Sinopsis Ashoka Samrat episode 24 by Jonathan Bay. Helena memberikan sekantong koin pada prajurit yang telah berhasil membunuh Dharma. Dengan wajah berseri-seri dia berkata, “rencanaku telah sukses. Ashok tidak akan mampu menangung berita kematian ibunya. Dia tidak akan lagi berada dalam kendali Chanakya. Lalu aku akan memberitahu Bindu kalau Chanakya punya rencana untuk menjadikan Ashok sebagai samrat baru. Bindu akan patah hati, dan sangat mudah memenangkan hati seorang raja yang sedang merana..” Helena menyerigai puas dengan rencana yang di susunnya.
Ashok dan Siamak berjalan berdua. Pada siamak Ashok mengucapkan terima kasih, “kau selalu membantuku. Tanpamu, aku pasti tersesat di sini.” Siamak sambil tersenyum menyahut, “kita berteman, jangan berterima kasih padaku.” Siamak bertanya kenapa Ashok mau menjadi sukarelawan dalam pertarungan kalau dia tidak tahu cara bertarung? Ashok berkata kalau dia ingin menempatkan diri di berbagai situasi. Tiba-tiba muncul Sushim dan menantang ashok bertarung kalau Ashok punya keberanian. Siamak menegur Sushim, “tidak baik menatang orang seperti itu, kak Sushim. Sama sekali tidak cocok dengan kepribadianmu.” Lalu Siamak mengajak Ashok pergi dari tempat itu. “ayo Ashok, kita hampir terlambat.” Ashok mengikuti langkah siamak. Tapi sebelum pergi, ashok sempat melirik Sushim dengan tatapan tajam. Sushim membalas lirikan Ashok dengan tak kalah garangnya.
Ashok berkeliaran di sekolah. Dia melihat Mandir, dia singgah disana dan berdoa. Sambil menyatukan tangan di dada, Ashok berkata, “aku tidak tahu mengapa sesuatu terjadi dalam hidup. Tapi aku percaya bahwa apapun yang terjadi padaku adalah ajaib. Aku tidak pernah terpikir akan belajar di sini dan mendapat penghormatan dari Samrat. Kita tidak mampu melihat masa depan, tetapi ini benar, apapun yang terjadi, terjadi karena kebaikan. Hidupku sangat baik karena aku memiliki restu dari ibuku. Aku berharap bisa bertemu ibu sehingga aku bisa memberitahunya tentang hari pertamaku di sekolah. Maafkan aku dewa, kerana menyalahgunakan berkahmu, tapi sekarang aku akan mengikuti jalanmu. Aku tidak percaya pada nasibku.” Chanakya datang ke mandir dan berdiri diam-diam di belakang ashok. Ashok tidak menyadarinya, dia terus berbicara, “..aku bahkan mulai merasa kalau achari Chanakya juga menginginkan kebaikanku. Dia memang melakukan banyak hal buruk padaku, tapi dia juga berjuang untukku beberapa kali. Aku seperti ingin minta maaf padanya, tapi nanti dia mengira samrat vanraj membungkuk padanya. Aku menentang ibuku agar bisa sampai ke sini. Maka berilah aku kekuatan untuk mengikuti jalan yang benar. Aku melakukan semua ini untuk melindungi ibuku. Aku ingin dia beristirahat dan aku yang bekerja untuknya. Aku tidak ingin menjadi bebannya. ” Ashok kemudian memberi hormat pada patung dewa dan membalikan badan. Dia melihat Chanakya dan menyapanya dengan ramah, “Achari..anda?” Ashok bicara banyak, Chanakya hanya mendengarkan dengan mata berkaca-kaca menahan sedih dan haru. Ashok menanyakan kapan ibunya dan bindu kembali dari berburu, “aku sangat merindukannya. Anda tahu kan betapa aku sangat mencintainya. Aku hanya ingin memeluknya sekali lagi dan katakan padanya agar tidak marah padaku lagi.” Chanakya mendengarkan kata-kata Ashok dengan mata berkaca-kaca menahan sedih dan haru. Dia meletakkan tangan di kepala Ashok untuk memberkatinya. Lalu dia menyembah patung dewa sambil memohon dalam hati, “dewa, aku tidak punya keberanian untuk memberitahu seorang anak bahwa ibunya telah mati. Aku tidak punya keberanian memberitahu Ashok bahwa aku tak bisa melindungi ibunya, beri aku kekuatan dewa.” Lalu sekali lagi dia menyentuh kepala Ashok dan menepuk pundaknya. Ashok dengan nada bercanda bertanya, “kenapa achari? kenapa memberiku begitu banyak cinta? Pasti ada alasan di balik semua ini. Apakah anda berencana memisahkan aku dari ibuku lagi?” Chanakya dengan berat hati memberitahu ashok kalau ibunya tidak akan pernah kembali. Ashok kaget, “apa?’ Chanakya sambil menahan aiarmata berkata, “ibumu meninggal.” Ashok terpana tak percaya. Dia tertegun lama. Chanakya teringat bagaimana dia berjanji kalau ashok mengikuti aturannya, dia akan melindungi ibunya. Ashok dengan perasaan tak percaya bertanya, “mengapa? mengapa anda bohong padaku? Di depan mandir?” Chanakya mengatakan kalau itu benar. Ashok berteriak, “tidak! Tidak achari! Anda berbohong padaku sebelum ini. Aku tidak bisa mentolerir ini sekarang. Aku tidak mempercayai anda. aku menghormati anda, tapi sekarang tidak lagi. Aku tidak tahu kenapa anda melakukan ini, tapi anda tidak melakukan hal yang benar.” Chanakya dengan penuh rasa bersalah berkata, “aku tahu sulit bagimu mempercayainya. Tapi ini benar.” Ashok kembali berteriak, “tidaaakk! Ibuku masih hidup. Tak boleh terjadi apa-apa pada ibuku. Selama aku masih hidup tidak boleh terjadi apa-apa padanya. Dia masih hidup! Anda dengar itu? Ibuku masih hidup!” lalu sambil menangis Ashok berlari meninggalkan Chanakya.
