Sinopsis Ashoka Samrat episode 43 by Jonathan bay. Di ruang pengdilan, Khorasan memprotes Bindu karena telah menunjuk Akramat (Navin) yang berkelakuan tidak baik sebagai guru di sekolah kerajaan. Bindu menyuruh Chanakya menjawab protes Khorasan, karena dia yang menempatkan navin di sana. Chanakya berkata, “Akramat melakukan kesalahan tapi dia sudah dihukum. Dan kita tidak boleh lupa bahwa dia seorang pejuang besar. Kita tidak seharusnya menyia-nyiakan dia. Dia berbakat dan jika dia bisa mengajar murid-murid, lalu apa masalahnya? Kalau anda pikir aku salah, maka…” Bindu menyela, “tidak achari. Aku ahu Akramat pejuang sejati dan sebagai guru dia akan mengajarkan banyak keahlian pada para siswa.” Mendengar penjelasan Bindu, Khorasan dengan rasa tak terima menatap Chanakya yang balas menatapnya.
Ashok sedang membenahi bajunya ketika Siamak datang menyapanya, “teman, mengapa kau datang terlambat ke sekolah? Apakah kak Suhima mengganggumu lagi?” Ashok menjawab cepat, “tidak..tidak pangeran Siamak. Biarkan dia melakukan apa yang dia mau. Aku di sini untuk belajar. Ayo kita pergi..! Siamak dan Ashok pun pergi ke kelas bersama-sama.
Sushim dan teman-temannnya juga sedang berdandan di lorong sebelah. Temannya mengadu soal Akramat yangterlihat aneh. Sushim berkata kalau dia adalah pelayan ayahnya dan jika berbuat yang macam-maam padanya atau teman-temannya, maka dia akan di pecat.
Akramat mulai mengajar, bukan di ruang kelas tapi di alam terbuka. Karena dia mengajar olah kanuragan. Semua siswa berkumpul dengan antusias mendengarkan ajarannya. Terutama Ashoka. Akramat berkata, “pejuang sejati selalu penuh perhatian…” Akramat menunjukan jalan yang mereka semua harus lalui. Di jalan itu di pasang jebakan dengan benda-benda berayun yang akan menyambar mereka jika salah perhitungan. Salah satu benda berayun itu terbuat dari bola baca yang permukaannya runcing dan akan menusuk jika tersentuh, “kalian semua harus melewatinya dengan maniki tangga lalu meloncat kebawah. Kalian akan di nilai berdasarkan ketepatan waktu dan aku akan melihat tingkat ketakutan kalian. Ini adalah misi untuk menunjukan kalau kalian tidak takut pada ketinggian.”
Satu persatu para siswa mencoba melewati rintangan itu. Ada yang sukses, ada yang gagal, ada yg cepat dan ada yang lambat. Dan kalau ada yang menyentuh bola yang berayun akan di diskualifikasi. Akramat memberi motivasi pad siswanya, “kalau kalian tidak bisa melewati rintangan itu, bagaimana kalian akan bertarug di medan perang? Kaalian semua akan menjadi prajurit..” Siamak termotivasi. Dia mengambil giliran selanjutnya. Saat melewati rintangan pertama dan kedua, semuanya berjalan lancar, tapi saat melewati bola-bola berduri, sebuah bola menyentuh wajah Siamak. Akramat melihatnya dan menyuruh Siamak kembali karena dia telah gagal. Giliran berikutnya, Ashok. Sushim mengejek Ashok, “dia akan menangis kalau terjatuh..” anak-anak menertawainya. tapi Ashok tak mengindahkan. Dia fokus pada tujuannya. Ashok melewati rintangan dengan baik, cepat dan lancar. Siamak sampai terkagum-kagum. Begitupun saat menaiki tangga agar bisa berdiri di pillar. Tapi ketika harus meloncat turun dia mengalami kesulitan. Dia teringat bagaimana dia terjatuh dari tebing. Sushim tertawa mengejek, “dia itu pengecut!” Akramat meleirik Sushim dengan tatapan tak suka. Lalu dia memberi semangat pada Ashok agar segera melompat. Mendengar teriakan akramat, Ashok teringat saat Bindu menolongnya dan meneriakan kalimat yang sama, yaitu melompatlah. Ashok menarik nafas dengan mata terutup nafar untuk mengumpulkan keberanian. Lalu dia melompat dari pilar dan jatuh di tanah dengan sempurna. Semua bertepuk tangan. Sushim dengan sirik berkata kalau dirinya akan menunjukkan bagaimana melakukannya dengan sempurna. Ashok kembali ke barisan. Akramat menegurnya karena telah membuang waktu dengan berdiri terlalu lama diatas pilar. Sushim mengambil giliran berikutnya. Sepetri yang di katakannya, Sushim menunjukan bagaimana dia melewati rintangan dan melompat turun dari pillar dengan sempurna. Semua bertepuk tangan untuk Sushim, termasuk Ashok dan Siamak. Dengan bangga Sushim kembali ke barisan. Tapi Akramat menyuruh Sushim melakukannya lagi. Sushim setengah heran bertanya, “melakukannya lagi? Mengapa aku harus melakukannya lagi?” Akramat berkata kalau ini adalah latihan, maka setiap siswa harus melakukannya lagi dan lagi. Sushim menolak dengan alasan lelah, “aku akan melakukannya lagi besok.” Sushim hendak melangkah pergi tapi Akramat memanggilnya dan berkata dengan tajam berkata, “aku tidak mau tahu siapa anda, tapi di sini, anda adalah siswa saya dan anda akan melakukan apa yang saya katakan..”
