Rendezvous bag 47 by Sally Diandra. Tanpa Jodha sadari selama satu hari itu, Jodha merasa sangat bersemangat dan memiliki perasaan euforia yang berlebihan, setelah selesai bercinta di kamar, mereka lanjutkan dengan bercinta di jaquzzi mereka, Jodha benar benar sangat liar, sementara Jalal yang sangat menikmati permainan Jodha, sebenarnya mempunyai kecurigaan mendalam “Bagaimana bisa Jodha sembuh dalam satu hari ? Sementara dokter Vinod mengatakan kalau masa buruknya itu akan berlangsung selama 5 hari tapi hari ini aku lihat dia kelihatan begitu segar dan sangat bersemangat, tak bosan bosannya dia meminta bercinta denganku, seolah olah tidak ada habis tenaganya” bathin Jalal sambil terus bertanya tanya dalam hati “Sayang, pagi ini aku akan membuatkan sarapan special buat kamu, lalu setelah itu bagaimana kalau kita jalan jalan ? Aku ingin window shopping denganmu, kamu mau kan ?” ujar Jodha yang sedang duduk di depan meja riasnya sambil mengeringkan rambut dengan handuknya yang kemudian diangkatnya ke atas
“Boleh juga, kebetulan aku juga merencanakan cuti beberapa hari ini” ujar Jalal sambil mengenakan kaos oblongnya “Terima kasih, sayang” ujar Jodha menyeringai senang sambil melirik ke arah Jalal dari pantulan kaca di meja riasnya yang lebar “Kalau begitu aku turun dulu ya, aku akan siapkan sarapan buat kamu” Jalal hanya mengangguk, sementara Jodha segera melesat keluar dari kamarnya. Sepeninggal Jodha, Jalal segera menelfon ke dokter Vinod untuk mengabarkan perilaku Jodha yang berubah 360 derajat “Bagaimana bisa Jalal, efek ketergantungan itu tidak mungkin bisa sembuh dalam jangka waktu satu hari saja, itu sangat tidak mungkin !” suara dokter Vinod terdengar heran di ujung sana “Tapi aku melihatnya seperti itu, dok … dia bahkan kelihatan sangat fresh, penuh semangat dan sangat bergembira sekali pagi ini, aku sendiri juga heran” ujar Jalal sambil mondar mandir di kamarnya “Aku menduga, dia mengkonsumsinya kembali, Jalal” suara dokter Vinod kali ini terdengar tegang “Mengkonsumsinya kembali ? Jodha memakai heroin lagi ? Tapi dari mana, dok ? Selama seharian dia terkapar di kamar, mau keluar kamar saja dia tidak bisa, kemarin dia terus terusan menggigil dan demam bahkan badannya katanya sakit semua, bagaimana bisa ?” ujar Jalal dengan suara agak meninggi “Jalal, perangai Jodha yang tiba tiba berubah 360 derajat itulah jawabannya, seorang pemakai bisa berperilaku euforia yang berlebih lebihan itu karena dia telah mengkonsumsi heroin, apakah kemarin dia meminta sesuatu ?” ujar dokter Vinod “Iyaa, dia memang meminta sesuatu, dia minta dibelikan obat sakit kepala, dia sendiri tidak tahu obat apa yang harus diminumnya untuk meredakan sakitnya itu, dok” ujar Jalal bingung
“Ada yang aneh, aku jadi curiga, apakah mungkin ada seseorang yang menemuinya lalu memberinya heroin itu ?” dokter Vinod mulai penasaran “Menemuinya ?” suara Jalal tercekat di ujung lidah, Jalal teringat kalau semalam hanya Rukayah yang menemani Jodha “Semalam memang ada temanku yang menemani, Jodha … tapi apa mungkin dia ? Rasanya tidak mungkin, dok … dia itu temanku sejak kecil, aku sangat kenal dengan dirinya” ujar Jalal bimbang “Memang betul, Jalal … kita tidak boleh menuduhnya begitu saja tanpa bukti, bisa bisa malah nanti kita di tuduh dengan pasal pencemaran nama baik” ujar dokter Vinod lagi “Lalu, apa yang bisa kita lakukan, dok ?” Jalal mulai merasa cemas “Begini, Jalal … pertama, coba kamu cek dulu di dalam rumahmu, adakah benda benda mencurigakan yang mencirikan barang sejenis narkoba, kalau kamu sudah mendapatkannya, kamu bisa memberikannya ke aku, aku akan mengeceknya” ujar dokter Vinod “Baik, aku akan mencoba mencarinya, dok … sampai ketemu lagi” ujar Jalal, kemudian memutuskan sambungan ponselnya
