Sinopsis Ashoka Samrat episode 39 by Jonathan Bay. Bindu meminta Ashok agar tidak melepaskan pegangannya di batu, karena dirinya akan peri untuk mencari tali. Bindu melihat ke kiri-kana mencari Sushim, “Sushim kemana?” Sushim mendengar namanya di panggil Bindu. Dia bersembunyi di belakang batu. Ashok berkata kalau Sushim mencari bantuan. Bindu segera berlari mencari tali dan bantuan. Sushim bingung, antara memberi pertolongan atau membiarkannya saja, “jika aku tidak membantu Ashok, ayah akan berpikir kalau aku yang melakukan ini pada Ashok.” Sushim kemudian memutuskan untuk mencari bala bantuan.
Bindu datang sambil membawa tali. Dia mamberi tahu Ashok kalau dirinya akan datang menjemputnya. Bindu mengikat tali pada batu besar, lalu mengikat tubuhnya. Bindu berkata, “ashok, aku akan kesitu.” Ashok melarang Bindu melakukannya, “jangan samrat, aku tidak akana menempatkan hidup anda dalam bahaya.” Bindu tidak mengubrisnya. Dia melompat dari tebing di iringi teriakan Asho, “Samrat….!” Bindu mendarat tepat di samping bawah Ashok. Bindu meminta Ashok mengulurkan tangannya. Ashok mencoba, tapi tidak sampai karena jarak mereka terlalu jauh. Bindu kemudian meminta Ashok melompat kearahnya. Ashok menggeleng takut. Bindu meminta Ashok agar percaya padanya. Dia akan menangkap tubuh Ashok. Sushim datang membawa bala bantuan, dia dengan panik memanggil Bindu, “ayahanda maharaja…!” Di bawah, Bindu masih membujuk Ashok melompat dan percaya padanya, karena dia akan menangkapnya. Akhirnya Ashok menurut. Dia meloncat kearah bindusara yang langsung menangkapnya. Bindu tertawa senang. Sushim menyuruh prajurit menarik tali ketas.
Bindu dan Ashok selamat sampai ke atas tebing. Keduanya berpelukan Sushim cemburu melihat itu. Bindu menatapnya. Dengan setengah enggan, Sushim menghampiri Bindu an memeluknya. Ashok melihat itu tersenyum tipis. Sushim melepas pelukan Bindu dan memprotes, “apa perlunya membahayakan hidup anda, ayah?” Bindu balas berkata, “kau seharusnya lebih berhati-hati. Kenapa kalian berdua pergi kesini sendirian?” Sushim tak bisa menjawab pertanyaan Bindu. Bindu masih ngomel panjang lebar. Sushim mengalihkan perhatiannya dengan memeluk Ashok dan meminta maaf padanya karena tidak membawa bala bantuan dengan cepat, “jika terjadi sesuatu, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri.”
Di Patliputra, semua ratu duduk bersama-sama. Noor bertanya pada Helena, “saya mendengar banyak perhiasan di datangkan ke istana, dalam rangka apa?” Subrasi dan Charu juga merasa ingin tahu. Helena menjawab, “Maharani Charumitra dan Ratu Noor, sangat meustahil emnyembunyikan sesuatu dari kalian. Aku yang membeli perhiasan, aku akan menunjukannya pada kalian sekarang.”
Ashok berdiri kaku dengan wajah tegang. Sushim yang berdiri tak jauh darainya menatapnya dengan was-was, “apakah Ashok mencurigaiku?” Sushim mendekati Asho, memegang bahunya dan menanyainya. Bindu datang menghapiri keduanya dan bertanya pada Ashok bagaimana dia jatuh?” Sushim yang menjawab, “karena aku. Aku yang meminta Ashok menunjukan tempat yang memiliki pemandangan indah. Dan dia….” Ashok teringat bagaimana Sushim telah mendorongnya. Dengan tegang dia menyela Sushim, “…aku terpeleset dan jatuh. Benarkah?” Bindu menegur Ashok, “Ashok, aku tidak berharap kesalahan seperti ini darimu.” Ashok menatap Sushim dengan tatapan marah, “anda benar, Samrat. Aku seharusnya berhati-hati.” Bindu menyahut kalau sampai terjadi sesuatu pada Ashok, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Ashok berkata kalaua dirinya tdiak bisa membalas kebaikan Bindu, “apa yang telah anda lakukan untuk ku sangat besar artinya. Hari ini aku sadar kalau kita tidak sama. Anda lebih tua dari saya dalam segala hal, sehingga persahabatan antara kita rasanya tidak mungkin terjadi.” Bindu menyela, “kalau bukan bersahabat lalu apa namanya?” Ashok menjawab, “aku tidak bisa menyebutnya. Tapi mulai hari ini aku memiliki kepercayaan yang kuat pada anda.” Bindu berkata kalau Ashok percaya padanya maka dia ingin Ashok ikut denganya ke Patliputra. Ashok menolak, “tidak, aku tidak akan pernah kembali ke Patliputra.”
Helena menunjukan perhiasan yang di belinya pada para ratu. Dia mengambil seuntai kalung emas yang paling bagus. Charu berpikir Helena akan memberikan kalung itu padanya. Tapi ternyata helena mendekati Noor sambil berkata, “ini untukmu.” Noor terkejut, “untuk saya?” bagus sekali.” Helena berkata kalau dia ingin memberikan kalung iru pada Noor di saat yang tepat, “tapi karen akau begitu penasaran, maka aku memberikannya sekarang. Helena kemudian membantu memasangkan kalung itu ke leher Noor sambil berkata, “setelah memakaai kalung ini, temuilah Justin. Dia sangat tergila-gila pada kecantikanmu.” Noor terkejut mengetahui kalau Helena tahu tentang perselingkuhannya dengan Justin. Setelah kalung itu terpasang, dengan suara lantang Helena berkata dengan bangga, “Bindu akan sangat suka melihat kau memakainya Noor.” Lalu Helena menyuruh ratu yang lain untuk mengambil sisa perhiasan yang tertinggal. Charu dengan kesal berkata kalau dirinya tidak mengambil barang sisa. Lalu dia pergi. Helena bertanya pada Subhrasi, “apakah kau ada masalah juga?” Noor menawarkan kalungnya pada Subhrasi. Subrasi berdiri dan berkat kalau dirinya membutuhkannya maka dia akan memintanya. Setelah berkata begitu, Subhrasi pun pergi. Helena menyerigai licik.
