Sinopsis Ashoka Samrat episode 8. Helena sedang berdiri di depan jendela dengan wajah sedih. Justin menghampirinya dan dengan rasa heran bertanya, “ada apa ibu? Kenapa menangis?” Helena memberitahu Justin kalau dirinya baaru 16 tahun ketika ayahnya, Nikator di kalahkan oleh Chandragupta Maurya. Dan untuk perdamaian, Nikator mengorbankan Helena dengan menikahkannya dengan Chandragupta tanpa bertanya apakah dia mau menikahi chandragupta atau tidak, “bagi Samrat Chandragupta aku adalah piala kemenangan, dan tetap menyandang status itu sampai akhir hayatnya. Ayahku dan suamiku tidak mmenghormatiku, tapi aku punya harapan dari anakku, tapi sekarang kupikir dia tidak lagi menghormatiku. Dia tidak akan membalas dendam atas apapun yang terjadi padaku.” Sambil berkata begitu Helena menangis dan jatuh terduduk di kursi. Justi bergegas menghampirinya dan berkata, “ibu, aku berjanji padamu, saatnya akan tiba untuk kita memerintah mereka.” Mendengar itu, Helena tersenyum.
Persiapan untuk pergike Patliputra sudah di mulai. Semua orang sibuk bersiap. Chanakya dan Radhagupta sedang berbincang-bincang. Radhagupta berkata, “anda menyelamatkan Ashok tapi dia kabur begitu saja.” Chanakya menyahut, “sangat susah untuk memahami dia.” Tiba-tiba terdengar suara Ashok menyela, “sangat susah juga untuk membahami anda.” Chankay dan Radhagupta menoleh kearah datangnya suara. Mereka menemukan Ashok sedang duduk diatas lemari dengan santainya. Melihat itu, Chanakya berdiri sambil bersendekap sambil mengamati Ashok. Ashok balas menatap Chankay dengan tatapan lugunya sambil berkata, “dengan panah itu anda bisa terbunuh, tapi untuk membuktikan kalau aku tidak bersalah, anda membahayakan hidup anda. Kenapa? Apa hubungan kita? Aku ini apa anda?” Chanakya dengan diplomatis menjawab, “aku hanya mebela yang benar, anakku.” dengan nada menyesal, Ashok berkata, “…kini aku harus melayani Samrat Bindusara.” Chanakay balas berkata, “kau menghina prajurit karena itu mendapat hukuman.” Ashok menjawab dengan ringan kalau dia melakukan itu semua juga karena chankya, “anda kembalikan ibuku dan aku akan pergi dari sini.” Chanakya mencegah, “tidak. Kau harus dengan kami ke Patliputra.” Ashok menyahut, “aku akan pergi kesana ketika aku menjadi samrat.” Chanakya menatapnya dengan tatapan yang susah untuk di mengerti. Dharma datang. Chankya yang mendengar bunyi gelang kakinya segera menoleh. Dharma memandang kearah mana Cahankya dan Radahgupta menatap sebelum menoleh padanya. Dia terkejut melihat Ashok duduk diatas lemari, “Ashok!” Ashok pun tertegun melihat Dharma, matanya berbinar-binar penuh bahagia. Dharma menghampiri Ashok dan menyuruhnya turun. Ashok masihh tertagun. Dharma memintanya turun sekali lagi. Lalu dengan gesit Ashok meloncat turun dari atas lemari dan mendarat tepat di depan Dharma. Dengan penuh haru ibu dan anak itu saling berpelukan. Chanakya yang melihat itu ikut terharu. Sambil melepas pelukannya, Dharma berkata, “nak, mulai sekarang kau harus mendengarkan perinta Achari.” Ashok menuding kearah Chanakya dengan tatapan menuduh, “dia memaksamu mengatakan ini, bu?” Dharma menjawab, “tidak, nak. Bagiku keselamatanmu adalah yang paling penting. Aku telah memberinya tanggungjawab atasmu. Seseorang yang dapat menempatkan hidupnya dalam bahaya demi dirimu akan membuatmu menjadi orang hebat… ~Ashok hendak membantah, tapi Dharma tidak memberinya kesempatan~ Dia memikirkan dirimu dan Magadha saja. Berjanjilah padaku, Ashok. Kau akan menuruti semua perinta Achari. Berjanjilah!” Dharma mengulurkan tanganya. Ashok menatapnya lama sekali. Dharma menunggu dengan tangan menggantung di udara. Tak tega menolak permintaan ibunya, Ashok kemudian menggenggam tangan Dharma dan berjanji kalau dia akan menuruti apapun yang diminta Dharma, “keinginamu adalah perintah bagiku. Tugasku adalah mengikuti kata-katamu. Saya akan melakukan apapun yang kau suruh. Tapi… apakah aku tidak bisa berkata tidak pada Achari selamanya?” Dharma tersenyum, “ketika kau bingung saat menegakan keadilan, turutilah kata hatimu.” Dharma melepas genggaman tangan Ashok dan pergi meninggalkanya dengan wajah sedih. Ashok mengejarnya, tapi Radhagupta menarik tanganya. Ashok menatap radhagupta dengan garang. tapi saat melihat Chanakya, tatapannya meredup. Dan dia tanpa di perintah melangkah mendekat. Chanakya memberitahu Ashok kalau ibunya akan datang ke Patliputra juga. Ashok terlihat senang. Chankaya melanjutkan kalimatnya, “tapi kau tidak akan bertemu denganya. Kau juga tidak boleh memberitahu siapapun tentang dia. Kau tidak punya hubungan apapun denganya. Ashok dengan sedih berteriak memanggil ibunya, ‘ma..!” Dharma menghentikan langkahnya mendengar panggilan Ashok dan menangis sedih. Ashokpun menangis.Dharma menguatkan dirinya, dia menghapus airmatanya dan bergegas pergi dasri sana.
