Rendezvous bag 45 by Sally Diandra. “Kamu memang pintar, Syarifudin … aku suka gayamu” ujar Rukayah yang siang itu segera melesat ke penjara setelah pulang dari rumah sakit menjenguk Jodha dan menemui Syarifudin disana “Apakah Jodha sudah siuman ?” Rukayah menggeleng “Yang aku dengar Jodha koma dan malam ini adalah malam kritis baginya” bisik Rukayah pelan, nampak Syarifudin menghela nafas dalam “Seandainya saja, suaminya itu tidak memergoki kami, saat ini aku pasti sedang dalam perjalanan ke Milan, Italia bersamanya” Rukayah menyeringai senang “Tapi apa yang sudah kamu lakukan ini, hebat ! Good job, Syarif !” Syarifudin hanya mengangguk “Yaaa … aku memang sengaja melakukan hal itu karena dengan begitu, kalau rencanaku lancar semua, maka dengan mudah aku bisa menaklukkan Jodha” Rukayah tersenyum sinis
“Maksudmu, kamu ingin membuat Jodha kecanduan ?” bisik Rukayah pelan karena takut ada orang yang mendengar pembicaraan mereka di ruang tamu para narapidana yang selalu diawasi oleh para sipir “Yeeaah, begitulah … orang yang sedang kecanduan akan sangat mudah dikendalikan, Rukayah” Rukayah melirik ke arah Syarifudin “Dimana aku bisa mendapatkannya ? Aku ingin membuatnya tergila gila dengan barang itu” Syarifudin menatap Rukayah tajam sambil tersenyum sinis “Kamu masih ingin menghancurkan dia rupanya”, “Hidupku belum tenang kalau dia belum mampus, Syarif … dan kamu telah memudahkan jalanku” bisik Rukayah lagi “Baiklah, aku beri nomer telfonnya kamu bisa catat, bilang saja kamu tahu dari aku” Syarifudin segera memberikan nomer telfon bandar narkoba langganannya ke Rukayah secara sembunyi sembunyi tanpa sepengetahuan sipir yang berjaga disana.
Keesokan harinya, Jodha masih belum siuman juga, namun menurut dokter Vinod, ada perkembangan baik yang terjadi pada tubuh Jodha, itu menandakan kalau Jodha berhasil melewati masa kritisnya dan siang itu ketika semua keluarga, baik keluarga Jodha maupun keluarga Jalal sedang berkumpul di kamar Jodha bahkan banyak pula yang berkumpul di depan ruangan VVIP tersebut, tiba tiba Sukaniya yang saat itu sedang menyisir rambut Jodha, dikejutkan oleh tangan Jodha yang tiba tiba bergerak gerak dan kedua bola mata Jodha yang tertutup juga mulai ikut bergerak gerak “Ibuuuu !!!!” semuanya yang hadir disana segera menoleh ke arah Sukaniya “Ada apa Sukaniya ?” Jalal segera menghampiri adik iparnya itu “Kak Jalal, lihat tangan kak Jodha mulai bergerak” Jalal langsung menatap ke arah tangan Jodha sambil menyeringai senang “Mirza, panggil dokter Vinod !” Mirza Hakim segera berlari keluar kamar menuju ke tempat suster jaga yang berada di depan
“Jodhaaaa …” saat itu perlahan lahan Jodha mulai membuka matanya, pandangannya kabur, Jodha masih samar samar melihat orang yang yang berada di depannya ini, Jodha merasa jiwanya terancam, Jodha segera berteriak “Jangaaaannn !!!! Jangannn sakiti akuuuu !!” teriak Jodha parau sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya “Jodha … ini aku, Jalal” samar samar Jodha mendengar suara yang sangat di kenalnya selama ini, suara suaminya, Jalal “Jaaallllaaaaallll …” suara Jodha terdengar cemas dan parau, namun ketika benar benar dilihatnya Jalal ada di depannya, Jodha segera bangun dan memeluk Jalal dengan ekspresi ketakutan “Jaaaalllaaallll” Jalal pun membalas pelukkan Jodha “Aku disini, Jodha … kamu aman bersamaku” semua yang hadir disana menatap ke arah Jodha dengan senyum lebar mereka, Jodha baru merasa kalau dia telah berada di tempat yang aman, Jodha segera melepaskan pelukannya ke Jalal namun tiba tiba kepalanya terasa pusing yang sungguh hebat
