Sinopsis Ashoka Samrat episode 35 by Jonathan Bay. Justin menemui Noor di kamarnya. Noor bertanya, “apakah kau aka pergi ke suatu tempat?” Justin mengangguk, “aku punya beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan. Aku akan kembali dalam 2 – 3 hari.” Noor mengeluh, “samrat tidak ada di sini dan kau juga akan pergi. Aku takut. Pembunuhan terjadi di istana. Jangan peri, Justin!” Justin berbjanji akan memperketan penjagaan untuk Noor. Nor berkata kalau dirinya tidak tahu apa-apa, dia melarang Justin peri, “di satu sisi kau pernah bilang akan memberikan hidupmu untukku, tapi di sisi lain, kau akan meninggalkan aku seorang diri seperti ini.” Terdengar ketukan di pintu, Keduanya bergegas berdiri, Noor membuka pintu, dan Justi bersembunyi di baliknya. Seorang penjaga mengulurkan surat dari Khorasan pada Noor. Noor menyuruh prajurit itu pergi dan segera menutup pintu kamarnya lagi. Tanpa membuang waktu dia membaca surat yang di kirim Khorasan. Noor terlihat geram. Justin bertanya, ‘apa yang tertulis di situ?” Dengan kesal Noor memberitahu Justin kalau Samrat Bindusara dengan Ashok, “dia tidak punya waktu untuk anak-anaknya, tapi menghabiskannya bersama Ashok. DIa menyebut Ashok, anaknya. Entah sihir apa yang telah di lakukan Ashok padanya.” Justin menyentuh pundak Noor dari belakang dan berbisik, “kau telah menyihirku.” Noor denga cepat menoleh, “lalau kenapa kau pergi?” Justin dengan mesar berkata kalau apapun aka dia lakukan untuk Noor. Noor segera memeluknya. Justin balas membelai rambutnya dengan tatapan menerawan jauh.
Chanakya dan pasukannya menyusuri jalan menuju sungai. Suasanan sangat lenggang. Sepi dan tidak ada perpihonan besar. Chanakya melihat jejak kaki di tanah becek, radhagupta pun melihatnya. Tapak kaki itu kalau di lihat dari ukrannya adalaha tapak kaki perempuan. Seorang prajurit tergopoh-gopoh melapor pada Chanakya dan menunjukan sobekan kain yang di pegangnya. radhagupta berteriak antusia, “itu kain Nirjara.” Chanakya berkata kalau mereka berada di jalur yang benar. Dia lalu memerintahkan prajurit menyebar ke segala penjuru untuk menemukan Nirjara.
Helena mengayunkan pedangnya kearah Samrat Bindusara yang berdiri di hadapannya. Dia menusuk perut Bindu dengan kejam. Drah muncrat mengotori wajah Helena. Bindu terbungkuk kesakitan, dia menatap Helena dengan rasa penasaran sebelum akhirnya dia tersungkur ke lantai. Melihat Bindu terkapar, Helena tertawa terbahak-bahak karena senang. Ketika Justin datang menemuinya, dia masih tertawa-tawa sambil menatap pedang di tanganya. Tapi tidak ada darah yang mengotori wajahnya. Justin tertegun, dia menyapa Helena, “matera, ada apa?” Helena tersadar, ternyata dia hanya berkhayal. Tawanya helena langsung terhenti. Dengan kecewa dia berkata, “seseorang harus melihat mimpinya setiap hari untuk mencapainya.” Helena berbalik dan menatap Justin, “kau belum juga pergi?” Justin memberitahu Helena dirinya mendapat tahu kalau saat ini samrat ada di desa vann bersama Ashok. Helena terkejut, “benarkah itu?” Justin menjawab kalau Khorasan mengirim surat pada Noor. Helena dengan heran bertanya, “bagaimana kau bisa membaca surat pribadinya?” Justin terlihat gugup, “aku ..sedang berlatih dengan siamak dan mendapat tahu tentang isi surat itu.” Helena berkata kalau kini saat yang tepat untuk memainkan permainan mereka, “aku tahu apa yang harus kulakukan untuk membawa Bindusara pulang ke istana secepatnya.