Akhirnya rombongan Bindusara tiba di Patliputra. Sepanjang perjalana, rakyat mengelu-elukan rajanya. Ashok dan Dhrma meski dalam barisan berbeda terlihat berjalan dalam rombongan itu. Noor dan Helena duduk diatas tandu. Sesekali mereka mengintip keluar melihat keriuhan massa. Di istana, ratu Charumitra menyambut rombongan Samrat. Achari Chanakya turun dari kudanya dan menyentuh tanah Patliputra sasmbil berkata kalau bertahun-tahun lalu dia berjanji akan hidup demi tanah ini, “hari ini, aku membawa seseorang yang akan menjagamu.” Di belakangnya, Ashok memasuki istana berdampingan dengan radhagupta. radha megingatkan Ashok kalau dia bukan samrat di sini, tapi tahanan. Ashok dengan penuh percaya diri menyahut, “bagaimana kalau aku segera menjadi samrat di sini?” menengar itu, Radhagupta hanya tersenyum penuh arti.
Dharma bersama para dayang memasuki gerbang istana. Dia lewat di samping Chanakya tapi tidak menyadari keberadaanya. Chanakya menegurnya, “apakah anda tidak suka berada di sini, dewi?” Dharma memberitahu kalau bertahun-tahun dirinya melindungii Ashok dari semua ini, “saya tidak tahu apakah saya melakukan hal benar atau salah, Achari. Tapi saya tidak ingin keputusan ini menjadi kesalahan terbesar saya.” Tanpa menunggu sahutan Chanakya, Dharma bergegas melangkah pergi.
Ratu Charumitra melakukan arti untuk menyambut Bindusara. Smeua menanti dengans abar hingga upacara selesai. Ratu Noor terlihat kesal. Dharma yang menyaksikan upacara itu terlihat cemas. Charumitra sendiri terlihat bahagia. Setelah arti selesai, charumitra berkata kalau dirinya sangat senang Samrat sudah kembali, apalagi dia terlihat fit dan tiak kurang suatu apa. Bincusara tersenyum. lalu dia menggandeng Charumitra memasuki gerbang istana.
Radhagupta membawa Ashok kekandang kuda. Ashok bertanya mengapa dirinya kesini? Dia memuji kalau kuda di istal itu bagus-bagus, hanya aja dia tidak tahu, untuk apa dia di bawa ke kandang. Radha memanggil Yadupati, jurukunci istal. Radha memberitahu yadupati kalau Ashok akan bekerja di kandang kuda sebagai hukuman. Ashok kaget, “apa? tapi mereka bau!” Radhagupta berkata kalau itu adalah tugas ashok untuk membersihkannya. Tanpa pamit, Radhagupta meninggalkan Ashok.
