kau tidak tahu bagaimana bersikap di depan Samrat?” Ashok melipat tanganya di dada dan menundukan kepala untuk memberi hormat. Bindusara bernama, “siapa namau?” Ashok tanpa gentar menjawab, “saya yang membuat orang bebas dari rasa sakit.. Ashoka!” Bindu berkata, “kau di bawah ke pengadilan karena di duga menyerang aku. Kau coba membunuhku. Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap padamu.” Ashok menjawab, “bersikaplah seperti seorang samrat seharusnya bersikap pada samrat lainnya.” Semua orang terkejut mendengarnya. Begitu juga Bindu, “apa yang kau katakan?” Ashok menjawab, “perlakukan saya seperti Samrat.” Bindu menatap Chanakya, “anda dengan itu Achari?” Pada Ashok bindu bertanya, “samrat dari mana dirimu?” Dengan berani shok menjawab kalau dia samratnya rakyat. Bindu menanyakan nama ayahnya. Ashok menjawab kalau dia hanya punya ibu, “yang di kakinya duniaku terletak.” Bindu menanyakan nama ibunya. Ashoka henak menyahut, tapi Chanakya memotong pembicaraan, “Samrat, biarkan saja. Anak ini sangat pandai memutar kata-katanya. Dia pintar tapu bukan pelakunya.” Ganti guru yang menyela Chanakya, “maafkan saya, Achari. Aanak ini belum terbukti tidak bersalah.” Achari Chanakya menjawab, “dia juga tidak terbukti bersalah. Semuanya berdasarkan teori.Tidak ada yang bisa membuktikan di sini kalau dia penyerangnya.” Ashok menyela, “percayalah padaku. Aku melihat tabib membuat panah khusus untuk menyerang Samrat. Prajurit mengejarku, karena itu aku bersembunyi di hutan. Lalu Samrat di bawah kesana dan prajurit itu menyerangnya, tapi semua orang berpikir aku penyerangnya. Tapi disana ada seorang wanita, ia melihat penyerang itu. panggil dia!” Khorasan memberitahu Bindu kalau wanita itu belum sempat bersaksi kemarin. Dia menyuruh orang memanggil wanita itu. Dharma kembali di bawah sebagai saksi. Dia masih menutupi wajahnya dengan selendang. Guru bertanya pada Dharma apakah dia ada di sana saat pada waktu serangan? Dharma mengangguk membenarkan. Khorasan menolak pernyataan Dharma sampai identitasnya terungkap, “kita tidak bisa percaya padanya sampai kita bisa melihat wajahnya dan tahu identitasnya.” Guru setuju. Dharma menolak secara halus dengan berkata kalau di keluarganya para wanita tidak menunjukan wajah secara terbuka. Bindusara menengahi dengan berkata kalau dirinya menghormati tradisi Dharma, tapi ada yang lebih penting daripada tradisi, yaitu keadilan, “tugasmu adalah membantuku menegakan keadilan.” Chanakya membuka suara, ” tetapi Samrat, anda tidak bisa memaksa wanita melanggar tradisinya untuk menegakan keaadilan, karena dengan memaksanya melanggar tradisi adalah ketidakadilan itu sendiri.” Helena menyela, “tidak ada yang lebih dari hidup samrat.” Semua penasaran ingin tahu wajah siapa di balik kerudung itu. Helena menghampiri Dharma dan menarik kerudungnya, nampaklah seraut wajah, tapi bukan wajah Dharma. Begitu kerudung terbuka dan tidak terjadi apa-apa, Chanakya tersenyum dan menarik nafas lega. Chanakya teringat bagaimana dia berkata pada Dharma kalau masalah akan semakin rumit kalau sampai Bindusara melihat dirinya. Karena itu Chanakya menyuruh Nirjara mengantikan Dharma pergi ke pengadilan.