Dia kamarnya, Charumitra memarahi pelayan karena tidak bisa menemukan boneka sihir yang di pegang pelayan Subhrasi saat jatuh. Para pelayan itu menyakinkan Charu kalau mereka sudah mencari kemana-mana tapi tidak ketemu juga. Helena muncul sambil menunjukan boneka hitam di tanganya, “kalian sedang mencari boneka ini?” Charu tertegun dia pura-pura tidak tahu dan bertanya, “apa itu ibunda ratu?” Helena menjawab, “ini di gunakan untuk melakukan sihir hitam. AKu menemukannya di tangan pelayan Subhrasi yang meninggal.” Charu coba megelak, “kalau begitu maka anda harus menanyai ratu Subhrasi tentang itu. Helena tesenuyum l;icik, “aku terpikiruntuk menanyaimu, karena aku melihat kau yang mendorongnya hingga jatuh keluar jendela.” ~Kilas balik memperlihatkan bagaimana Helena melihat Charumitra dan pelayannya mendorong Laksmi keluar jendela.~ Helena berkata kalau dirinya bia mengatakan tentang hal ini pada perdana menteri. Charu tak tahu harus berkata apa. Helena berkata, “kau tahu hukuman karena melakukan sihir hitam adalah hukumuan mati? Orang-orang akan berpikir kalau maharani Charumitra mengorbankan hidupnya untuk menjadikan anaknya Samrat.” Charu dengan putus asa bertanya, ‘apa yang anda inginkan?” Helena tersenyum, “aku ingin kau mendengarkan apa yang kukatakan.” Charu menahan marah.
Chanakya dan prajurit mengepung sosok misterius di tepi sungai. Tidak ada yang tahu siapa dia karena tubuhnya tertutup kain. Chankay langsung menebak kalau orang itu adalah Nirjara, “Nirjara, permainanmu sudah berakhir. Sebaiknya kau menyerah.” Sosok itu membalikan badan menghadap chanakya dan membuang kain yang menutupi tubuhnya, bukan Nirjara, tapi Dharma. Chanakya terbelalak tak percaya melihat Dharma berdiri di hadapannya dan masih hidup. Radhagupta dan semua prajurit pun menunjukan ekspresi yang sama.
Helena berkata pada Charu, “kalau kau ingin aku tutup mulut, maka kirimlah Sushim untuk menjemput samrat ke desa vann.” Charu berkata kalau siapapun bisa membawa Bindusara kembali. Helena memberitahu Charu kalau Samrat pergi untuk membawa Ashok kembali. Charu dengan heran bertanya, “kenapa dia melakukan itu?” Helena mengatakan kalau Bindu menyembunyikan hal itu dari semua orang, “tidak ada yang tahu mengapa dia tidak memberitahu siapapun kalau hendak membawa Ashok kembali. Sekarang kita yang harus melakukan sesuatu agar Ashok tidak kembali bersama Bindu. Dan hanya Sushim saja yang bisa melakukannya.” Charu berkata kalau Samrat tidak akan mendengarkan Sushim. Helena punya pendapat berbeda, “Sushim bisa membawakan diri di hadapan Shok. Di aharus pergi dan menyelamatkan Ashok dari bahaya untuk membuat Bondu terkesan.” Charu berpikir, “ibu ratu Helena pasti punya rencana lain karena itu memintaku mengirim Sushim untuk membawa pulang Bindu, tapi aku tak punya pilihan lain selain menuruti permintaanya.”