Yadupati bertanya siapa nama Ashok. Dengan angkuh Ashok menjawab kalau namanya Samrat. Mendengar Ashok menyebut namanya, anak-anak yang bekerja di istal menertawakannya. Yadupati terlihat sabar walaupun sedikit kesal berkata kalau dirinya akan melihat samrat seperti apa Ashok, dia menyuruh Ashok memberi makan kuda Gul Busha. Anak-anak tertegun. Salah seorang anak bernama Bhavin menyela, “tapi Gul Bushan..” Yadupati menyuruhnya diam. Dia menyuruh anak itu mengantar Ashok memberi makan kuda Gul Bushan. Ashok mengambil pakan kuda lalau mendekati kuda putih yang meringkik tegang. Ashok mendekati kuda oitu dari belajkang dan memanggil namanya. Telinga kuda langsung tegak. Ashok berkata kalau Gul Bushan beruntung mendapat makan dari tangan Samrat masadepan. tanpa peringatan Gul bushan menendang Ashoka hingga Ashoka terpelanting dan jatuh diatas kotoran kuda. Yadupati dan semua anak-anak tertawa. hanya anak yang membantu menunjukan kuda Gul Bushan saja yang terlihat prihatin. Ashok menatap yadupati dan anak-anak yang menertawakannya. Merasa tertantang, Ashoka mencoba lagi. Kali inipun sama, Gul bushan menenang Ashoka sampai dia memecahkan kendi air. Anak-anak bergantian memberitahu Ashok kalau Gul Busha adalah kuda kesayangan Bindusara dan hanya bindusara yang mampu mengendalikannya. Mendengar itu Ashok mendekati Gul Bushan dari depan. Dia bertanya pad asi kuda apakah Bindu yang menaikinya atau dia di naiki bindusara? Dengan keangkuhana yang sudah menjadi cirikhasnya, Ashok berkata kalau suatu saat Gul Bushan akan berada di bawah kendalinya.
Bindu masuk kekamarnya. Dia melepas atribut kebesarannya satu persatu dan memberikannya pada pelayan. Dia kemudian hendak berbaring di tempat tidur. Tapi ketika dia sudah duduk di tepi ranjang dan hendak menarik badannya, dia menjerit kesakitan. Dharma mendengar jeritan itu. Cepat-cepat dia berlari menghampiri samrat. Dharma melihat luka bindu kembali mengeluarkan darah. Dharma cepat-cepat mengambil obat. Dengan cekatan dia melap darah di perut Bindu dan mengoleskan obat. Dharma menenangkan Bindu. Bindusara mengerang kesakitan sambil mencengkeram tangan Dharma. Dharma amenjadi gugup dan tegang. Sambil menahan sedih, Dharma menahan sakit akibat cengkeraman tangan Bindu. Cengkeraman itu baru lepas setelah Bindu tidak lagi merasa sakit.
Setelah tenang, Bindu menoleh kearah Dharma yang masih menutupi wajahnya dengan kerundung. Samrat berkata, “kau menyelamatkan nyawa Samrat, kau bisa minta apa saja…apa saja.” Dharma amenyahut, “tinggalkan kekerasan, ikuti jalan damai.” Mendengar kata-kata Dharma, bindu teringat bagaimana Dharmanya mengatakan kalimaat yang sama berberapa tahun yang lalu. Dengan rasa ingin tahu, bindusara bertanya, “siapa dirimu?” Dharma dengan gugup mengatakan kalau namanya “Subhadrangi…” dengan tatapan menerawang Bindu berkata, “aneh sekali. 14 tahun yang lalu seorang wanita menyelamatkan ku dan dia mirip denganmu. Kalau aku tidaka melihat wajahmu di pengadilan, aku pasti menyangkah kau adalah dirinya.” Sambil berkata begitu, Bindusara membayangkan saat-saat bahagia bersama Dharma. Bindu berguman, “kau tak mungkin Dharma. Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Di atidak amenyukai kekerasan. Dan aku telah meninggalkan kekerasan untuknya. Aku samrat, aku berhutang padamu. Mintalah apapun..” Dharma menolak, dia tak mau meminta apapun. Bindu kemudian berjanji pad Dharma kalau dirinya akan menyelamatkan hidup seseorang di masadepan untuk Dharma.
Ratu Noor datang, Dharma segera menutupi wajahnya rapat-arapat. Noor meminta semua orang pergi. Setelah hanya berdua dengan Bindu, Noor berkata kalau setiap kali melihat Dharma, dia merasa tidak suka. Bindu mengatyakan kalau Dharma menyelamatkan hidupnya. Noor berkata kalau itu sudah tugasnya, “anda tidak perlu merasa berhutang apapun.” Bindu menyela, “ini aneh, kau marah padanya tapi tidak pernah merasa cemburu pada Dharma.” Mendengar kata-kata Bindu Noor tersenyum di depannya, tapi melirik geram tanpa setahu Bindu..