“Aduuuh kepalaku” ujar Jodha sambil memegangi kepalanya “Lebih baik kamu beristirahat saja, Jodha” ujar Jalal sambil membaringkan kembali kepala Jodha di bantal, tak lama kemudian dokter Vinod menyeruak masuk ke kamar Jodha “Jodha … bagaimana keadaanmu ? aku check dulu ya, coba buka matanya” dokter Vinod segera mengecek kondisi Jodha selama beberapa menit, semua yang hadir disana merasa tegang termasuk Jalal yang terus memperhatikan mereka berdua “Jalal, istrimu baik baik saja” semua yang mendengarnya langsung bernafas lega “Lalu, kapan bisa pulang, dok ?” Jalal mulai bertanya “Kita lihat dua tiga hari ya, semoga lekas sembuh, Jodha” Jodha hanya mengangguk lemah “Kalau begitu saya permisi dulu” dokter Vinod dan beberapa perawatnya segera meninggalkan kamar Jodha
Malam harinya ketika semua tamu yang berkunjung menjenguk Jodha telah usai, tinggalah mereka berdua, Jalal dan Jodha di kamar tersebut “Jalal … aku … aku ingin minta maaf atas …” belum juga selesai Jodha melanjutkan kalimatnya, Jalal sudah menutup mulut Jodha dengan tangannya sambil menggelengkan kepala “Aku sudah melupakan peristiwa kemarin, sayang … yang penting sekarang kamu sembuh terlebih dahulu, okay ?” ujar Jalal sambil menganggukkan kepalanya, Jodha hanya menatapnya dengan senyuman masam “Tapi aku masih merasa tidak enak sama kamu, karena bagaimanapun juga aku telah merahasiakan sesuatu dari kamu” ujar Jodha dengan perasaan canggung
Jalal segera meraih tangan Jodha dan diciumnya lembut “Aku sudah memaafkan kamu, aku sudah melupakan semuanya dan aku juga mau minta maaf karena aku terlalu kasar padamu kemarin” Jodha menatap suaminya dengan penuh haru “Lalu … bagaimana kamu bisa menemukan aku ?” Jalal menghela nafas panjang dan tak berapa lama kemudian meluncurlah cerita tentang penyelamatan Jodha, Jodha mendengarkan dengan seksama sambil mengantuk ngantuk dan akhirnya tertidur, Jalal yang belum selesai menceritakan keseluruhan ceritanya hanya bisa tersenyum, ketika dilihatnya istrinya telah tertidur “Selamat malam, sayang … have a sweet dream” ujar Jalal sambil mencium kening Jodha lembut.
Tengah malam sekitar jam 2 pagi, Jodha yang masih tertidur pulas, tiba tiba meracau tidak karuan, kepalanya bergerak kesana kemari, Jodha gelisah karena mimpi buruk mulai menghantui tidurnya, tiba tiba saja Jodha terbangun sambil berteriak keras “Jangaaaaaannnnn !!!!” Jalal yang saat itu sedang tertidur pulas di sofa, sontak kaget dan segera bangun begitu mendengar teriakan Jodha, dilihatnya Jodha terduduk di tempat tidurnya dengan nafas terengah engah “Jodhaaa” Jalal segera menghampiri Jodha “Jodha, ada apa sayang ? Kamu kenapa ?” Jodha melirik kearah Jalal dan segera memeluk erat seperti orang ketakutan “Jalal, jangan tinggalkan aku, aku takut, aku takuuut, Jalal …” Jalal membelai belai rambut Jodha lembut
“Kamu tidak apa apa, sayang … kamu telah aman, lebih baik kamu minum air putih dulu ya” Jalal segera melepaskan pelukkan Jodha kemudian mengambil air putih yang ada di meja kecil sebelah tempat tidur dan segera meminumkannya ke Jodha, Jodha langsung meminumnya dalam satu tarikan nafas hingga habis, Jalal kaget melihatnya karena gelas tersebut cukup besar, kemudian diletakkannya lagi gelas tersebut di meja “Sekarang kamu tidur lagi ya, tidak ada apa apa, kamu cuma mimpi buruk saja, semuanya baik baik saja dan lagi kan ada aku disini” Jalal mencoba membujuk Jodha sambil berusaha membaringkannya kembali, awalnya Jodha menuruti permintaan Jalal, namun tiba tiba Jodha terbangun lagi
“Ada apa ?”, “Kamu tidur disini saja, disebelahku” Jalal hanya tersenyum “Baiklah, aku duduk disini, menemani kamu” Jodha menggelengkan kepalanya “Tidak, kamu tidur di tempat tidur, disebelahku” ujar Jodha sambil menggeser tubuhnya ke samping “Disini ?” Jalal hanya mengendikkan bahunya “Baiklah aku tidur disini menemani kamu” akhirnya Jalal pasrah menuruti keinginan istrinya untuk tidur berdua diatas tempat tidur, Jodha segera menggeret lengan Jalal untuk memeluknya erat, Jalalpun hanya menuruti saja sambil membelai belai rambut Jodha perlahan lahan dan menyanyikan lagu nina bobok untuk Jodha, hingga akhirnya mereka berduapun tertidur pulas.