Justin sedang bersama Noor. Noor menuangkan anggur dan menyuruh Justin meminumnya hingga mabuk. Noor masih emnyodorkan gelas anggur pada Justin. Justin menerima gelas itu dan meneguk isinya. lalu menunjukan gelas kosong itu pada Noor. Setengah mabuk Justin berkata kalau dirinya ingin minta maaf pada Noor. Noor menyuruh Justin mengatakannya. Justin tersenyum dan mengelus lengan Noor, “aku tidak ingin berteriak padamu hari itu, tapi kau menyakiti Siamak. “Noor memancing, “kau tidak pernah berbicara seperti itu padaku, apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?” Justin mengelak dengan berkata kalau tidak ada apa-apa. Noor terus mengejarnya, ‘tapi aku merasakan itu. Ceritakan masalahmu, aku akan membantu.” Justin bertanya, “kau aka membanuku?” Noor mengangguk, “ya, Justin. Katakan, aku akan membantumu!” Justin berkata kalau dia tak suka melihat Noor menyiksa Siamak, “aku teringat pad aMatera. Dia selalu memaksa aku, menyakiti akau dengan memgatakan kalau dia melakukan semua itu demi kebaikanku. kadanag-kadang aku merasa dia tidak melakukan semua itu untuk ku, tapi untuk memenuhi impiannya sendiri. bagaimana seorang ibu bisa menyakiti anaknya?” Dengan penasaran Noor bertanya, “apa yang telah dia lakukan padamu, Justin?” Justin dengan terbata-bata menjawab kalau Helena sedang menunggu Bindu kembali, “sehingga bersama raja Ujjain, dia bisa…menetapkan…” belum selesai Justin berbicara, dia jatuh tertidur. Noor menguncang-guncang tubuh Justin, meminta dia mengatakan sesuatu. Tapi Justin sudah lelap. Noor berpikir kalau raja ujjain dan helena sedang merencanakan sesuatu, “tapi apa?”
Malam telah tiba, Ashok dengan sedih duduk di tepi sungai sambil melempar batu kedalamnya. Bindu mengawasinya. Setelah cukup lama, Bindu berkata, “pasti bagus kalau kau mau pergi ke Patliputra bersamaku. Aku merasa sedih harus meninggalkan dirimu seorang diri di sini. tapi kau pasti punya alasan kenapa tidak mau pergi bersamaku. Dan aku menghormati itu.” Bindu memberitahu Ashok kalau dia selalau menganggap Helena asebagai ibunya tapi dia masih selalu merindukan ibu kandungnya, “aku selallu merasa sedih, dan hilang keyakinan pada tuhan. Semuanya terlihat kabur. Hingga pada suatu hari, aku menemukan surat yang di tulis ayahku untukku…” Bindu menunjukan selembar surat pada Ashok…
Chanakya mempertemukan Dharma dengan Kasturi, pelayan yang bekerja di dapur istana. Chanakya memberitahu Kasturi kalau Dharma akan berkerja di dapur istana dan tak seorangpun boleh tahu tentang keberadaannya, ‘tak seorangpun bolehtahu kalau aku yang telah membawanya kesini.” kasturi mengangguk paham dan meminta Chanakya agar tiak khawatir. Chanakya memberitahu Dharma kalau tidak akan ada orang yang datang ke dapur., “hanya sedikit orang yang di perbolehkan pergi kesana. Dengan begitu anda akan aman dari mir Khorasan dan Ashoka.”
Bindu membaca surat yang di tulis Chandragupta, “ibumu wanita yang hebat. Dia telaha meninggalkan kita. tapidi manapun dia berada, dia melihat mu dan pasti akan sedih kalau melihatmu menderita. Jika dia masih hidup, dia pasti akan membuatmu bahagia. Aku berusaha keras untuk memberimu penghidupan yang baik, tapi kau juga harus berusaha. Jika kau berperilaku baik yang bisa di jadikan teladan, orang-orang akan berkata, “lihat itu putra Durdhara. kalau kau ingin punya nama maka ikuti jalan yang benar dan berbahagialah.” Ashok menangis mendengar surat yang di bacakan Bindusara. Prajurit datang memberitahu Bindu kalau mereka sudah siap untuk berangkat. Sushim mengawasi Bindu dan Ashok dari jauh dengan tatapan tidak suka. Bindu berkata pada Ashok kalau dia selalu di terima di Patliputra, “aku harus pergi sekarang.” Melihat Ashok diam, Bindu bertanya, “apakah kau tak ingin mengatakan apa-apa?” Ashok hanya diam. Bindu pergi meninggalkannya. Sushim tersenyum senang. Ashok teringat saat-saat indahnya bersama Bindusara. Dia ingat bagaimana Bindu menolongnya. Ashok kemudian tesenyum dan memangguil Bindu, “Samrat, aku akan pergi denganmu.” Sushim memasang wajah geram. Bindu tersenyum lebar sambil Ashok. Ashok ikut tersenyum…Sinopsis Ashoka Samrat episode 40 by Jonathan Bay.