Jalal segera menggeledah meja rias Jodha, Jalal berusaha mencari cari barang sejenis narkoba seperti yang dikatakan oleh dokter Vinod, lama Jalal mencari cari barang tersebut, namun tidak ditemukannya juga, dari meja rias, Jalal beralih ke lemari besar mereka, Jalal terus berusaha mencari sementara Jodha masih asyik menyiapkan sarapan pagi di dapur bareng Shivani. Pagi itu Jodha ingin membuatkan Jalal nasi goreng sea food, namun karena tidak ada udang dan cumi cumi yang tersisa di dalam kulkas, Jodha menyuruh Shivani untuk membelinya di supermarket terdekat bersama Tejwan, sementara Jodha menyiapkan bahan makanan yang lainnya yang dibutuhkan untuk nasi goreng sea food specialnya.
Jalal sempat frustasi mencari barang yang dimaksud oleh dokter Vinod “Dimana benda itu ? Huuufffttttt … aku harus mendapatkanya, aku harap Jodha akan lama di dapur” Jalal kembali melakukan investigasinya, kali ini Jalal mencoba mencari dikamar kerja Jodha, namun tetap saja hasilnya nihil, Jalal kembali ke kamar mereka berdua.
Jalal sudah hampir pasrah ketika dari pintu tempatnya berdiri, entah kenapa tiba tiba matanya tertuju pada meja kecil berlaci yang terdapat di kedua sisi tempat tidur mereka “Kenapa tidak terpikirkan olehku tadi” bathin Jalal dalam hati sambil menghampiri meja kecil tersebut, perlahan Jalal membuka laci meja kecil itu dan benar disana Jalal bisa melihat ada beberapa butir kapsul yang tersimpan dalam plastik kecil kedap udara “Obat apa ini ? Rasanya ini bukan salah satu obat yang diberikan oleh dokter Vinod, lagipula obat dari dokter Vinod ada di atas meja itu, kenapa yang ini di dalam laci ?” bathin Jalal sambil melirik ke arah tumpukkan obat yang diberikan oleh dokter Vinod “Aku yakin, obat ini yang membuat Jodha sembuh, tapi darimana dia dapatkan ? Lebih baik aku berikan obat ini pada dokter Vinod, agar dia bisa segera mengeceknya” Jalal bergegas keluar dari kamarnya menuju ke dapur, dilihatnya disana Jodha masih sibuk memasak bersama Shivani
“Sudah lapar ya ? Maaf ya sayang agak lama sedikit tadi aku harus membeli beberapa bahan makanan di supermarket” ujar Jodha ketika melihat Jalal muncul di depannya “Tidak apa apa, sayang ,,, aku sabar menunggu” ujar Jalal sambil tersenyum “Tapi bentar lagi matang kok, bentar lagi, okay ?” ujar Jodha lagi “Okay ! oh iya ,,, dimana Tejwan ?”
“Tejwan ada didepan, tuan ,,, dia sedang mencuci mobil” sela Shivani “Oke, aku ke depan dulu” Jalal bergegas keluar menuju ke teras depan, dilihatnya disana Tejwan sedang mencuci mobil Jodha “Tejwan !” Tejwan segera menoleh ke arah teras depan ketika di dengarnya suara majikannya memanggil “Iya, tuan !” Tejwan segera menghampiri Jalal “Tejwan, aku mau minta tolong, tolong antarkan obat ini ke dokter Vinod, dirumah sakit ayahku, kamu bilang saja ini obat kiriman dariku, dokter Vinod sudah tahu maksudnya” ujar Jalal sambil memberikan obat itu ke Tejwan “Baik, baik, tuan …” Tejwan segera menganggukkan kepalanya sambil menaruh obat itu dalam kantong bajunya “Kamu pergi sekarang saja, pakai motor saja, ayo sekarang, buruan !” ujar Jalal sambil menepuk bahu Tejwan “Tapi saya belum selesai mencuci mobil nyonya, tuan …” ujar Tejwan dengan perasaan bingung “Sudah, nanti aku yang menyelesaikannya karena ini lebih penting, cepat pergilah !” Tejwan segera berlalu dari hadapan Jalal dan bergegas mengambil sepeda motornya dan segera meluncur ke jalan raya, sementara itu Jalal melanjutkan pekerjaan Tejwan mencuci mobil.
