Sinopsis Ashoka Samrat 47 by Jonathan bay. Acara makan malam akan di mulai. Para undangan mulai datang ke istana. Dharma turut pergi untuk melihat Ashok. Dia berdiri di pintu sambil melihat-lihat kalau-kalau Ashok datang. Sushim dan teman-temannya datang berombongan. Jeet menanyakan Ashok pada Sushim. Sushim menjawab, “dia pasti takut!” Lalu mereka berbondong-bondong masuk ke istana. Dharma masih berdiri di pintu, pengurus dapur menegurnya.
Ratu Helena dan para ratu di sertai pangeran Siamak dan Drupada memasuki aula jamuan. Justin dan Agnisika duduk berdampingan. Siamak dengan gembira berlari dan memeluk Justin. Justin dengan senang hati balas memeluknya. Agnisika meliriknya. Helena menyapa Agnisika, “putri Agnisika..” Agnisika berdiri menyambutkan. Setelah saling sapa sebentar, Helena dan para ratu mengambil tempat duduknya masing-masing. Bindu tertawa gembira. Sebelum acara di mulai, Rajaji berkata kalau dia ingin membuat istana untuk Agnisika di Patliputra, karena dia akan menikah dan tinggal di sini. Helena meminta agar Rajaji tidak perlu khawatir mereka akan mengurus segalanya. Bindu pun setuju, “tentu saja, Justin saudaraku semata wayang dan untuk kemudahannya, kami akan melakukan apapun.” Mendengar itu, Justin berdiri dan berkata dengan nada keberatan, “apa gunanya membuat istana baru, samrat? Itu akan mengambil banyak waktu.” Charu menyahut, “…itu menunjukan kalau pangeran Justin sangat ingin cepat-cepat menikah..” Bindu tertawa mendengarnya. Helena membujuk Justin dengan berkata, “aku tahu seseorang. Dia akan membuat istana kecil dalam waktu 1 bulan. Bagaimana? Tidak ada masalah bukan?” Sushim dan teman-temannya memasuki aula, mereka menghampiri Samrat dan memberikan salam. Bindu tersenyum dan menyapanya dengan gembira, “Sushim…. ” saat tidak melihat Ashok dia bertanya, “Ashok mana?”
Dia luar Dharma masih menunggu Ashok dengan rasa was-was dan penuh harap.
Di sekolah Bangsawan, Ashok seorang diri masuk ke kamar senjata. Sambil tersenyum gembira dia mendekati pedang Chandragupta Maurya. Dia teringat apa yang di katakan Siamak tentang pedang itu. Ashok menyentuh pedang itu dan membelainya. Seekor singa muncul di ruangan dan mengaum. Ashok tiba-tiba terkejut dan tanpa sengaja jenpolnya terhores hingga berdarah. Ashok menatap darah di tanganya dan tersenyum, “sepertinya yang mulia Chandragupta maurya memberikan berkatnya padaku.” Dengan darah itu, Ashok memasak tilak di keningnya.
Aakramak datang dia menegur Ashok, “ada apa? Kita harus pergi ke istana untuk makan malam.” Ashok menyahut, “jika ini perintah anda achari, maka aku akan pergi.” Aakramak bertanya, “kenapa kau melakukan semua ini? Hidupmu dalam bahaya karena kompetisi ini. Kau tak tahu bagaimana bertarung..” Ashok menjawab, “tapi aku tahu bagaimana bekerja keras.” Aakramak berkat sebagai guru dia punya tugas untu melindungi Ashok, “masa depanmu bukan untuk kompetisi ini. Kau belum siap untuk mengikutinya. Kau tak punya pengetahuan tentang apapun. Maka sebagai guru, aku mengambil keputusan bahwa kau tidak akan ikut ambil bagian dalam kompetisi ini. Ini perintahku.” Ashok terkejut. Setelah itu Aakramat pergi meninggalkan Ashok yang dengan sedih dan kecewa menatap pedang kerajaan itu.
Banyak orang hilir mudik di istana, acara makan malam akan dimulai. Ashok melangkah memasuki pintu gerbang istana. Dia menatap sekeliling dengan wajah sedih. Lalu dia berbalik pergi tidak jadi masuk istana.
Sushim dan teman-temannya melangkah pergi dari hadapan Bindu. Dia berpapasan dengan siamak yang juga hendak pergi keluar aula. Sushim memegang pundaknya dan bertanya dengan curiga, “kau akan pergi kemana?” Siamak menjawab kalau dia punya hal penting untuk di lakukan. Sushim melepas cekalannya dan menatap kepergian siamak dengan tatapan curiga.
