Rendezvous bag 42 by Sally Diandra. Kent masih berdiri di depan pintu sambil menyeringai senang ke arah Jodha yang saat itu sedang berdiri di depan kamar Kent, Jodha mulai merasa ada yang tidak beres ketika dilihatnya perubahan dalam diri Kent, karena Kent yang kali ini berdiri di depannya tidak mengerang kesakitan seperti tadi “Kent, kamu tidak apa apa ? Are you okay ?” ujar Jodha dengan wajah cemas “Aku baik baik saja, Jodha … aku sangat baik baik saja” ujar Kent dengan logat bahasa indonesianya yang sangat baik sambil menarik kulit dibawah lehernya ke atas, Jodha terkejut “Kent ? Apa yang sedang kamu laku – kaaan ?” suara Jodha tercekat di ujung lidah begitu melihat Kent menarik keluar kulit yang ditariknya tadi dari leher hingga ke ujung kepala yang ternyata adalah sebuah topeng kulit dan tak lama kemudian wajah asli orang tersebut mulai nampak terlihat “Selamat malam, Jodha … bagaimana kabarmu ? Akhirnya kita bertemu lagi kan ?” Jodha tercengang ketika melihat orang itu dan berkata “Sya – ri – fu – din ?” laki laki yang ternyata Syarifudin itu menyeringai senang “Kenapa, Jodha ? Kaget ?” ujar Syarifudin sambil tertawa terbahak bahak sambil menunjukkan topeng yang ada ditangannya.
“Kamu kira Kevin benar benar mempunyai saudara kembar, Jodha ?” Syarifudin kembali tertawa terpingkal pingkal sambil menggeleng gelengkan kepalanya “Jodha … Jodha … Jodha …. naif sekali kamu ini, kamu kira Kevin sahabatmu itu punya saudara kembar ? Hahahahaha … kamu tahu, aku sudah mencoba mencari tahu soal almarhum Kevin ini dan ternyata dia memiliki kesamaan yang sama seperti aku” Jodha masih tercengang melihat Syarifudin yang berjalan mondar mandir di depannya “Ternyata dia sama sama mencintai kamu, Jodha … dia dan aku sama, sama sama jatuh cinta pada wanita yang sama yaitu kamu” ujar Syarifudin sambil menunjuk ke arah Jodha
“Kamu gila ! Jadi kamu yang merencanakan ini semua ! Kamu kan yang sengaja mengempeskan ban mobilku ! Supaya aku bisa bersama kamu !” nada suara Jodha mulai meninggi, Jodha cemas bagaimana caranya dia bisa keluar dari cengkraman laki laki ini, sementara Syarifudin semakin tertawa terbahak terbahak “Iya ! Aku akui … aku memang gila ! Karena aku tergila gila sama kamu, Jodha ! Dan kamu tahu, aku harus membayar mahal untuk mewujudkan hal ini, aku harus rela pergi jauh jauh ke Jepang hanya untuk membuat topeng wajah ini karena hanya disana kita bisa membuat topeng yang mirip dengan wajah kita 100% … dan aku puas dengan hasilnya karena topeng ini benar benar mirip dengan wajah almarhum Kevin, sampai kamupun tidak mencurigai sedikitpun siapa aku sebenarnya !” ujar Syarifudin dengan tatapan matanya yang tajam.
Jodha bergidik ketakutan, Jodha merasa jijik dengan laki laki didepannya ini “Laki laki ini benar benar psyko, sudah sinting dia !” bathin Jodha dalam hati, Jodha mencoba mencari celah bagaimana caranya dia bisa keluar dari apartemen ini, Jodha merasa Syarifudin pasti merencanakan sesuatu yang buruk pada dirinya, Jodha mulai menggeser tubuhnya perlahan kearah balkon apartemen sementara Syarifudin masih terus menjelaskan ide ide gilanya untuk bisa mendapatkan Jodha sambil sesekali tertawa terbahak bahak “Kamu tahu Jodha … dengan aku menyamar sebagai saudara kembar Kevin, maka aku bisa dekat dengan kamu dengan mudah, lalu dari mana aku mendapatkan aksen buleku ? kamu ingat dimana pertama kali kita bertemu ? Yaaaa … Milan Italia, aku banyak menghabiskan waktuku disana, sehingga rasanya tak sulit bagiku untuk meniru gaya bicara bule bule itu, it’s a piece of cake for me, itu sangat mudah buatku” ujar Syarifudin sambil menatap kearah Jodha berdiri namun Jodha sudah tidak ada disana dan dilihatnya Jodha sudah bergeser agak kesamping hampir mendekati balkon apartemen.
