Sinopsis Ashoka Samrat episode 30 by Jonathan bay. Charumitra menemui Justin dan melabraknya karena telah memukul Sushim, “Sushim adalah putraku. Putra maharani Charumitra. Dan kau telah memukulnya.” Justin menjawab kalau situasi saat itu memaksa dia bertindak begitu. Charu dengan emosi berkata, “sejak kapan situasi itu di mulai? Dulu kau ingin menjadi samrat ketika Bindu di kabarkan mati, meskipun faktanya hanya Sushim yang berhak atasnya. Kau dan ibumu bersiap untuk merampas tahta..” Mendengar nama ibunya di sebut, Justin ikut-ikutan emosi, “jangan kau berani bicara tentang ibuku. Sebelum menunjuk jari pada orang lain, liat dulu anakmu!” Charu berkata kalau dirinya tidak bisa mentolerir siapapun yang menghina anaknya, “dan kalau kau berani menyentuhnya sekali lagi, aku tidak akan terima. Jangan lupa, dia ahli waris tahta.” Justin mengingatkan Charu kalau Bindusara belum memutuskan siapa yang akan menjadi ahli warisnya. Charus tak menjawab, dia dengan marah meninggalkan Justin.
Ashok sedang berdiri mengantri di antara orang-orang yang ingin keluar dari Patliputra. Chanakya dan Radhagupta datang, Chanakya memanggil Ashok. Melihat Chanakya dan Radhagupta, Ashok segera bergegas menghampiri mereka sambil berkata, “jangan coba menghentikan aku, achari. Hari inipun aku akan melupakan batasanku.” Chanakya dengan tegang menyahut, “kalau kau meninggalkan Patliputra maka kau akan melintasi batas janji yang ibumu berikan padaku.” Ashok dengan kesal mencela, “anda memutar segalanya untuk kebaikan anda sendiri. Menurut anda ibu saya mati maka semua janji-janji yang di buatnya ikut mati juga. Lalu janji apa yang anda bicarakan? Aku tidak mau memainkan permainan ini lagi. Aku akan pergi dari Patliputra anda, dan jangan coba menghentikan aku!” Chanakya dengan lunak membujuk Ashok, “jangan melakukan kesalahan karena marah.” Ashok menyahut, “salahku karena mendengarkan anda, tapi sekarang tidak lagi. Simpan Patliputra untuk anda sendiri.” Ashok berjalan meninggalkan Chanakya, tapi beberapa prajurit datang menghadangnya. Ashok menjatuhkan beberapa dari mereka dan berusaha melarikan diri. Terjadi sedikit pertarungan dengan para parjurit yang bersenjata. Ashok dengan kecerdikannya berhasil membuat para prajurit kalang kabut. Tapi akhirnya dia tertangkap juga. Seorang prajurit menodongkan pedang ke leher Ashok. Dengan penuh kebencian, Ashok meminta Chanakya menyuruh prajurit agar membunuhnya kalau tidak dia akan pergi dari Patliputra. Chanakya berkata, “aku melakukan semua ini untuk kebaikanmu, tetapi kalau kau tetap ingin pergi, maka kau bebas pergi.” Chanakya menyuruh prajurit membebaskan ashok dan membiarkan dia pergi. Prajurit menurut. Ashok tanpa bicara apa-apa melangkah pergi keluar gerbang Patliputra di iringi tatapan Radhagupta dan Chanakya. Pada Chanakya radhagupta bertanya, “mengapa anda membiarkan dia pergi?” Chanakya menjawab, “untuk dapat menerima kebenaran, dia harus pergi dari sini. semakin besar rasa sedih yang di tangungnya, dia akan semakin lemah. Biarkan dia pergi.” Radhagupta dengan cemas bertanya, “akankah dia kembali?” Chanakya mendengar auman singa. Dia menatap ke atap dan melihat Singa Chandragupta mengaum keras. Chanakya menghela nafas lalu berkata, “Ashok akan kembali. Dia bisa melarikan diri dari Patliputra, tapi dia tidak bisa lari dari nasib India.”
Bindusara datang ke istal. Penjaga Gul Bhusan segera membawa kuda itu kehadapan Samrat, “samrat, ini Gul Bhusan.” Tapi Bindusara tidak tertarik pada Gul Bhusan. Matanya menatap sekeliling seperti mencari seseorang. Pada penjaga kuda dia bertanya, ” Ashok kemana?” Panjaga kuda menjawab kalau dia sudah pergi meninggalkan Patliputra untuk mencari ibunya. Bindusara dengan heran bertanya, “kenapa tidak ada yang memberitahu aku? dengan izin siapa dia pergi dari istana?” Penjaga mengatakan kalau dia dapat izin dari Chanakya. Mendengar itu, Bindu bergegas menemui Chanakya.