Khorasan menanyai Nirjara, “apakah kau melihat anak ini menyerang Samrat?” Nirjara dengan cepat menyahut, “tidak. Saya tidak melihat anak ini menyerang Samrat. Ketika Samrat di serang, saya melihat anak ini berlari di belakang seseorang, meminta orang itu untuk berhenti.” Guru bertanya, “apakah kau melihat penyerang yang sesungguhnya?” Nirjara menjawab, “tidak.” Guru mengambil kesimpulan, “dia tidak melihat orang lain lagi, dia melihat Ashok berlari setelah menyerang Anda. Anak ini adalah pelakunya, Dia harus di hukum mati, Samrat.” Achari Chanakya dengan tenang mengeluarkan opininya pada Samrat., “jika anak ini adalah penyerangnya, dia harus mendapat hukuman. Tapi apa yang dikatakan guru berdasarkan hipoteis semata, tidak didasarkan pada bukti-bukti sehingga tidak layak di jadikan landasan. Saya tidak ingi ketidakadilan terjadi. Untuk memperlihatkan kebenaran agar lebih jelas, saya ingin minta izin untuk mengulang kejadian ketika Samrat di serang di hutan. hanya untuk membuktikan beberapa point.” Bindu mengangguk, “lakukan apa saja yang di perlukan untuk menegakan keadilan. Anda bisa melakukan itu.” Achari Chanakya mengucapkan terima kasih.
Di waktu yang di tetapkan, semua orang berada di hutan untuk reka ulang perkara penyerangan Samrat Bindusara. Chanakya menjelaskan pada Bindu, “seperti Ashok duduk di atas pohon dengan alat memanah, seperti itu pula aku menyuruh prajurit duduk disana. Kita akan melihat apakah dia bisa menyerangku dari posisi itu.” Dharma ada di sana juga, dia bersembunyi di belakang semak. Chanakya berkata kalau dirinya akan berbaring seperti Bindu saat itu terbaring. Chanakya kemudian berbaring dan menyuruh prajurit memanahnya. Prajurit melepaskan panah. Tapi panah itu tidak dapat mengenai Chanakya, karena ada pilar yang menghalanginya. Ashak berkata, “kalau prajurit saja tidaka dapat mengenai sasaran, bagaimana saya bisa? Dan lagi saya tidak bisa memanah.” Chanakya mengatakan kalau penyerang pasti duduk di atas pohon yang lain. Ashok menunjuk pohon di mana dia melihat si penyerang duduk. Chanakya lalau menyuruh prajurit duduk di pohon yang di tunjuk Ashok, dan menyuruhnya melepaskan panah. panah itu tepa mengenai Chanakya. Semua orang tertegun. Chanakya menarik panah dari tubuhnya. Bindu dengan was-was bertanya, “kenapa membahayakan hidup anda?” Chanakya menyahut, “tidak ada yang lebih penting daripada kebenaran. Dan kebenarannya adalah Ashok terbukti tidak bersalah. Ashok tidak menyerang anda.” Bindu setuju, “ini kebenarannya. Bebaskan anak ini!” Dharma mengucap syukur mendengar Ashok di bebaskan. Tapi Justin dan helena tidak terima. Guru berkata, “ashok terbukti tidak menyerang Samrat. Tapi ada tuduhan lain kalau Ashok menghina prajurit, memaksa mereka berlari mengejarnya.” Ashok berkata, “Achari Chanakya akan membebaskan aku dari tuduhan itu juga.” Chanakya menjawab dengan cepat, “tidak. kau membuat tentara mengejarmu. Kau pantas di hukum.” Lalu Chanakya meminta Bindu memerintahkan Ashok membayar denda. Ashok kesal, “berilah aku hukuman mati daripada hukuman ini.” Chanakya berkata kalau mereka harus memberi contoh agar keadilan dapat di tegakkan, “jika dia bisa membuat prajurit pontang-panting di usianya, apalagi yang bisa dia lakukan di masa depan? Dia bisa dihukum untuk memberikan arah hidupnya.” Bindu bertanya, “lalu hukuman apa yang harus aku berikan?” Chanakya memberi ide, “dia berhutang pada magadha. Untuk itu dia harus melayani Samrat. Dia harus melakukan apapun yang di inginkan Samrat.” Ashok tidak terima, “ini tidak baik.” Bindu setuju, “ini bagus. Hukumanmu adalah membayar