Sinopsis Ashoka Samrat episode 102 by Sally Diandra. Istana mulai terbakar pada bagian atapnya, nyala api yang merah membara membuat semua orang panik dan histeris, namun tidak bagi Agni yang saat itu tidak sengaja bertemu dengan Noor yang sedang pingsan bersandar di dinding, Agni menatap Noor dengan perasaan yang bercampur aduk antara marah, cemburu dan benci “Justin adalah milikku ! Justin adalah milikku !” Agni berteriak sambil hendak menghunuskan belati yang dibawanya itu ke arah Noor, namun tiba tiba Noor sadar dan dengan sigap langsung menghindar dari amukan Agni “Aku tidak ingin mengotori tanganku dengan darahmu akan tetapi kamu tidak memberikan pilihan lain untukku !” Noor terperangah begitu mengetahui kalau Agni ingin membunuhnya, tak ayal kemudian kedua perempuan tersebut bertarung satu sama lain, hingga akhirnya Noor bisa mengalahkan Agni, Agni tersungkur jatuh ke lantai.
Sementara itu di tempat Ashoka, saat itu Ashoka masih di acungi pedang oleh salah satu prajurit Helena “Sekarang, kamu telah tertangkap !” Ashoka mencoba mencari jalan keluar dari cengkraman prajurit “Jika pintu gerbang ruang bawah tanah itu tertutup maka aku tidak akan bisa menemukan musuh yang sebenarnya dan kami semua juga akan terjebak disini selamanya” bathinnya dalam hati sambil melihat lihat ke sekeliling ruangan dan tanpa menunggu waktu lama, Ashoka segera menyerang prajurit tersebut dengan sigap, prajurit balik menyerang Ashoka dengan pedangnya, Ashoka melompat menghindar dari amukan prajurit kemudian mendorong tubuh prajurit itu hingga tersungkur ke bawah, Ashoka segera berlari menuju ke gudang perbekalan makanan, prajurit mengikutinya dari belakang dan berulang kali melemparkan benda benda yang ada di sana ke arah Ashoka, namun tidak berhasil mengenai Ashoka, hingga akhirnya Ashoka berhasil melumpuhkan prajurit tersebut dan segera mengambil pedang si prajurit dan berlalu dari sana.
Saat itu Raja Jiraj dan Nicator sampai di pintu masuk ruang bawah tanah, mereka berdua segera memasuki ruangan bawah tanah, prajurit segera menutup pintu masuk namun tepat pada saat itu Ashoka berhasil sampai di depan pintu ruang bawah tanah dan melihat pintu itu akan tertutup, Ashoka segera menghentikan pintu itu dengan melemparkan pedang yang dibawanya tadi, pedang itu pun mampu menahan pintu rahasia “Kamu itu penghianat !” prajurit yang menutup pintu utama ruang bawah tanah kaget ketika Ashoka muncul disana “Kamu tidak akan bisa menang melawan Magadha !” Ashoka geram “Pertama, ini adalah kemenangan kami lalu apa yang akan kamu katakan tentang ini ?” dari arah belakang Ashoka melihat beberapa prajurit yang lain datang menghampirinya, mereka segera menyerang Ashoka dan tepat pada saat itu Subaho dan Vasu juga datang kesana membantu Ashoka melumpuhkan prajurit tersebut, para prajurit lari tunggang langgang “Aku akan membawa semua orang ke sini, kalian berdua menunggu disini saja” Subaho dan Vasu langsung menganggukkan kepalanya begitu keadaan sudah aman “Tapi bagaimana caranya kamu mengingat jalan kesini lagi ?” ucapan Vasu membuat Ashoka tersadar, Ashoka segera mengiris telapak tangannya dengan pedangnya seraya berkata “Darahku akan menuntun langkahku kesini” bergegas Ashoka segera pergi meninggalkan teman temannya itu dan mencari keluarga Bindusara
Di tempat yang lain, Helena berhasil menemukan Justin “Mengapa dia tidak mengerti prioritas terpenting dalam hidupnya ? Ribuan Noor bisa datang dalam kehidupannya” Helena merasa geram dengan kelakuan anak semata wayangnya, saat itu Justin memasuki ruang utama pesta dan melihat ada salah seorang prajurit sedang menyandera Drupata dengan pedang di leher anak itu “Lepaskan pangeran Drupata ! Dia itu hanya anak anak!” ujar Justin lantang, dari kejauhan Helena melihat semua ini “Aku telah merencanakan semuanya untuk membunuh mereka semua dan Justin menyelamatkan mereka, dia itu bodoh !” Helena semakin marah “Lepaskan Drupata ! Lepaskan anakku !” Subhrasi mulai berteriak “Jika kamu melepaskan pangeran Drupata, maka aku pastikan padamu kalau kamu tidak akan mendapatkan hukuman, kami akan membebaskan kamu” prajurit itu tidak bergeming “Kami tidak membutuhkan kebebasan ! Kami ingin menghabisi dinasti Maurya !” saat itu Bindusara mulai bersiap siap hendak menyerang prajurit itu dari arah belakang dan ketika prajurit hendak membunuh Drupata, Bindusara segera menyerangnya dari arah belakang, prajurit itupun mati seketika itu juga sementara Justin dan Aakramak mulai bertarung dengan prajurit musuh yang lain