Pada Chanakya Bindu berkata, “achari, maafkan aku karena bicara dengan nada tinggi, kenapa anda tidak menghentikan Ashok?” Chanakya berkata kalau tidak baik menahannya, “dia sedang menderita, dia akan semakin menderita di Patliputra. Jadi kupikir kalau dia pergi dari sini, dia akan mendapatkan sedikit kedamaian dan akan menerima kebenaran.” Bindu dengan nada sedih menyahut, “aku tahu bagaimana rasanya ketika orang yang kau cinta pergi. Aku kehilangan ayahku, lalu cintaku Dharma. Aku tidak menceritakan tentang ini padamu sebelumnya. Tapi bertahun yang lalu ketika aku pergi berburu, aku diserang musuh dan Dharma menolongku. Aku jatuh cinta padanya, lalu menikahinya. Tak ada yang bisa mengambil tempatnya di hatiku. aku berjanji padanya, aku akan kembali dan membawanya ke Patliputra, tapi kemudian aku mengetahui kalau dia meninggal dalam sebuah kecelakaan. Aku tidak dapat melindunginya. Lalu ketika Subhadrangi menyelamatkan nyawaku 2 kali, aku juga tidak dapat melindunginya. Yang aneh, aku tidak mengenalnya tetapi aku merasa dia tahu banyak tentang aku. Dia mengerti aku dengan baik. Aku tidak bericara hal pribadi dengan orang lain, tapi dengan Subhadrangi aku bisa berbagi apapun. Satu sisi ada dia, di sisi lain Ashok. Aku selalu merasa mereka sebagai bagian dari keluargaku, meskipun dengan fakta bahwa aku tidak tahu kalau Subhadrangi adalah ibunya Ashok…. ” Bindu berkata kalau setelah memberikan agni pada jasad Subhadrangi dia merasa damai, dia juga ingin membawa Ashok keluar dari kesedihannya tapi dia juga tak berhasil menghentikannya. Chanakya mengatakan kalau Bindu memang tidak bisa menghentikannya, tapi dia bisa membawanya kembali. Bindu bertanya, “bagaimana mungkin? semua orang marah padaku karena aku memberikan agni pada jasad subhadrangi dan sekarang kalau aku pergi untuk mencari anak biasa..lalu apa yang akan di katakan orang-orang?” Chanakya berkata kalau raja seperti bapak negara, “jika raja keluar untuk mencari anaknya lalau bagaimana ini di katakan melampaui batas? Anda sudah berjanji pada Subhadrangi bahwa anda akan menjaga anaknya dan sekarang menjadi kewajiban anda untuk memenuhi janji itu. Lalu kenapa berpikir terlalu banyak?” Bindu berkata kalau dirinya hanya ingin tahu apakah Ashok selamat atau tidak. Lalu dia pergi meninggalkan Chanakya yang menatap kepergiannya dengan penuh pengharapan.
Bindu menemui Helena di kamarnya. Melihat wajah murung Bindusara, Helena bertanya, “samrat kau terlihat khawatir.” Bindu mengatakan kalau dirinya tidak bisa menyembunyikan apapun dari Helena, “aku merasa tidak punya alasan untuk bahagia dan aku layak mendapatkannya.” Helena menenangkan, “jangan berpikir seperti ini. Banyak insiden terjadi dalam hidup ini. Anda adalah samrat.” Bindu menjawab, “ya, aku samrat. Tapi ketika Samrat gagal memenuhi tugasnya maka dia akan merasa sedih.” Helena mengatakan kalau yang bindu bicarakan adalah Subhadrangi, Samrat harus ingat kalau orang akan mati, “kematian harus terjadi pada semua orang. Tidak ada yang bisa menghentikannya.” Bindu berkata kalau dirinya tak mampu menerima kematiannya, “aku merasa ingin pergi dari sini. “Helena memberkati Bindusara. Bindu memuji Helena, karena setiap kali dia bicara padanya, hatinya merasa damai. Helena secara diplomatis menjawab kalau itu hal yang membanggakan untuk seorang ibu.
Helena datang menemui Charumitra dan berkata kalau charu telah membuat dirinya kecewa, “ku pikir kau sedang mengkhawatirkan masa depan Magadha, tetapi kau bahkan tidak melakukan apa-apa untuk membuat anakmu menjadi samrat berikutnya.” Charu berkata kalau dirinya tahu Helena selalu ingin menjadikan Justin Samrat, “anda telah mencobanya sekali. Anda membuat rencana untuk menjadikan Justin raja padahal itu hak Sushim.” Helena berkata kalaua dia ingat semuanya, “tapi sekarang semua sudah berubah. Sushim masih kecil waktu itu dan untuk menghentikan kerusuhan di Magadha, aku harus mengangkat Justin sebagai raja. Tapi sekarang kita bisa memecahkan masalah dengan mudah. Saatnya sudah tiba untuk mengambil keputusan. Bindu kondisinya sangat lemah. Kau bisa memanipulasinya. Bindu menderita karena Subhadrangi dan Ashok. Jika kau bisa membuat anakmu berada dalam pandangannya, maka dia akan mengumumkan dia sebagai ahli waris.” Charu memberitahu Helena kalau Noor juga sedang bersiap untuk menjadikan anaknya sebagai samrat berikutnya. Helena berkata kalau Sushim lebih tua dari siamak, maka dia yang seharusnya menjadi samrat, “semua tergantung bagaimana caramu untuk mengambil segalanya menguntungkan bagi pihakmu.” Charumitra memikirkan perkataan Helena.
Helena mendatangi Justin dan memberitahu anaknya kalau dirinya baru saja menghasut Charumitra. Kini keduanya, Noor dan Charu akan memulai perang dingin yang pada prosesnya akan menyita perhatian mereka dari dirinya, “dan sementara itu, kita akan menyusun rencana dengan raja Ujain.” … Sinopsis Ashoka Samrat episode 31 by Jonathan bay