Subrashi berkata pada Drupat, memintanya untuk pergi tidur. Tapi Drupat tidak mau, “tidak ma, aku ingin tinggal di sini.” Lalu dia meminta dukungan pada Bindu. Bindu mengangguk dan berkata, “ratu Subhrasi, kalau dia ingin tinggal di sini, biaran saja.” Subhrasi tersenyum dan mengangguk.
para pelayan menata hindangan. Sushim dan teman-temannya mendekati meja prasmanan. Pelayan menyodorkan segelas anggur. Sushim menerimanya dan meminumnya. Charumitra melihat itu dan segera pergi untuk menegurnya, “Sushim…” Sushim terlihat kaget dan sedikit takut. Charu menatap gelas di tangan Sushim dengan tatapan tak suka, “kau meminum anggur? Apakah itu sesuai untuk calon Samrat?” Sushim menjawab, “…aku hanya mencicipinya..” Charu melarangnya karena itu akan berdampak buruk padanya. Sushim tidak senang di tegur Charu, dia menjawab dengan kesal, “ma, aku bukan anak kecil lagi. AKu tahu apa yang baik dan buruk untukku. Jangan khawatir, aku akan menang bagaimanapun caranya.” Mendengar jawaban Sushim, charu tidak berkata apa-apa lagi dan bergegas pergi meninggalkannya. Setelah Charu pergi, Sushim menyuruh teman-temannya meminum anggur yang telah di sediakan.
Rajajiraj yang duduk berdampingan dengan Helena berkata, “selamat, ibu suri. Yang mulia setuju untuk membuat istana baru.” Helena menyahut, “tapi pernikahan harus segera di laksanakan.” Charu mendengar pembicaraan Helena dan rajaji dan berpikir, “mereka pasti sedang merencanakan sesuatu, tapi apa? aku harus mendengarkannya.” Charu mendekati Helena dengan diam-diam. Helena melihat Charu dari cermin, dia segera mengubah topik pembicaraannya dan memberi isyarat pada Rajajiraj. Kata Helena, “..rajajiraj, kami tidak meragukan niat anda….. Agnisika gadis yang menyenangkan dan kami menyukainya.” Rajaji menjawab, “aku merasa beruntung keponakanku mendapatkan keluarga yang baik sebagai mertuanya.”
Dharma masih berdiri di pintu sambil menatap gerbang istana. Dia menunggu Ashok. Seorang pelayan menyapanya. Dharma hanya menggeleng dan berkata tidak ada apa-apa. Dengan putus asa, Dharma beranjak dari tepi pintu.
Ashok sedang berlatih dengan rintangan dia sekolah. Dia berlatih sangat giat dan penuh semangat. Siamak mendatanginya dan menyapa, “apa yang kau lakukan disini?” Dengan antusias Ashok memberitahu Siamak kalau waktunya melewati rintangan lebih cepat dari sebelumnya, “akan ku tunjukan padamu.” Siamak menahannya dan dengan prihatin bertanya, “hei Ashok,..kenapa kau latihan malam-malam begini? Apakah ada yang mengatakan sesuatu padamu?” Ashok mengatakan kalau guru Aakramak melarangnya ikut kompetisi karena menurutnya dia belum siap, “tapi Sushim akan mendapat kesempatan sekali lagi untuk menunjukan pada Samrat kalau aku tidak pantas berada di sini. Aku ingin membuat yang mulia bangga. Aku ingin menunjukan kalau Sushim salah. Aku ingin menunjukan pada achari kalau aku siap ikut kompetisi.” Siamak berkata kalau dirinya akan bicara pada Bindu. Ashok melarangnya, “jangan. Aku ingin mencapainya dengan caraku sendiri.” Siamak lalau mengajak Ashok pergi untuk makan malam, “ayahanda raja pasti sedang menunggumu. Dia akans enang melihatmu.” Ashok menolak, karena dia ingin berlatih. Siamak menyerah, “baiklah, kalau kau tidak mau pergi, aku juga tidak pergi.” Ashok terpaksa menurut, “ayo kita pergi.” Siamak gembira dan meminta Ashok berganti pakaian dulu. Ashok heran, ‘ganti pakaian? Kenapa? Orang tidak akan berubah dengan mengganti pakaiannya.” Siamak menjawab, “kalau kau yakin bahwa kau tidak akan berubah, maka gantilah pakaianmu.” Ashok berkata, “ayo…”