Keesokan harinya, setelah selesai mandi, pagi itu Jodha menikmati sarapan pertamanya di rumah sakit, dengan telaten Jalal menyuapkan makanan tersebut ke istrinya “Jalal, aku ingin pulang, aku nggak betah berada disini, aku kangen rumah, gua kita” Jalal hanya tersenyum mendengar permintaan Jodha “Nanti, kalau kamu sembuh betul, kamu bisa pulang ke gua kita …”, “Aku sudah sembuh !” Jodha langsung memotong ucapan Jalal sambil membelalakkan matanya yang bulat, Jalal hanya tersenyum “Aku sudah sembuh, Jalal … aku pikir lebih baik aku rawat jalan saja, aku bosan disini, aku merasa nggak nyaman disini” ujar Jodha dengan nada ketus dan manja, Jalal paling suka kalau melihat ekspresi Jodha yang judes seperti itu, ingin rasanya segera melumat bibir Jodha yang mengerucut kedepan seperti itu
“Baiklah, nanti coba aku bicarakan dengan dokter Vinod” akhirnya setelah dengan perdebatan yang cukup alot antara Jalal dan dokter Vinod, dokter Vinod memperbolehkan Jodha untuk pulang sore itu “Tapi ingat, Jalal … jangan sampai lengah kalau gejala ditubuh Jodha mulai bereaksi, kamu harus waspada, nanti aku akan selalu mengecek kondisi Jodha setiap hari atau kalau perlu aku bawakan seorang perawat untuk merawat Jodha dirumah ?” Jalal segera menggelengkan kepalanya “Tidak perlu, dok … karena aku yakin Jodha pasti juga tidak mau, dia merasa dirinya itu sudah sembuh jadi dia tidak ingin ada perawat di sampingnya, aku yakin aku bisa mengatasi semua ini, dok … lagian dirumah aku juga punya pembantu yang bisa merawat Jodha”, “Baiklah, kalau begitu tapi jangan lupa untuk tetap menghubungi aku kalau ada apa apa dengan Jodha !” ujar dokter Vinod dengan nada serius “Siap, dok !”
Sore harinya, Jodha pulang kerumah bersama Jalal dan keluarga besarnya, nyonya Hamida sengaja mengadakan syukuran kecil kecilan untuk kalangan keluarga saja untuk kesembuhan Jodha. Ketika Jodha sampai di rumah, ternyata Moti bersama suami dan anaknya sudah menunggu Jodha disana “Jodhaaaa” Moti segera memeluk Jodha dengan perasaan haru “Aku minta maaf, aku nggak bisa menjenguk kamu di rumah sakit, karena aku nggak mungkin membawa Aira kesana” Jodha tersenyum “Nggak papa, aku bisa mengerti, mana Aira ?” saat itu bayi mungil Moti yang baru berusia beberapa bulan sedang dalam gendongan ayahnya, Todar Mal “Aira disini, tante … selamat pulang kerumah” ujar Todar Mal, Jodha menyeringai senang sambil di gendongnya anak sulung Moti itu dan di ciuminya pipinya yang chubby menggemaskan.