Syarifudin menyeringai sinis lalu merubah ekspresi wajahnya memelas “Kamu mau kemana, Jodha ? Kamu mau pergi meninggalkan aku ? Kenapa ? Oooh … aku tahu, kamu takut ya sama aku, aku tidak akan menyakiti kamu, Jodha” ujar Syarifudin sambil mulai berjalan mendekat ke arah Jodha “Jangan mendekat !” ujar Jodha sambil memecahkan guci keramik disebelahnya dan mengacungkan sisa pecahannya ke arah Syarifudin, Syarifudin menghentikan langkahnya “Jodha, please … rilex … santai, aku tidak akan menyakiti kamu, aku bahkan akan memberikan kebahagiaan padamu …” ujar Syarifudin dengan wajah memelas
“Kamu psyko ! Kamu gila ! Jangan mendekat !” ujar Jodha sambil berjalan kembali perlahan menuju ke balkon apartemen yang sedikit terbuka, namun sayangnya gerakan Jodha ini langsung terbaca oleh Syarifudin, secepat kilat Syarifudin segera menutup pintu double balkon tersebut, Jodha menjerit ketakutan ketika melihat Syarifudin mengunci pintu yang terbuat dari kaca itu “Syarifudin ! Aku mohon dengan amat sangat, biarkan aku keluar dari sini, suamiku pasti mencari cari aku” Syarifudin tertawa terpingkal pingkal “Suami ? Hahahaha … maksudmu laki laki yang ada di restaurant tadi ? Dari gaya kalian saja tadi, aku tahu kalau kalian sedang ada masalah, sudahlaaaah … Jodha, mana mungkin suamimu itu mencari kamu” ujar Syarifudin sambil membongkar bongkar tas Jodha yang teronggok di meja depan sofa.
Jodha teringat, kalau masih ada harapan tersisa kalau Jalal nanti mencarinya, di dalam tasnya itu ada GPS portable yang diberikan Jalal padanya, dulu Jodha menolak mentah mentah ketika Jalal mengharuskan dirinya membawa GPS portable mini itu di dalam tasnya “Jalal, buat apa sih ini ? Aku nggak perlu bawa bawa barang seperti ini” ujar Jodha sambil mengembalikan GPS portable mini yang bentuknya mirip mouse komputer ukuran mini “Kamu harus membawa GPS ini Jodha, supaya aku tahu dimana kamu berada” Jalal kembali mengembalikan GPS itu ke tangan Jodha “Iyaa tapi kan sudah ada di mobil, kamu kan bisa lihat via mobil kan ?”, “Itu kalau kamu pas di mobil, kalau kamu pas di luar sampai berjam jam, aku kan nggak perlu nyari kamu jauh jauh, cukup klik tombol di ponselku, aku bisa tahu dimana istriku berada saat ini” ujar Jalal dengan senyum manisnya “Sudah dibawa saja, lagian nggak berat kok, nggak lebih berat dari dompetmu yang tebal itu” Jodha tersenyum terkenang kejadian itu
Namun kali ini hati Jodha merasa was was “Ya Tuhan, jangan sampai Syarifudin menemukan GPS itu karena hanya itu satu satunya cara aku terlepas dari laki laki sinting ini, aku yakin Jalal pasti akan mencari aku via GPS mini itu, Jalal … maafkan aku, tolong aku, Jalal … aku takuuut” bathin Jodha dalam hati sambil terus mengawasi Syarifudin yang masih membongkar bongkar tasnya “Ahaaa … Ini dia !” tiba tiba Syarifudin menemukan ponsel Jodha dan menunjukkannya ke Jodha “Ini dia ponselmu, lihat tidak ada sms atau panggilan dari suamimu kan ? siapa itu namanya ? Jalal ? Jalalludin Muhammad Akbar ?” ejek Syarifudin sambil tertawa terbahak bahak lalu mematikan ponsel Jodha
“Tidak ada yang bisa kamu harapkan dari dia, Jodha … dia sudah tidak peduli lagi sama kamu …”, “Tidak !” tiba tiba Jodha memotong ucapan Syarifudin “Dia tidak seperti kamu, Syarifudin ! Dia sangat mencintai aku !” ujar Jodha lantang dengan matanya yang terbelalak, Syarifudin hanya menyeringai sinis “Cinta … ooh cinta … cinta itu pula yang membuatku tergila gila padamu, Jodha … kamu tidak usah takut, aku tidak akan menyakitimu, aku bahkan sangat menyayangi kamu, percaya padaku aku tidak akan melukaimu, aku malah akan memberikan kamu kebahagiaan … besok kita akan menikah !” Jodha terperangah