Helena memanggil Bhavin dan menanyainya tentang Ashok, apakah ashok ada bicara? Bhavin menjawab, “ya”. helena dengan antusia bertanya, “dengan siapa? Bhavin menjawab dengan Gul bhusan. Helena bertanya siapa Gul Bhusan? Bhavin mengatakan kalau Gul Bhusan adalah kuda Samrat. Helena berkata kalau dia bisa membebaskan Bhavin, tapi dengan syarat dia harus mencari informasi secara detail tentang Ashok. untuk itu Bhavin harus menjadi temannya, menanyakan misinya, dan mencari tahu apa hubungan Ashok dan Chanakya. Setelah mendengar perintah Helena secara detail, Bhavin pergi. Sepeninggal Bhavin, Helena berkata pada Justin, kalau sampai Bhavin tidak melakukan apa yang mereka suruh, mereka akan menghabisinya.
Ashok dan Bhavin tidur di depan kandang kuda. Bhavin sudah nyenyak tertidur. Tapi Ashok tidak dapat tidur karena bau. Ashok memanggil Bhavin, tapi Bhavin tidak terbangun akhirnya Ashok mengusir sepi dengan bicara pada Gul Bushan. Pada Gul Bushan, Ashok mengadu kalau Chanakya menjebaknya dengan denda yang sangat banyak sehingga dia harus membayar sepanjang denda itu spenajang hidupnya, tapi dia akan berupaya untuk melarikan diri dari tempat ini, “Gul Bhusan, aku tahu kau ingin bebas juga, katakan yang sebenarnya, apakah kau tidak merasa sesak nafas di sini?” Ashok berkata kalau ibunya berkata…. Ashok tak mampu melanjutkan kalimatnya, dia terlihat sedih dan memanggil Dharma dengan penuh kerinduan, “ma…” Di tempatnya, Dharma melihat bulan dan merasakan kerinduan yanag sama seperti yang di rasakan Ashok. Dharma hanya bisa menangis sedih. Di istal Ashok memanggil Dharma dan berniat menemukannya. Ashok pamitan pada Gul BHusan, dan melarangnya memberitahu siapapun kalau ada yang bertanya. Dengan mengendap-endap Ashok pergi dari istal. Bhavin terbangun dan melihat ashok keluar dengan pandangan curiga.
Ashok menyelinap kedalam istana. Dia mencoba menemukan Dharma. Karena bingung, Ashok berputar-putara dan tanpa sengaja menyengol obor hingga terjatuh. Prajurit muncul meneriakinya. Ashok kabur dari sana sambil berguman kalau prajurit- prajurit itu tak punya kerjaan selain mengejar dirinya. Ashok masuk ke ruang singgasana. Dia melihat tahta dan terpesona. Ashok mendekati tahta. Prajuroit datang. Ashok segera berlari ke belakang singgasana. Setelah prajurit pergi, Ashok merangkak keluar dari persembunyiannya. Chanakya dari tempat tersembunyi melihat Ashok merangkak dari belakang Singgasana persis seperti seekor singa yang pernah hadir dalam mimpinya dulu. Ashok berdiri di hadapan tehta dengan gagah. Dia menoleh kebelakang lalau duduk diatas tahta sambil bicara sendiri. Ashok berkata, “aku Samrat Vanraj memberi perintah agar Gul Bhusan di bebaskan. Aku menyuruh kalian menangkap Achari Chanakya dan mengharuskan dia membayar denda deng meminum Kadha buatan ibuku.” Mendengar itu Chanakya tersenuyum. Radhagupta muncul di belakangnya dan bertanya, “apakah anda melihat samrta masadepan?” Chanakya mengangguk, “ya. Tapi Ashok masih jauh dari tujuan yang ingin di raihnya. Aku berdoa pada dewa semoga aku bisa melihat dia menjadi Samrat.” Di atas tahtanya Ashok sedang bergaya laksana seorang samrat yang sedang mendengarkan kasus di pengadilan. Melihat itu Chanakya berpikir dengan mata berkaca-kaca menahan haru, “aku telah memenuhi janjiku pada Samrat Chandragupta untuk menemukan Samrat bagi Magadha. Sekarang aku akan menunggu hari penobatan ketika Ashok menjadi samrat. Sekarang masadepan Magadha ada di tangan yang aman.”
Dharma sedang membuat ramuan di kamarnya ketika dia mendengar para prajurit ribut hendak menangkap anak kecil. Dharma langsung menduga kalau mereka akan menangkap Ashok. Tanpa pikir panjang, Dharma segera berlari keluar. Dia melihat prajurit hilir mudik. Dan ada Khorasan juga. Melihan Khorasan Dharma menghentikan langkahnya. Dharma lupa tidak membawa selendang. Khorasan menoleh, dia terkejut… Dharma terlihat tegang…. NEXT: Sinopsis Ashoka Samrat episode 9