“Lalu kapan kamu akan memberi ibu ini cucu, Jodha ?” tiba tiba pertanyaan nyonya Hamida membuat langkah Jodha terhenti, sesaat Jodha terdiam sambil memperhatikan tingkah Aira yang lucu, Jalal yang menyadari situasi ini segera mendekat kearah Jodha seraya berkata “Pasti, ibu … suatu saat nanti kami pasti memberikan cucu untuk ibu, iya kan, Jodha ?” ujar Jalal sambil merangkul bahu Jodha, Jodha hanya tersenyum masam, Jodha merasa tidak enak hati dengan ibu mertuanya ini dan juga suaminya, namun dikuatkan dirinya untuk menikmati pesta kecil kecilan dirumahnya itu.
Malam harinya, sebelum tidur, Jodha kembali meminta Jalal untuk menceritakan kronologis cerita penyelamatan dirinya, karena kemarin Jodha merasa belum mendengar keseluruhan ceritanya, dengan sabar sambil terkantuk kantuk, Jalal mencoba menceritakannya hingga tuntas “Huuuuaaaaaaah … sudah jam 1 pagi, sayang … lebih baik kita tidur, supaya kamu lebih sehat lagi” ujar Jalal sambil memeluk Jodha dari belakang, Jodha menuruti ucapan suaminya, di tariknya lengan Jalal agar memeluknya erat, hingga tak lama kemudian Jodha bisa mendengar dengan jelas dengkuran nafas Jalal yang mulai tertatur, sementara itu Jodha masih belum bisa memejamkan matanya, Jodha teringat bagaimana Syarifudin menyekapnya dan menyuntikkan obat cair itu ke tubuhnya.
Jodha meringis ketakutan membayangkan apa yang telah terjadi pada dirinya. Jodha berusaha untuk memejamkan matanya, tapi tetap saja tidak bisa, Jodha segera menyingkirkan tangan Jalal, kemudian bangun dari ranjangnya dan berjalan menuju ke meja rias besar, dirapikan meja rias tersebut hingga bersih kemudian beralih membersihkan kamar mandi hingga tak terasa tiba tiba sudah jam setengah 4 pagi “Sudah jam segini, aku belum mengantuk juga ?” bergegas Jodha mengisi jaquzzinya dengan air hangat kemudian berendam disana sambil memejamkan matanya dan mendengarkan lagu lagu kesukaannya via MP4.
Kurang lebih selama 1 jam Jodha berendam disana, hingga jam 5 kurang, setelah selesai berendam, dibangunkannya Jalal yang masih tertidur pulas “Sayang, sholat bareng yuk” sesaat Jalal menggeliat sambil membuka matanya perlahan “Sudah pagi ?” Jodha mengangguk “Sudah hampir jam 5, sholat bareng yuk” Jalal pun mengangguk dan tak lama kemudian setelah mereka berdua melakukan sholat berjamaah, selesai sholat Jodha mulai merasa mengantuk, tanpa mempedulikan Jalal yang saat itu masih berdoa, Jodha segera beranjak ke ranjangnya dan tertidur pulas disana.
Keesokan harinya, sekitar jam 11 siang, Jodha baru terbangun dari tidurnya, dilihatnya Jalal sudah tidak ada di dalam kamar, setelah selesai mandi dan berdandan, Jodha segera turun ke bawah menemui Shivani yang sedang santai di ruang keluarga menonton televisi bersama Tejwan “Shivaniiiiii !” Shivani segera berlari begitu mendengar teriakan Jodha “Ada apa nyonya ?”, “Tuan Jalal mana ?” siang itu Jodha tidak menemui Jalal di mana mana “Tuan Jalal, ke kantor nyonya, katanya sebentar, ada klien penting yang harus ditemui tadi”, “Ya sudah … kamu masak apa hari ini ? Aku lapar” ujar Jodha sambil berjalan ke arah dapur “Saya masak sup kacang merah, nyonya … nyonya mau ? Saya siapkan ya” Shivani bergegas menuju ke dapur untuk menghangatkan masakannya “Nyonya Jodha mau minum apa ? Biar saya siapkan” Tejwan ikut menimpali pembicaraan mereka
“Kamu punya wortel sama tomat ? Kalau ada aku ingin jus wortel tomat ya, pake es nya dikit aja dan jangan lupa gulanya dikit, kalau ada madu pake madu saja” Tejwan segera melaksanakan instruksi Jodha dan tak lama kemudian Jodha mulai menikmati masakan buatan Shivani dan jus wortel tomat buatan Tejwan hingga habis tak tersisa “Terima kasih, Shivani, Tejwan … makanan dan minuman kalian memang top ! Perutku kenyang sekarang” ujar Jodha sambil mengacungkan kedua jempolnya kearah sepasang suami istri yang berdiri di depannya ini “Terima kasih, nyonya” ujar mereka berdua berbarengan.