“Kamu benar benar nggak waras ! Aku sudah menikah ! Dan lagi aku tidak mau menikah dengan kamu !” Syarifudin semakin tertawa terbahak bahak melihat tingkah Jodha yang mulai ketakutan “Tenang tenang, Jodha … kita tidak akan menikah disini, kita akan menikah di Milan, Italia dan kita akan tinggal disana selamanya, se – la – ma – nya … semua dokumen telah siap nyonya Syarifudin, aku hanya tinggal membawa pengantin wanitanya dan pernikahanpun akan segera berlangsung dan kamu tahu ? Aku telah membuat baju pengantin yang dibuat sendiri oleh sahabat Milanku, kamu masih ingat kan ? Mr. Giordano Bruno, teman desainerku di Milan, dia yang mengatur semua persiapan pernikahan kita disana” ujar Syarifudin dengan senyum kemenangan
“Kamu sinting ! Aku tidak mau menikah denganmu ! Lepaskan aku, Syarifudin ! Aku mau pulang ! Aku yakin suamiku pasti akan mencari aku dan kamu akan dihajar habis habisan olehnya !” ujar Jodha dengan nada suara yang sedikit lantang “Uuuhhhh aku takuuut … aku akui suamimu itu memang petarung yang hebat, anak buahku saja kewalahan meladeninya dulu ketika di diskotik itu tapi sekarang suamimu tidak akan menolongmu, sayang ,,, kamu akan terbang bersamaku besok, kita akan terbang ke Milan, Italia … Italia … I’m coming home !” ujar Syarifudin lantang sambil menengadahkan kedua tangannya kemudian mulai mendekati Jodha secara perlahan lahan
“Jangan mendekat ! Aku bilang jangan mendekat, Syarifudin !” ujar Jodha sambil masih mengacungkan sisa pecahan guci keramik tadi, tangan Syarifudin sempat tergores sedikit terkena sabetan pecahan guci tersebut “Oooh … kamu memang kuda betina yang liar, Jodha … aku suka tapi aku bisa menjinakkan kamu !” ujar Syarifudin sambil secepat kilat langsung memilin lengan Jodha kebelakang dan memegang tangan Jodha satunya, membuat Jodha tak mampu bergerak “Lepaskan ! Lepaskan aku ! Lepaskan !” Jodha berusaha meronta ronta, agar bisa terlepas dari cengkraman Syarifudin “Masuk !” tiba tiba Syarifudin memberikan kode pada seseorang agar menghampiri mereka
Jodha masih bisa melihat ketika ada dua orang berbadan tinggi tegap masuk ke dalam apartemen, dua orang itu lalu mencengkram lengan Jodha dan mendudukkan Jodha pada sebuah kursi yang berlengan, kedua tangan Jodha diikat pada lengan kursi tersebut begitu pula kakinya, diikat jadi satu, sementara di kejauhan Jodha masih bisa melihat Syarifudin sedang mempersiapkan sebuah alat suntik dengan botol cair kemudian menjentik jentikkan jarum suntik tersebut dan bergegas menghampiri Jodha.
“Apa yang akan kamu lakukan, Syarifudin ? Aku mohon Syarifudin, obat apa itu ? Kamu mau apakan aku ?” Jodha mulai bertanya tanya dengan ekspresi ketakutan, Jodha tidak menyangka kalau Syarifudin akan berbuat nekat seperti ini “Tenang, tenang sayang … aku hanya membuatmu tertidur sesaat, agar kamu tenang, tidak teriak teriak seperti tadi karena besok kita akan terbang ke Italia, pesta pernikahan kita telah menanti” ujar Syarifudin sambil mulai memegang lengan Jodha sambil mengoleskan obat pereda nyeri, sedangkan salah satu anak buah Syarifudin mulai mengikat lengan Jodha dengan sabuk kecil, namun Jodha mulai memberontak lagi sambil menggoyang goyangkan tubuhnya “Tahan dia ! Agar aku bisa menyuntiknya ! Bekap mulutnya” kedua laki laki anak buah Syarifudin itu segera memegang Jodha, Jodha merasa jijik dan kesal dengan Syarifudin, namun dirinya benar benar merasa tidak berdaya, apalagi ketika Syarifudin mulai melesakkan jarum suntik itu di lengannya, Jodha hanya bisa melihatnya dengan mata terbelalak dan berusaha meronta melepaskan diri, namun cengkraman anak buah Syarifudin lebih kuat
“Tenang tenang, Jodha ..tidak akan sakit, aku sudah bilang kan, aku tidak akan menyakiti kamu, kamu santai saja, kalau kamu menuruti aku, maka semuanya akan baik baik saja, kamu akan tenang dan tertidur pulas” ujar Syarifudin sambil menyuntikkan obat bius ke lengan Jodha, sesaat Jodha hendak memberontak lagi namun tak lama kemudian tubuh Jodha lunglai dan akhirnya tertidur tidak sadarkan diri.