“Sebelum kalian mencoba menghabisi dinasti Maurya, pertama kali lihat dulu kekuatan mereka, kamu menginginkan Samrat Magadha ?” Bindusara murka dan membunuh para prajurit yang menyerangnya “Kamu telah mencoba untuk membunuh keluargaku, coba saja membunuh keluarga kerajaan ! Kamu akan mendapatkan kematian, tergantung padamu sekarang, kematian yang seperti apa yang kamu inginkan ?” para prajurit mulai ketakutan dengan amarah Bindusara dan mereka segera melakukan aksi bunuh diri dengan pedang mereka sendiri, bergegas Bindusara memeluk Drupata, Subhrasi mendekat, Bindusara memeluknya juga, Siamak juga mendatanginya, Bindusara juga memeluk Siamak. Istana mulai terbakar separuh, Helena segera mendekati Justin “Justin, jika kamu tidak pergi maka aku juga tidak akan pergi !” Justin sangat terkejut
Di ruangan lain, Noor dan Agni masih bertarung satu sama lain “Justin hanya milikku saja ! Aku bukan saja kekasihnya tapi juga ibu dari anaknya dan Justin sangat mencintai anaknya, Siamak !” ucapan Noor yang penuh dengan nada marah membuat Agni shock dan terkejut, dengan mudah Noor bisa mendorong Agni hingga jatuh terjerembab di lantai, tepat pada saat itu pilar yang terbakar jatuh dan menindih tubuh Agni, Agni meronta ronta minta tolong namun tidak di gubris oleh Noor, Agni pun hangus terbakar.
Sementara itu di kamar Chanakya “Chanakya, kita seharusnya segera pergi dari istana ini, kita tidak tahu sampai kapan Ashoka akan kembali” Radhagupta mulai cemas namun tepat pada saat itu Ashoka berhasil mencapai tempat mereka seraya berkata “Aku telah menemukan jalan keluar dari istana ini” semua orang sangat senang mendengarnya “Aku telah menandainya dengan ceceran darahku, kalian bisa mengikutinya” Dharma langsung menyobek bajunya sendiri dan mengikat luka di tangan Ashoka “Kalian lebih baik segera pergi dari istana ini, aku akan membawa Samrat Bindusara dan keluarganya” Dharma terharu melihat keberanian anaknya “Ibu akan menunggu kamu di gerbang luar, nak” Ashoka menganggukkan kepalanya “Aku pasti akan datang, ibu” Chanakya yang masih terduduk dengan wajahnya yang lemah menatap Ashoka bangga seraya berkata “Ashoka, pergilah ke tempat Samrat Bindusara, istana ini bisa runtuh kapan saja” Ashoka langsung meninggalkan mereka
Saat itu Helena sedang mengajak Justin untuk keluar dari istana tersebut, dari kejauhan Helena melihat Ashoka yang sedang berlari “Ini berarti Ashoka telah tahu tentang rencana kami, mengapa dia aku undang kesini” bathin Helena kesal, sementara itu Justin bertemu dengan Noor sedang berdiri di koridor tengah, Justin segera menghampirinya dan memeluknya erat seraya berkata “Aku tidak akan membiarkan apapun yang terjadi padamu” Helena tertegun melihat kemesraan anaknya dengan permaisuri raja, Justin segera mengajak Noor pergi dari tempat tersebut
Di ruang utama pesta Bindu memerintahkan para prajuritnya untuk mendobrak pintu gerbang “Jangan ! Jangan Samrat” tiba tiba Khurasan mengajukan keberatannya “Jika kita mendobrak pintu gerbang itu maka seluruh istana ini akan roboh” tepat pada saat itu Ashoka berhasil menemui mereka “Samrat, aku telah menemukan jalan keluar dari istana ini !” semua orang yang berada disana menyeringai senang mendengar ucapan Ashoka, kemudian Ashoka menyuruh semua orang mengikutinya. Ketika mereka hendak menuju pintu keluar yang di maksud Ashoka, di koridor tengah mereka bertemu dengan Helena yang sedang termangu diam disana “Ibuu !” tanpa ada rasa curiga sedikitpun Bindusara segera mengajak ibu tirinya itu untuk ikut dengannya. Sementara Charumitra menemukan Sushima dan segera mengajaknya keluar dari tempat itu “Tapi sebentar, ibu ,,, dimana Ahenkara ?” saat itu Ahenkara sedang bersembunyi di balik pilar di depan Sushima, Sushima melihatnya dan berkata “Aku tidak akan membiarkan apapun yang terjadi padamu, ayoo ikutlah denganku !” Sushima mengandeng Ahenkara dan Charumitra menuju ke pintu yang di tuju oleh Ashoka