denda. Kau harus membayarku dengan melayaniku.” Chanakya mengatakan kalau mereka harus membawa Ashok ke Patliputra sehingga dia bisa menjalani hukumannya. Guru mengingatkan, kalau masih ada tuduhan yang lain, yaitu Ashok menghina tahta kerajaan dengan menyebut dirinya samrat, dia menghina samrat. Ashok membela diri, “saya hanya mengatakan kebenaran.” Bindu bertanya, “kebenaran apa?” Ashok menjawab, “saya memberitahu orang-orang apa yang samrat baik seharusnya lakukan, saya melakukan dengan cara menghibur, karena orang-orang tertarik.” Bindu berkata kalau dirinya ingin di hibur juga. Ashok bertanya pada bindu, “apakah anda akan memaafkan saya?” Bindu berkata, “aku oingin mendengarnya dulu.” Ashok memulai atraksinya. Dia mulai bericara dengan gayanya. Tanpa gentar Ashok mengatakan kalau rakyat mati dan Samrat menikmati. Bindu bertanya, “sekarang katakan padaku seperti apakah seorang samrat seharusnya?” Dengan gayanya Ashok melangkah, lalu bersaldo dan mendarat di depan Bindusara, “samrat harus sederhana. Harus hidup secara sederhana. Bersama rakyatnya.” Bindu bertanya, apakah aku tidak layak menjadi samrat?” Ashok menjawab, “anda layak. Itu mengapa anda punya musuh yang berpura-pura untuk mengambil hidup anda. ~Ashok memandang Helena~ Anda kembali hidup adalah kekalahan bagimusuh anda. ~Helena geram~ Putra Samrat Chandragupta tidak akan melakukan ketidakadilan.” Bindu terkesan, “Achari benar. Kita harus membawanya ke Patlipura.” Ashok mendengar itu dan berkata, “sekarang orang-orang ingin aku melompat lagi.” Lalu dengan gayanya, Ashok bersalto tinggi dan kabur dari hadapan Bindusara. Semua orang tertegun. Tapi bindu melarang orang mengejarnya. Bindu malah meminta Khorasan, guru dan ke kamarnya, dia juga menawari Chanakya untuk turut serta bersamanya.
Dalam kamarnya, Bindu berkata kalau apa yang dikatakan Ashok adalah benar. Dia harus menyelami musuh-musuhnya, “Achari, Magadha membutuhkanmu. tolong terima posisimu kembali.” Khorasa kurang setuju, ‘pikirkan lagi, Samrat. Posisi perdana menteri adalah sangat penting dan seseorang yang pernah di curigai tidak layak menempati posisi itu.” Bindu menyahut, “Khorasan, kau tidak lupa tuduhan pada Achari Chanakya 14 tahun yang lalau, tapi kau lupa kalau hari ini aku hidup karena Achari chanakya saja. Dia membawa wanita yang menrawatku.” Lalu pada Chanakya Bindu berkata, “saya tahu saya atelah melukai perasaanmu dengan menuduhmu membunuh ibuku, karena itu anda meninggalkan Patliputra. Saya dulu ingin meminta maaf, tapi saya tidak bisa. hari ini, saya minta maaf padamu, achari.” Samrat melipat tanganya di dada dengan penuh penyesalan, “saya tahu anda memotong perut ibu saya untuk menyelamatkan saya, tapi tidak ada yang bisa memahaminya. Saya juga minta maaf atas nama ratu. jangan berpikir karena saya merasa bersalah maka saya meminta anda menjadi perdanan menteri. Tidak. saya hanya mengkhawatirkan masa depan Magadha. Jika anda menerima posisi ini, akan sangar bagus.” Chanakya dengan halus menolak, “saya juga hanya ingin yang baik saja untuk Magadha. Dan untuk itu saya tidak butuh posisi. Saya akan melayani anda sebagai seorang guru istana. jadikanlah guru lain sebagai perdana menteri. Bindu setuju, “jika itu keinginan anda, baiklah.” Bindusara segera menunjuk guru yang ada di situ sebagai perdana menteri. Dengan senang hati guru menerimanya dan merasa senang karena Bindu berpikir dirinya layak untuk menempati posisi itu. Bindu berkata, “kini saatnya untuk kembali ke Patliputra.” Ashok ikut rombongan Chanakya pergi ke Patliputra.. NEXT: Sinopsis Ashoka Samrat episode 8