Sementara itu, seharian Jalal menyibukkan dirinya di kantor hingga malam hari, sekitar pukul 8 malam, Jalal baru sampai di rumah, dilihatnya mobil Jodha belum terparkir di rumah, begitu keluar dari mobilnya, Jalal bertanya ke Tejwan yang saat itu sedang mengunci garasi “Apa nyonya Jodha tadi pulang kerumah ?”, “Tidak, tuan … seharian ini, kami tidak melihat nyonya Jodha pulang” ujar Tejwan, Jalal hanya mengangguk lalu bergegas menuju ke kamarnya, setelah selesai mandi, Jalal segera tertidur, matanya terasa berat, hingga akhirnya Jalal tertidur pulas.
Tengah malam sekitar pukul 2 tiba tiba Jalal terbangun dari tidurnya sambil berteriak memanggil nama Jodha “Jooodhaaaaa !!!!” ujar Jalal sambil terengah engah dengan peluh di sekujur tubuhnya “Ya Tuhaaan, aku mimpi buruk ternyata” ujar Jalal sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya kemudian melirik ke sebelah tempat tidurnya yang kosong, Jodha masih tidak ada disana, tiba tiba Jalal merasa ada perasaan aneh, perasaan tidak enak menyelimuti dirinya, seperti terjadi sesuatu pada Jodha, disambarnya ponsel yang ada di atas meja kecil dekat ranjang “Baru jam 2 pagi” gumam Jalal
Ragu ragu Jalal memencet nomer ponsel Jodha, namun ternyata yang didapatinya ponsel Jodha mati, kemudian Jalal mencoba mencari lokasi mobil Jodha, ketika di carinya via internet mobil Jodha ada disebuah bengkel mobil “Mobil Jodha dibengkel ?” Jalal mulai curiga, segera di pilihnya nama Zakira dan terdengar suara ponsel tersambung “C’mon c’mon c’mon … Zakira, angkat telfonnya” ternyata tidak ada jawaban, kembali Jalal mengulang nomer Zakira, tak lama kemudian “Yaaa … Halllooooo” suara parau Zakira mulai terdengar di ujung sana “Zakira, sorry … aku ganggu kamu malam malam begini, aku cuma mau nanya, apa Jodha ada bersamamu ?” sesaat diam tidak ada jawaban
“Apa ? Jodha ? Siapa ni ?” ujar Zakira masih dengan nada mengantuk “Ini aku Jalal, suami Jodha” ujar Jalal dengan nada keras agar Zakira mendengar jelas “Hah ? Jalal ? Oooh iya iya, Jalal … eh tuan Jalal, ada apa ?” suara Zakira terdengar gelagapan sekarang “Aku mau nanya, apa Jodha bersama kamu malam ini ?”, “Oooh tidak, tadi dia bilang mau menginap di rumah orang tuanya” sesaat perasaan Jalal merasa lega “Ooh begitu, ya sudah, terima kasih untuk infonya, eh tapi apa kamu tahu mobil Jodha masuk bengkel ?” terdengar suara Zakira yang kaget “Apa ? Masuk bengkel ? Tadi nggak kenapa kenapa tu, nggak tau juga itu”, “Ya udah nggak papa, biar besok aku cek, terima kasih selamat malam, maaf mengganggu tidurmu” ujar Jalal “Nggak papa, kalau begitu selamat malam” tedengar suara ponsel terputus. Jalal segera menghempaskan tubuhnya di ranjangnya lagi namun pikirannya menerawang jauh, Jalal masih merasa ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi pada Jodha, tapi apa itu ? .. Rendezvous bag 43 by Sally Diandra.