“Sayang, Tejwan kemana ? Kenapa kamu yang mencuci mobil ?” tiba tiba Jodha muncul diteras depan “Tejwan sedang keluar sebentar, aku minta tolong untuk …” suara Jalal berhenti sesaat sambil memikirkan alasan apa yang tepat yang bisa menjawab pertanyaan Jodha, apalagi dilihatnya Jodha menanti jawabannya dengan matanya yang membulat “Untuk beli pisau cukur, iyaa … beli pisau cukur” ujar Jalal sambil bernafas lega ketika dilihatnya Jodha bisa menerima jawabannya “Kalau begitu, kita sarapan dulu yuk, nasi gorengnya sudah siap” ujar Jodha sambil mengulurkan tangannya, Jalal segera menghentikan aktifitas mencuci mobil, kemudian menyambut uluran tangan Jodha dan bersama sama masuk ke dalam rumah. Setelah selesai menikmati sarapan pagi, seperti yang sudah Jodha minta, mereka berdua jalan jalan melakukan window shopping ke sebuah maal ternama di ibukota.
Ketika mereka sedang asyik melihat lihat beberapa produk yang di gerai di beberapa etalase bergengsi, tiba tiba ponsel Jalal berbunyi “Sebentar sayang, ada telfon” ujar Jalal sambil mengangkat ponselnya “Jalal, aku sudah mengeceknya, mengecek obat yang kamu kirimkan tadi” suara dokter Vinod mulai terdengar di ujung sana “Lalu, bagaimana hasilnya ?” Jalal nampak sangat penasaran, tidak sabar menunggu penjelasan dari dokter Vinod, sementara Jodha masih asyik melihat lihat dan tidak menggubris pembicaraan suaminya itu “Hasilnya 100 persen positif, Jalal … itu heroin” suara dokter Vinod terdengar berat, Jalal kaget, diliriknya istrinya yang saat itu sedang ngobrol dengan pramuniaga toko “Kalau itu heroin, darimana Jodha bisa mendapatkannya, dok ?” Jalal mulai bimbang “Karena semalam dia tidak kemana mana, seperti yang aku katakan tadi, dia hanya tertidur di tempat tidur, jadi tidak mungkin dia pergi keluar hanya untuk membeli barang terkutuk itu !”, “Jawabanlah itulah yang harus kamu cari, Jalal … lebih baik kamu simpan sisanya, masih ada kan ? Kamu simpan, kita lihat dua tiga hari kedepan, istrimu pasti akan mencari kapsul itu, aku yakin itu, Jalal” ujar dokter Vinod lagi “Baik, baik … terima kasih, dokter, aku yakin aku pasti akan segera mendapatkan jawabannya” ujar Jalal.