Di dalam ruangan bawah tanah, prajurit yang menutup pintu ruang bawah tanah segera memberitahu Nicator “Yang Mulia, keluarga kerajaan telah tahu tentang konspirasi kalian” tanpa pikir panjang Nicator segera mengambil belati dan membunuh si prajurit seketika itu juga, kemudian Nicator menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat dadanya dengan belati yang dibawanya tadi, Raja Jiraj terkejut melihat perbuatan Nicator dan berkata “Kamu telah menghianati aku dan ini adalah awal dari permusuhan kita !” Nicator tidak peduli, dia segera lari masuk ke dalam ruang bawah tanah, sementara Raja Jiraj berlari kearah yang lain
Akhirnya Ashoka berhasil membawa keluarga kerajaan dan semua orang yang tersisa ke pintu gerbang rahasia menuju ke ruang bawah tanah, saat itu pedang yang menahan pintu sudah tidak kuat bertahan disana, Ashoka segera mengambil pedang tersebut dan memegangi pintu rahasia itu seorang diri, semua orang memperhatikannya, satu per satu mereka masuk ke dalam ruang bawah tanah, Siamak segera membantu Ashoka memegangi pintu rahasia itu, tak lama kemudian Sushima juga ikutan memegangi pintu itu, Bindusara merasa bangga melihat mereka bertiga, pintu rahasia itu diangkat oleh mereka bertiga ke atas dan mereka menahannya, Ahenkara juga ingin membantu memegangi pintu “Tidak usah putri Ahenkara !” Sushima melarang Ahenkara “Masuklah ke dalam segera ! Cepat !” Ahenkara menurut, akhirnya semua orang berhasil masuk ke dalam pintu rahasia tersebut termasuk Bindusara, Bindusara dan Aakramak juga membantu memegangi pintu itu dari dalam sehingga Ashoka, Sushima dan Siamak bisa masuk ke dalam ruang bawah tanah dan pintu itupun tertutup. Semua orang berjalan di sepanjang lorong ruang bawah tanah yang gelap menuju pintu keluar.
Sementara itu Chanakya, Radhagupta dan Dharma sudah berada di luar istana yang terbakar, mereka bertiga telah selamat “Kita tidak bisa menunggu lagi sekarang” ujar Chanakya lemah “Bagaimana dengan perlindungan terhadap keluarga kerajaan ?” Radhagupta merasa cemas dengan nasib mereka “Aku percaya sama Ashoka, dia pasti akan menyelematkan mereka semua” Dharma terlihat sedih “Aku tidak akan pergi dari sini tanpa anakku, Ashoka”, “Tapi Khurasan bisa melihat kamu disini, jadi lebih baik kita pergi dari sini” Radhagupta kembali memapah Chanakya berjalan, Dharma mengikuti mereka
Semua orang masih berjalan di sepanjang lorong ruang bawah tanah tersebut, Ashoka memandu mereka hingga sampai di pintu keluar, tiba tiba Ashoka berhenti dan berbalik masuk ke dalam “Ashoka, kamu mau kemana ? Ayoo kita keluar !” Ashoka tidak menggubris ucapan Vasu “Aku hanya merasa sepertinya ada seseorang yang tertinggal di dalam istana”, “Semua orang sudah keluar, istana ini sebentar lagi akan roboh, ayook ita pergi !” Vasu mengajak Ashoka keluar “Tidak ! Kalian pergilah dulu, aku akan menyusul !” akhirnya Vasu dan Subaho meninggalkan Ashoka sendirian disana
Di luar istana, Helena melihat ayahnya sudah ada di sana, dadanya terluka “Ayah, kenapa dada ayah terluka ? Justin tolong kakekmu ini !” awalnya Justin tidak mau menolong Nicator namun tak lama kemudian Justin mau menolongnya dan membawanya pergi dari tempat itu. Saat itu Ashoka kembali masuk ke dalam ruang bawah tanah “Apakah masih ada orang yang tertinggal ?” Ashoka berteriak memanggil manggil siapa tahu ada orang yang menyahut dari dalam, namun tidak ada jawaban tiba tiba Ashoka melihat mahkota Bindusara tergeletak di tanah, Ashoka terkejut ketika melihat Bindusara tergeletak pingsan di tanah “Samrat, bangun, Samrat !” Ashoka berusaha membangunkan Bindusara yang tidak sadarkan diri karena kekurangan oksigen, ruang bawah tanah itu sudah mulai di penuhi oleh asap, Ashoka menangis melihat keadaan Bindusara seraya berkata “Aku selalu membenci ayahku sendiri tapi aku telah menyayangi kamu sebagai ayahku dan sekarang kamu juga pergi meninggalkan aku” … Sinopsis Ashoka Samrat episode 103 by Sally Diandra.