Justin dan Helena sedang merayakan kesuksesan rencananya dengan bersulang. Setelah meneguk minumannya, Justin dengan rasa bersalah meminta maaf pada Helena, “maafkan aku ma, karena telah berlaku tidak sopan padamu hari itu.” Helena menyentuh tangan Justin penuh kasih sayang, “percayalah padaku, sampai aku tidak membuat masa depanmu aman, aku tidak akan pergi dari dunia ini.” Justin terpana, “apa?” Belum sempat Helena menyahut, prajurit datang memenuhi panggilan Helena. Helena memberikan surat padanya, menyuruh dia mengirim surat itu pada Raja Ujjain. Pada Justin Helena berkata kalau mereka butuh bantuan raja Ujjain untuk merebut tahta.
Perdana menteri mengunjungi Klinik dan menanyai para pelayan yang ada di sana tentang anak Dharma. Tapi mereka semua mengatakan tidak tahu. Perdana menteri kemudian meninggalkan Klinik, di saat yang sama Ashok datang, keduanya berpapasan tapi sama-sama tidak melihat. Ashok menghampiri para pelayan yang masih berdiri dan bertanya tentang Dharma. Pelayan itu menjawab kalau Dharma sudah mati. Ashok setengah berteriak berkata, “tidak! Tidak terjadi apa-apa padanya. Dia dan Samrat pergi beruru, sebentar lagi pasti kembali.” Dengan kesal Ashok meninggalkan klinik. Dia pergi kepasar, sambil berjalan, matanya mencari-cari sosok Dharma. Ashok terlihat cemas. Dia ingat bagaimana Dharma berkata kalau restunya akan selalu menyertai Ashok. Semua kata-kata Dharma tergiang kembali di telinga Ashok, bagaimana dia berpesan agar ashok berjalan di jalan damai kalau ingin menemukan dirinya, bagaimana Dharma berkata kalau dia lebih memilih mati daripada melihat Ashok melakukan kekerasan. Ashok dalam hati berkata, “tidak ma. tak akan terjadi apa-apa padamu. Tak akan, ma.” Seorang anak yang pernah di rawat Ashok berlari-lari memanggilnya. Ashok menoleh. Sambil menangis sedih anak itu berkata pada Ashok apakah tabib wanita yang merawat mereka sudah meningal. Ashok dengan hati teriris menjawab, “tidak, dia tidak mati. Dia banyak membantu orang. Dia banyak melakukan kebaikan, jadi bagaimana hal buruk bisa terjadi padanya? Dia sedang pergi dengan samrat. Aku akan membawanya kembali, kau jangan kuatir. Aku akan meminta dia membuatkan laddo untukmu. Kau suka laddo kan?” Anak kecil itu mengangguk. Ashok mengelus pipi anak itu dan mengusap airmatanya. Lalu dengan airmata sendiri yang tertahan di kelopak mata, Ashok berlalu dari hadapan anak itu.
Chanakya mengumpulkan prajurit dan dayang dan memberitahu mereka kalau Ashok akan mencoba meninggalkan Patliputra. Mereka harus mengawasinya dan melakukan sedaya upaya untuk menghentikannya. Mereka semua menganguk paham dan pergi menjalankan perintah chanakya. Radhagupta menemui Chanakya untuk memberitahu kalau mereka tidak menemukan apa-apa tentang Nirjara. Chanakya dengan cemas berkata kalau dirinya sangat ingin tahu tentang keadaannya. Dan meminta Radhagupta melakukan apapun untuk menemukan Nirjara, “hanya Nirjara yang bisa memberitahu tentang kejadian ini. Apakah ini kecelakaan atau di rencanakan.” Chanakya berkata kalau dirinya telah mengambil tanggung jawab Ashok dan Dharma. Sehingga kalau Ashok menanyainya, dia tahu harus menjawab apa, “temukan nirjara apapun caranya.” Radhagupta mengangguk
Ashok duduk di pedati dengan wajah sedih. Dia akan keluar dari Patliputra untuk pergi mencari Dharma. Bayangan Dharma tidak pernah hengkang dari benak Ashok. Dia ingat bagaimana Dharma memuji Ashok di depan Bindu, bagaimana Dharma selalu memanjakannya dan bagaimana dia tersenyum padanya untuk yang terakhir kali. Pedati tersandung sesuatu, Ashok tersadar dari lamunannya. Dia meminta sais pedati mempercepat laju pedatinya. Si sais berkata, kalau pedati jalannya yang memang seperti ini, dia menyuruh Ashok sabar. Dalam hati Ashok berkata, “Aku akan melakukan apapun untuk menemukan ibuku. Aku akan menemukannya apapun taruhannya.” Tiba-tiba Ashok melihat seorang wanita memakai kerudung seperi kerudung dharma. Tanpa pikir panjang, Ashok melompat dari pedati dan berlari memeluk wanita itu, “ma, kau masih hidudp. Aku sangat senang.” Wanita itu membalikan badannya kearah Ashok, Ashok tertegun…. Sinopsis Ashoka Samrat episode 25