Sinopsis Ashoka Samrat episode 37 by Jonathan Bay. Khorasan melihat Dharma keluar dari rumah Ashok. Khorasan menegurnya, Dharma menoleh sambil menutupi wajahnya dengan Dupatta. Begitu melihat Khorasan, Dharma menjadi panik dan segera melarikan diri. Khorasan yang tidak melihat wajah Dharma merasa curiga dan segera mengejarnya. Dharma bersembunyi di balik semak-semak, Khorasan mencoba menemukannya.. Khorasan melihat dupatta Dharma, dia segera mencabut pedangnya dan menebas semak-semak, tapi Dharma sudah tidak ada di sana. Dengan kesal, Khorasan meninggalkan tempat itu. Ternyata Chanakya berhasil menyelamatkan Dharma yang panik tepat waktu. Keduanya menatap kepergian Khorasan. Setelah Khorasan lenyap, Dharma tak mampu lagi menahan dirinya, dia menangis tersedu-sedu di hadapan Chanaya.
Justin berjalan tergesa, Helena menyapanya, “apakah kau pikir dia mencintaimu?” Justin kaget, dengan gugup dia bertanya, “cinta? Anda membicarakan siapa?” Helena dengan wajah tidak senang mendekati Justin dan berkata kalau Noor akan menghancurkan hidup Justin untuk menjadikan Siamak Samrat. Justin meminta Helena agar tidak menuduh kalau tidak tahu kebenarannya, “anda jangan mencampuri urusan saya dengan Noor. Anda selalu bersiasat sepanjang hidup anda, karena itu anda berpikir semua orang sama seperti anda.” Helena dengan kesal bertanya, ‘aku telah bersiasat sepanjang idup, tapi untuk siapa? Untuk masa depanmu. Dan sekarang aku mendengarkan ini dari anakku? Kau mengejekku, karena itu aku harus mengakhirinya sendiri.” Helena segera berlari ke meja buah dan mengambil pisau. Dia hendak bunuh diri ketika Jusin dengan sigap menahannya, “matera, apa yang anda lakukan? Lepaskan pisau ini! Lepaskan!” Justin merebut pisau dari tangan Helena dan membuangnya. Helena menangis. Justin membantunya duduk di kursi dan dia berjongkok di depan ibunya dengan mata berkaca-kaca, “maetera, apa yang anda lakukan? Anda hidup ku…” Justin meminta Helena berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu lagi. Helena berkata kalau dia melakukan itu karena Justin meragukannya dan dia tidak sanggup menanggungnya, “impianku adalah menjadikan dirimu samrat. Biarkan mimpi ini tercapai setelah itu kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Tapi hingga saat itu, tolong percayalah padaku!”
Chanakya dengan heran menanyai Dharma, “kenapa anda berlari melihat Mir Khorasan?..” Dharma memberitahu Chanakya kalau beberapa tahun yang lalau, Mir Khorasanlah yang telah menyerang dirinya, “dia mengataka kalau samrat yang menyuruhnya untuk membunuhku. Dia tahu aku sedang hamil dan dia membakar rumahku.” Chanakya terkejut, “bisa jadi yang telah menyerang anda malam itu adalah orang suruhan dia. Dia mengejarmu. Anda tidak aman di sini. Jika dia dapat tahu kalau anda masih hidup, dia akan datang ke sini juga. Kita harus mencari tempat persembunyian yang aman untukmu.” Dharma memilih Patliputra. Chanakya dengan heran bertanya, “dewi, apa yang anda katakan ini?” Dharma mengangguk dan berkata kalau dirinya ingin pergi ke Patliputra.
Sushim dengan pasukannya pergi ke desa Vann. Di tengah jalan, pemimpin pasukan memgajak Sushim beristirahat. Sushim menolak dan berkata kalau mereka tidak akan berhenti sampai tiba di desa Vaan. Sushim berpikir, “Ashok bahkan tidka tahu apa yang akan ku lakukan padanya.”
Ashok melampiaskan ras akesalnya denganmengkampaki kayu bakar. Bindu menghampirinya dan bertanya, “kau tidak boleh kesal padaku karena marah pada ayahmu. Maafkan aku. Aku tidak akan memihak ayahmu yang telah membuat dirimu dan ibumu menderita. Kalau aku bertemu denganya, aku akan menghukumnya.” Ashok dengan marah menoleh ke arah Bindu. Bindu menganggguk untuk menunjukan kesungguhannya, ” ya Ashok. Ini janjiku!” Bindu mengulurkan tanganya. Ashok menatapnya lama, lalu dia menyambut uluran tangan Bindu. Bindu tersenyum. Lalu keduanya berpelukan.