Seorang wanita bercadar yang mengendarai kuda memasuki gerbang istana. para prajurit segera menghampirinya. Wanita itu sangat gesit, begitu dia turun dari kuda, dia segera berlari memasuki aula kerajaan. Semakin banyak prajurit mengejarnya. Dia terus berlari hingga tiba di depan Bindu. Prajurit mengepungnya. Khorasan sambil menghunus pedang bertanya, “siapa kau?” Wanita itu meletakan pedangnya di lantai lalu berkata, “aku pejuang magadha, aku datang untuk memperingatkanmu..” lalu dengan gerakan yang cepat dia membuka jubahnya, lalu cadarnya. Begitu cadarnya terlepas, dengan kecepatan yang mengagumkan dia mengambil belati dan menghunusnya di leher Justin. Semua terkejut. Helena terlihat panik. Dia berkata pada Justin, “jika kakakku Agnisika menangis setelah menjadi istrimu, akuu akan mengambil nyawamu.” Agnisika tersenyum. Dan semua yang hadirpun tersenyum lega. Kecuali Noor. Justinpun tersenyum. Rajajiraj memperkenalkan wanita bercadar itu sebagai putrinya, “yang mulia, ini anakku, Ahenkara.” Sushim terpesona melihat Ahenkara. Ahenkara meminta maaf pada Samrat dan berkata kalau dia hanya menunjukan kasih sayangnya pada kakaknya. Helena dengan tajam berkata, “kami terkejut, melihatmu membobol keamanan dan memasuki aula dengan cara seperti ini…” Khorasan mengangkat wajahnya dengan tersinggung. Suasana menjadi sedikit tegang. Bindu tersenyum ramah untuk meredahkan ketegangan. Ahenkara balas tersenyum. Agnisika mendekati Ahenkara, “Ahenkara, kenapa kau datang kesini?” Ahenkara menjawab kalau dirinya datang untuk menghadiri pernikahan kakaknya. Agnisika tersenyum. Semua orang kembali ke tempat duduknya masing-masing. Begitu pula Ahenkara, tapi Sushim menghentikannya dan berkata kalau dia akan membantu menunjukan kamarnya di istana. Bindu memperkenalkan Sushim pada Ahenkara. Ahenkara menatap Sushim dan mengatakan kalau hanya orang yang tersesat yang butuh bantuannya, sedangkan dia tidak butuh. Setelah berkata begitu, Ahenkarapun pergi di iringi tatapan Sushim. Sushim berkata pada temannya kalau dia sangat menyukai sikap Ahenkara.
Helena menegur Justin, menyuruhnya bicara pada Agnisika, “aku tahu kau tidak ingin menikah tapi aku melakukan semua ini demi dirimu. Jangan melakukan kesalahan, bicaralah pada Agnisika. Semua orang harus berpikir kalau kalian di jodohkan oleh dewa, bukan oleh kami.”
Siamak dan Ashok memasuki gerbang istana. Ashok sudah berganti baju dan sudah pula berdandan hingga terlihat tampan. Dia memakai baju bangsawan seperti yang dikenakan Siamak. Tapi dia terlihat kesulitan, Pada Siamak Ashok mengeluh, “aku tidak kesulitan memakai baju bangsawans eperti ini.” Siamak bertanya, “kau tidak menyukai bajuku?” Ashok dengan cepat menjawab, “bukan..aku menyukainya..” Keduanya kemudian berjalan memasuki aula. Dharma melihat Ashok dari belakang, dan bertanya-tanya dalam hati dengan ragu, “aku merasa itu adalah Ashok, tapi bagaimana dia bisa memakai baju bangsawan?”
Justin duduk berdampingan dengan Agnisika. Di amencoba untuk membuka pembicaraan dengan bertanya apa hobby agni. Agni menjawab kalau hobbynya menari. Justin berkat akalau Asgni pasti terlihat cantik saat menari. Noor yang mendengar pujian Justin pada Agni menjadi geram. Dia menatap Justin dnegan alis terangkat menahan matah. Justin menjadi salah tingkah. Tidak tahan melihat keakraban Justin dan Agnisika, Noor segera beranjak pergi. Dia berpapasan dengan Siamak dan Ashok. Siamak menyapanya, “ma..! Ini temanku, Ashok.” Ashok tersenyum. Noor menatap Ashok dengan tatapa tidak suka, “Ashok? memakai pakaian ini?” Siamak sambil tersenyum senang memberitahu Noor kalau dia memberikan baju itu pada Ashok, “…dia tampan seperti pangeran kan?” Noor dengan tajam berkata, ‘tapi nanti dia malah berpikir kalau dirinya pangeran…” Ashok terlihat sedih. Siamak memberitahu Noor kalau Ashok adalah temannya. Noor menegur Siamak dengan keras, “Siamak, ….. anak bangsawan boleh merasa kasihan pada orang miskin tapi tidak bisa berteman dengan mereka…” Siamak hendak membantah kata-kata ibunya, tapi Ashok menyentuh bahu siamak lembut, “tidak teman, jangan berdebat dengan ibumu. Yang di katakan ibu menyakitkan, tapi ada cinta di baliknya. Anda beruntung karena punya seseorang yang peduli padamu.” lalu pada Noor Ashok berkata kalau dirinya akan mengingat apa yang di katakannya. Lalu dengan wajah terluka dia meninggalkan aula…. Sinopsis Ashoka Samrat 48 by Jonathan bay.