Setelah menikmati sarapannya, Jodha kembali ke kamar dan bersantai disana sambil membaca novel kesayangannya. Dua jam kemudian, tiba tiba Jodha merasa perutnya mual dan pusing tak tertahankan, Jodha segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua makanannya disana, setelah selesai membersihkannya, Jodha bergegas turun ke bawah, dicarinya kotak obat di dapur “Shivaniiii ! Shivanniiii !” Shivani yang mendengar teriakan Jodha langsung kaget ketika mendapati Jodha sedang membongkar bongkar laci dapur mencari cari sesuatu “Ada apa nyonya ? Nyonya mencari apa ?”, “Mana obat pusing yang biasanya ada disini ? Kenapa tidak ada ?” ujar Jodha dengan suara yang tinggi “Obat itu sudah habis,, nyonya … biar saya belikan dulu” Tejwan yang ikut menimpali pembicaraan mereka, bergegas meninggalkan rumah menuju ke mini market terdekat dengan motornya.
Jodha yang mencoba bertahan menahan pusingnya yang mulai tak tertahankan, berupaya untuk membaringkan tubuhnya di ranjang, Shivani menemaninya sambil membawakan teh panas untuk Jodha, tiba tiba tubuh Jodha demam dan mulai menggigil kedinginan “Nyonya, di minum dulu tehnya, supaya agak enakan” Jodha mengambil teh tersebut dan diketika hendak di minumnya teh itu masih terasa panas “Kenapa panas sekali !” bentak Jodha marah sambil membanting gelas tersebut hingga pecah berserakan, Shivani yang duduk disebelahnya merasa kaget dengan perangai majikannya ini yang mulai berubah “Maaf, nyonya … itu tadi nggak panas banget, hanya suam suam kuku” ujar Shivani dengan nada memelas
“Siapa bilang suam suam kuku ! Itu panas ! Itu panas, Shivani ! Pergi ! Pergi kamu dari sini ! Aku mau sendirian ! Dan jangan lupa ! Bersihkan semua itu sampai bersih ! Ingat ya sampai bersih !” bentak Jodha dengan nada kasar, Shivani tidak percaya kalau perilaku Jodha berubah drastis seperti itu, sambil menahan tangis Shivani pamit sebentar ke Jodha “Nyonya, saya ambil sapu dan pel dulu dibawah” Jodha tidak menggubrisnya, dirasakan badannya kembali menggigil dan demam juga pusing yang tidak tertahankan
Sesampai di bawah Shivani teringat pesan Jalal, agar segera memberitahunya kalau terjadi sesuatu pada Jodha, bergegas Shivani langsung memutar nomer handphone Jalal, saat itu Jalal masih menemani klien pentingnya sedang membahas soal financial perusahaan mereka, tiba tiba handphonenya yang di letakkan di meje bergetar, Jalal segera melihat siapa yang menelfonnya, ternyata telfon dari rumah “Tuan Jalal …” suara Shivani terdengar di ujung sana “Ya, Shivani, ada apa ?”, “Nyonya Jodha, tuan … nyonya Jodha tiba tiba marah marah, saya takut, tuan …” Jalal segera teringat akan ucapan dokter Vinod
“Bila dia tidak menggunakan lagi maka itu merupakan hari terburuk baginya, dia akan merasa ketergantungan yang sangat luar biasa, atau biasa kita sebut sakaw, dia akan merasakan sakit kepala yang luar biasa, tulang tulang dan sendi sendinya terasa sangat ngilu, demam, kadang juga disertai muntah, mata dan hidungnya terus berair, mudah kedinginan, biasanya menggigil dan banyak berkeringat dingin, dia juga akan depresi dan sangat mudah marah serta insomnia” sesaat Jalal tertegun sambil memegang ponselnya “Apakah Jodha mulai mengalami gejala itu ?” bathin Jalal dalam hati.. Rendezvous bag 46 by Sally Diandra.