Tiga hari kemudian …
Ketika Jodha dan Jalal sedang tertidur lelap, tiba tiba tengah malam Jodha terbangun dari tidurnya, Jodha merasa perutnya mual dan pusing yang tak tertahankan, Jodha segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya, setelah selesai membersihkan diri, Jodha merasa tubuhnya demam dan pusing “Oooh, penyakit itu datang lagi, kenapa aku jadi seperti ini ?” Jodha berjalan perlahan ke arah tempat tidurnya, Jodha ingat obat yang ditawarkan oleh Rukayah mampu meredakan penyakitnya ini, bergegas Jodha kearah meja kecil disebelah ranjangnya, dibukanya laci meja tersebut, namun ternyata nihil, tidak ada apa apa disana, Jodha panik “Dimana obat itu ?” Jodha bergegas mencari cari ke meja riasnya, dibukanya laci laci meja riasnya secara terburu buru hingga menimbulkan kegaduhan yang membuat Jalal terbangun dari tidurnya “Jodha ? Kamu sedang apa ?” Jodha panik ketika didengarnya suara Jalal
“Jalal … kamu sudah bangun ?” suara Jodha terdengar bergetar tiba tiba tubuhnya menggigil dan terduduk lemas dilantai, Jalal segera menghampiri Jodha “Kamu kenapa sayang ?” Jodha menatap Jalal dengan tatapan nanar “Jalal, tolong aku, Jalal … penyakit itu muncul lagi, badanku demam tapi aku kedinginan” Jalal segera menggendong Jodha dan membaringkannya di ranjang “Aku akan mengompres kamu” ujar Jalal sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan kembali dengan handuk kecil dan baskom kecil berisi air untuk mengompres Jodha, dengan penuh perhatian Jalal mengompres Jodha yang mulai menggigil hebat “Jalal, aku harus minum obat, aku tidak mau menderita seperti ini terus” ujar Jodha lemas “Sudah aku katakan, Jodha … kalau penyakitmu ini tidak ada obatnya, kamu harus bisa melawannya, lawan penyakitmu ini, Jodha dan aku akan disini untuk mendukung kamu” ujar Jalal sambil terus mengecek kompresan Jodha “Tapi aku nggak sanggup, Jalal … aku sakit, aku perlu obat, badanku sakit semua, Jalal”, “Tidak, Jo ! Kamu harus melawannya” Jodha nampak marah “Lawan ! Lawan ! Lawan ! kamu selalu bicara untuk melawan ! Aku tidak butuh itu, Jalal ! Aku butuh obat ! Dan kenapa obat itu tidak ada ? Aku butuh obat, Jalal !” suara Jodha mulai meninggi, emosi mulai menguasai pikirannya
Jalal memalingkan wajahnya, Jalal sebenarnya tidak tahan melihat Jodha seperti itu, namun apa daya, Jalal ingin Jodha sembuh dari efek ketergantungan obat terkutuk itu “Apakah kamu membutuhkan obat ini, Jodha ?” ujar Jalal sambil menunjukkan obat yang ditemukannya di laci meja kecil dekat ranjang mereka, mata Jodha langsung terbelalak begitu melihat obat itu ada ditangan Jalal “Dari mana kamu dapatkan itu, Jalal ? Aku membutuhkannya ! Berikan padaku !” ujar Jodha sambil mengiba pada Jalal dengan tatapannya yang memelas “Aku tidak akan memberikannya, Jodha” Jodha terperangah “Kenapa, Jalal ? Kenapa tidak boleh ? Aku butuh obat itu … Aku mohon ! Apa kamu ingin aku mati ?” suara Jodha penuh dengan emosi sambil berusaha mengambil kapsul yang berada ditangan Jalal, namun Jalal mampu berkelit dengan cepat.
“Ini bukan obat, Jodha ! Kamu harus sadar itu ! Ini adalah racun ! Apakah kamu tidak menyadari kalau kamu tidak meminumnya, kamu sangat ketergantungan dengan obat ini !” suara Jalal mulai meninggi “Itu obat yang aku perlukan, Jalal !”, “Ini bukan obat, Jodha ! Ini heroin ! Apakah kamu mau kecanduan dengan heroin ini ! Aku tidak akan mengijinkannya, Jodha !” Jodha terperangah “Itu bukan heroin, Jalal … Itu obat pereda nyeri, Rukayah yang mengatakannya padaku, aku mohon, Jalal, berikan padaku ! Berikan padaku obat itu, Jalal !!!!!” Jalal tertegun mendengar ucapan Jodha yang menyebut nama Rukayah yang telah memberikan heroin itu padanya “Apa kamu bilang ? Rukayah yang memberikan obat ini padamu ?” Jalal nampak terkejut, sementara Jodha mulai teringat permintaan Rukayah agar tidak memberitahu tentang obat itu ke Jalal tapi apa daya secara tidak sengaja, Jodha sudah keceplosan ngomong tentang Rukayah dan obat itu ke Jalal… Rendezvous bag 48 by Sally Diandra