Chanakya dengan heran menanyai Dharma, “anda ternyata masih hidup, tetapi kenapa anda menyembunyikan diri dan tidak berpikir tentang Ashok?” Dengan kaget Dharma bertanya, “kenapa dengan Ashok?” Belum sempat Chanakya menjawab, seorang wanita muncul sambil berkata, “saya tidak tahu kalau itu anda, achari Chanakya. Kalau tau saya pasti akan membiarkan anda bertemu dewi Dharma.” Dengan tatapan menyelidik, Chanakya bertanya apda wanita itu, “siapa anda?” Dharma memberitahu Chanakya kalau wanita itu adiknya Nirjara, “aku hidup karena mereka. Ketika aku melewati hutan, sekelompok orang menyerangku…” ~Kilas balik memperlihatkan bagaimana Dharma melarikan diri dari penyerbunya. Nirjara datang padanya dan berkata kalau Chanakya menyuruhnya melindungi Dharma, “ashok tidak apa-apa. Ini aalah rencana untuk membunuh anda. Anda harus pergi dari sini. Pergilah menyembunyikan diri sampai Chanakya datang menemukan anda.” Nirjara kemudian meminta Dharma menukar dupatta dan memberikan semua perhiasannya.~ Dharma berkata kalau setelah itu dia datang ke alamat yang di berikan Nirjara, yang ternyata adalah rumah adiknya. Adik nirjara berlata kalau dirinya telah meledakan bom ketika prajurit datang kerumahnya. Chanakya berkata kalau mereka adalah prajuritnya yang sedang mencari Nirjara. Dharma bertanya, ‘apakah anda sudah menemukan Nirjara?” Chanakya teringat pada jasad yang di bakar Samrat, “nirjara mengorbankan hidupnya untuk melindugi anda. Para penyerang itu menghancurkan wajahnya. Tapi karena perhiasasn anda ada padanya, kami berpikir kalau itu adalah anda. Aku berpikir bagaimana anda bisa tidak terlindungi ketika Nirjara ada bersama anda. Aku telah meragukan Nirjara.” Chanakya kemudian meminta maaf pada adik Nirjara. Chanakya dengan takjub berkata, “anehnya, samrat juga berpikir kalau jasad itu adalah anda dan memberikan pemakanan sesuai tradisi kerajaan pada jasadnya.” Dharma bertanya, ‘apakah Ashok juga berpikir kalau aku sudah mati?” Chanakya menggeleng, “seluruh Magadha berpikir anda sudah mati, tapi Ashok tidak mempecayainya. Dia sangat sedih tapi tidak setuju anda di katakan mati. Dia bahkan tidak mau datang ke pemakaman. Dia meninggalkan patliputra untuk mencari anda.” Dharma ingin menemui Ashok, “di mana dia?” Chanakya memberitahu Dharma kalau Ashok di desa Vann, “dia aman. Ayahnya sedang pergi kesana untuk membawanya kembali ke istana.” Dharma dengan haru berkata, “aku ingin mengatakan kalau keyakinannya menang, aku masih hidup.” Chanakya mengingatkan kalau sampai Dharma muncul di hadapan Samrat, maka masalah akan muncul. Dharma berkata kalau saat ini dia hanya memikirkan Ashok saja, “bawa aku padanya, kalau tidak aku akan pergi menemuinya snediri.” Chanakya berjanji akan membawa Dharma menemui Ashok.
Ashok pergi ketepi sungai. Dia melihat Bindu sedang berusaha menangkap ikan dengan menggunakan bambu runcing. Ashok menaikan alisnya melihat cara bindu menangkap ikan. Dia kemudian menghampirinya adan berkata, ‘anda tidak akan bisa menangkap ikan dengan cara seperti itu.” Bindu menyahut, “kau berkata seakan-akan kau adalah ahlinya. Tunjukan padaku bagaimana kau menangkapnya.” Ashok dengan wajah murung melipat tanganya di dada, “maafkan aku samrat, suasana hatiku sedang tidak baik.” Ashok hendak melangkah pergi ketika Bindu mengejeknya, “kau takut?” Ashok berbalik, “apa yang aku katakan akan aku lakukan.” Bindu menyuruh Ashok menunjukannya. Ashok mengambil bambu runcing dan mengicar ikan dengan penuh perhitungan. Ketika dia menombakkan tongkatnya, seekor ikan menancap di sana. Bindu memujinya, “kau hebat!” Dia kemudian ikut mencoba. Keduanya menombakan tongkat runcing itu bersamaan kedalam air. Ashok menarik tongkatnya, satu lagi ikan tertancap di sana. tapi ketika Bindu mengangkat tongkatnya, bukan ikan yang nyangkut, tapi sandal jepit. Melihat itu keduanya kemudian tertawa geli.
Di Patliputra, Helena bertanya pada pendeta tanggal yang baik untuk karena dia ingin menikahkan Justin dengan putri dari Ujjain. Justin yang mendengar oerkataan Helena terkejut dan bertanya dengan wajah tak suka, “matera?” Helena terkejut melihat Justin, tapi dengan cepat dia tersenyum, “Justin..” Justin bertanya, “ada apa ini?” Helena memberitahu Justin kalau dia sudah mengatur pernikahannya dengan keponakan raja Ujjain. Justin dengan kesal bertanya, “kenapa anda tidak memberitahu aku terlebih dahulu? Anda menjualku untuk sebuah rencana?” Helena berkata kalau dia melkukan semua itu untuk mejadikan Justin sebagai Samrat, “bukan hanya aku, kakekmu juga setuju. Kenapa dengan pernikahan?” Jjustin mengatakan kalau dia tidak mencintai putri itu. Helena bertanya, “apakah kau mencintai orang lain? Siapa dia?” Justin menjawab, “tidak, aku tidak mencintai orang lain. Tapi aku tidak bisa menikah dengan orang yang tidak kucintai.” Helena membujuk Justin, “kau menikahinya untuk mendapatkan keuntungan. Mencintainya atau tidak, iu urusanmu. Dengan menyetujui hubungan ini, kita semakin dekat dengan tujuan kita. Kalau kau mencintai orang lain, maka korbankan dia untuk misi kita. Aku tidak mau terlibat dengan urusan pribadimu.” Setelah berkata begitu, Helena meninggalkan Justin.