Dharma berdiri termenung di bawah pohon. Chanakya mendekatinya, “dewi, tahukah anda Patliputra bukanlah tempat yang aman untuk anda?” Dharma dengan sedih memberitahu chanakya kalau dirinya seperi mati berhari-hari karena memikirkan Ashok, “…ini lebih buruk daripaa kematian jika aku tidak melihat Ashok. AKu ingin hidup. Dan aku hanya bisa hidup jika melihat Ashok.” Chanakya berjanji akan memberi info tentang Ashok pada Dharma tiap hari. Dharma berkata dirinya tidak ingin informasi, “aku ingin melihat Ashok.” Chanakya meengatakan kalau itu berhubungan dengan hidup Ashok juga. Dharma bertanya, “apakah dia akan aman jika jauh dariku?” Chanakya kalau segalanya butuh waktu. Dharma berkata dirinya sedang memikirkan waktu yang tepat untuk memberitahu Ashok kalau dirinya masih hidup. Chanakya balik bertanya, “kalau ashok tahu anda masih hidup apa jawaban anda kalau dia bertanya kemana saja anda sselama ini? Dia akan bertanya tubuh siapa yang dimakamkan. Kenapa dia menggunakan perhiasan anda. Semua pertanyaan ini akan membuka rahasia bahwa anda adalah istrinya yang mulia. Jika rahasia ini di ketahui orang maka anda akann punya banyak musuh. Seperti Khorasan, Helena, Charu.. Aku tidka ingin anda jauh dari Ashok, tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahu ia kalau anda masih hidup…” Chanakya memohon agar Dharma memeprcayainya dan memberinya waktu untuk berpikir bagaimana caranya mengatakan kebenaran ini pada Ashok. Tapi Dharma tetap bertekat akan pergi ke Patliputra, “aku tidak akan memberitahu Ashok kalau aku masih hidup, tapi aku ingin dia ada di depan mataku. AKu ingin melihat dia. Aku mungkin tidak bisa memeluknya tapi aku ingin berada di dekatnya. Karena itu aku ingin ke Patliputra. Sekarang pilihan ada pada anda Achari, anda membawa aku ke Patliputra atau aku harus pergi ke sana sendiri..”
Ashok sedang berlatih memanah. Bindu duduk mengawasinya. Ashok berkata, “sudah aku jelaskan sebelumnya kalau aku tidak akan pergi ke Patliputra bersama anda ataupun kembali ke sokalah. Anda menantangku, karena itu aku berlatih memanah.” Bindu mengingatkan Ashok kalau dia tidak bisa memanah sasarna. Ashok mengiyakan, “aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa memanah sasaran.” Bindu berdiri dari duduknya. Mengambil anak panah dan mengajari Ashok bagaimana cara memanah. Cara melihat sasaran dan cara memegang busur dan anak panah. Ashok terlihat antusias. Bindu menasehati Ashok agar tidak mudah kecewa dan putus asa, “teruslah mencoba, kau akan berhasil.” Dengan bantuan Bindu, Ashok melepaskan anak panah. kali ini anak panah tepat mengenai target. Ashok tersenyum senang.
Chanakya berkata pada Radhagupta kalau dirinya tidak tahu bagaimana dia akan membawa Dharmaa ke Patliputra. Radhagupta mengerti kegelisahan Chanakya, ‘jika Khorasan dan Samrat mengenalinya..entah bagaimana jadinya.” Chanakya mengakau kalau kali ini dia tidak punya cara untuk menyembunyikan Dharma. Tak jauh darinya, Dharma sedang menuangkn air minum. Chanakya mengangguk-angguk kecil.
Ashok sedang menyirami tanah agar basah. Bindu datang dan heran melihat kelakuannya. Dia bertanya, “apa yang kau lakukan Ashok?” Ashok mengatakan kalau dia membuat tanah agar basah sehingga Bindu tidak kepanasan. Bindu tersenyum haru melihat perhatian Ashok.
Bindu dan Ashok selesai mandi. Keduanya melap tubuhnya dengan handuk dengan cara yang sama persis. Cara mereka meletakan handukpun sama. Tapi keduanya tidak menyadarinya karena terpisahkan oleh pembatas. Setelah selesai menjemur handuk, mereka berpakaian rapi. Bindu dengan santai memelintir kumisnya. Ashok melihat itu. Bindu bertanya, “kenapa?” Ashok menjawab, “tidak. Akuheran saja, kenapa anada memiliki kumis?” Bindu menjelaskan kalau kumis memberi perasaan pada pria kalau mereka sudah dewasa, “tanda kalau mereka dapat mengambil tanggung jawab keluarga sekarang.” Ashok berpikir sejenak lalu berkata, “…pasti ayahku tidakpunya kumis sebab dia lari dari tanggung jawabnya dana tidak pernah berpikir jika aku hidup atau tidak.” Bindu mengelus pipi Ashok dan memintanya agar tidak mengatakan hal seperi itu lagi. Ashok mengulurkan tanganya hendak memeluk Bindu ketika Bindu membalikan badan mendengar panggilan Sushim….”ayah..”
Bindu tertawa senang melihat Sushim dan segera menghampirinya. Dia memeluk Sushim. Ashok menatapnya dengan perasaan kecewa campur sedih….Sinopsis Ashoka Samrat episode 38 by Jonathan Bay