Chankay dan Dharma berbincang-bincang. Dharma mengatakan kalau dia tidak tahau siapa yang menyerangnya. Chanakya dengan penuh keyakinan berkata kalau mereka akan menangkap penyerang itu secepatnya. Chanakya meminta Dharma menaiki pedati karena mereka akan segera berangkat.
Di tendanya, Khorasan sedang menulis surat. Dia meletakan surat itu di meja dan melangkah pergi. Tiba-tiba angin menerbangkan surat itu dan menjatuhkannya di kaki seorang prajurit. Prajurit itu memunggut dan membacanya. Khorasan terkejut dan menghampirinya, “kau?” Prajurit menunjukan surat itu ke depan Khorasan dan bertanya, “kenapa anda memberitahu ratu Noor akan keberadaan Samrat? Samrat punya hak untuk bertemu dengan siapa saja secara diam-diam. Jika beliau membantu seorang anak, lalu apa masalahnya?” Khorasan mengambil surat itu dan menjawab, “semua ini demi kepentingan Samrat Bindusara.” Prajurit membantah, “bukan, tapi demi kepentingan Ratu Noor.” Khorasan membentak prajurit itu, “jangan kau berani mempertanyakan aku!” Prajurit itu kemudian pergi meninggalkan Khorasan.
Radhagupta bertanya pada Chanakya siap kira0kira yang menyerang Dharma. Chanakya mencurigai Helena, “dari caranya membuat rencana menunjukan kalau pasti dia yang menyuruh orang menyerang Dewi Dharma. Dia pasti mendapat tahu kalau Ashok dan Dharma adalah ibu dan anak. Sehingga kemudian dia merencankan untuk membuat Ashok meninggalkan Patliputra. Tapi kita juga harus mencurigai semua orang. Sampai kita mendapatkan bukti siapa penyerangnya, semua akan berada dalam pengamatanku.” Radhagupta memberitahu Chanakya kalau banyak orang yang tidak suka Ashok dekat dengan Bindusara. Chanakya seperndapat, “karena itu, kalau kita ingin menjadikan Ashok sebagai Samrat, kita harus menganggi kepala pasukan yang saat ini di pegang Khorasan. Memata-matai mereka. Bisa Jadi Helena dan Khorasan adalah pelakunya.”
Adik Nirjara sedang duduk di tikar di tanah. Dharma membawakan makanann untuknya. Dia terkejut saat melihat adik Nirjara menangis. Adik Nirjara berkata kalau di tidak ingin makan. Dharma menyentuh tangan adik Nirjara, dan sambil menangis meminta maaf padanya karena Nirjara meninggal untuk menyelamatkan dirinya. Asik Nirjara berkata kalau kakaknya beruntung telah mengantikan tempat Dharma dan mendapat di makamkan dengan tradisi kerajaan. Dharma dengan haru berkata, “akan menyenangkan bagiku kalau kau mau memberikan tempat kakakmu padaku.” Dharma kemudian menyuapi adik nirjara. Adi Nirjara kemudian balas menyuapi Dharma. Kemudian keduanya saling tersenyum dengan perasaan haru.
Radha bertanya apakah Chanakya akan mempertemukan Ashok dan Dharma? Chanakya berkata kalau dirinya telah melakukan kesalahan dengan memisahkan mereka sebelumnya, “tapi aku tidak akan melakukannya lagi. AKu sudah berjanji pada dewi Dharma bahwa aku akan menunjukan kalau anaknya aman. Tapi aku tidak akan membiarkan Ashok tahu kalau ibunya masih hidup sampai aku berhasil menangkap penyerangnya.” Dharma mendengar pembicaraan ini, dia terkejut sekaligus merasa marah pada Chanakya… Sinopsis Ashoka Samrat episode 36 by Jonathan Bay