Pengurus dapur menanyai Dharma, “apa yang anda masak untuk makan siang? Yang mulia tidak makan makanan ini.” Dharma berkata kalau Samrat pasti akan menyukainya. Pengurus dapur berkata, “aku sudah masak untuk beliau selama bertahun-tahun dan sekarang anda mengajari aku apa yang harus ku masak?” Kasturi menengahi perdebatan itu dan meminta pengurus dapur menghidangkannya saja. Pengurus dapur berkata, “sekarang aku tidak punya apapun untuk di sajikan. Jika yang mulia tidak menyukai masakanmu, aku akan mengeluarkanmu dari sini.” Pengurus dapur mengambil hidangan itu dan pergi.
Bindu dan para ratu berkumpul untuk makan siang atas ide Helena. Charumitra bertanya kenapa ibu suri meminta mereka semua makan siang bersama-sama, “apakah ada sesuatu yang penting?” helena menjawab, “aku mendapat surat dari raja Ujjain, dia akan datang kesini dengan putri Agnisika…” Noor dengan marah menatap Justin. Justin terlihat tegang dan salah tingkah. Bindu tersenyum, “kita harus menyambut mereka dengan baik.” Charu berkata kalau dirinya sedang bersiap-siap untuk menyambut mereka. Helena juga terlihat antusias menunggu kedatangan calon menantunya. Bindu meminta mereka agar mengikut sertakan Noor dalam melakukan persiapan, “dengan begitu kemarahannya pada Justin akan berkurang.” Charu dengan bheran bertanya kenapa Noor marah pada Justin? Bindu menjawab, “dia marah pada Justin karena tidak memberitahunya.” Noor mencoba untuk tersenyum dan berkata, “aku kesal, tapi aku bahagia untuk Justin dan sekarang aku juga sudah tidak kesal lagi.” Biandu tersenyum senang. Noor menatap Justin, yang segera tertunduk salah tingkah lagi. Charu mengamati sikap Noor dan Justin denganheran.
Pengurus dapur datang membawakan hidangan. Samarat melihatnya dan bertanya, “mana makanan favoritku?” Juru masak memberitahu Samrat kalau mereka tidak membuatnya, karena seorang pelayan sudah membuat masakan ini dan berkata kalau anda pasti akan menyukainya. Charu memarahi pengurus dapur dengan kesal, “apa? bagaimana seorang pelayan bisa memutuskan apa yang samrat suka atau tidak?” Samrat mencicipi hidangan yang di berikan pengurus dapur. Dia teringat pernah makan makanan yang sama saat bersama Dharma. Samrat berkata, “aku pernah memakan hidangan ini beberapa tahun yang lalu. Makanan ini sangat lezat. Sama persis dengan yang kamalm dulu. Mulai sekarang, makanan ini akan dianggap sebagai makanan favoritku.” Pengurus dapur mengangguk. Kasturi tersenyum senang.
Dharma duduk di dapur dengan gelisah. Kasturi dengan wajah gembira menghampiri Dharma. Dharma bertanya, “apa kata samrat?” kasturi memberitahu Dharma kalau samrat sangat menyukai masakannya, “beliau berkata kalau kini itu adalah makanan favoritnya.” Dharma tersenyum senang dan berpikir kalau Ashok juga menyukai makanan itu.
Bindu memberitahu Chanakya kalau dirinya telah memutuskan untuk menambah jumlah klinik yangada dikerajaan. Chanakya memuji ide samrat. Saat dia melihat wajah samrat yang berseri-seri, Chanakya dengan heran bertanya, “anda terlihat sangat bahagia hari ini Samrat..” Bindu yang tak dapat menyembunyikan rasa gembiranya berkata kalau semua ini karena dia telah membawa Ashok kembali ke Patliputra, “ini mengurangi sedikit rasa bersalahku pada Subhadrangi. Aku tidak tahu apakah dia baik-baik saja disekolah.” Chanakya memberitahu Bindu kalau Ashok harus menghadapai banyak masalah di sekolah, “tapi dia akan segera menemukan tempatnya. Seperti dia membuat tempat di hati kita.” Bindu mengangguk, “dia bukan anak biasa. Dia kuat, pintar, cepat dan hebat. Aku terluka amelihata dia membuang bakatnya dan tinggal di Vann. Sekarang dia belajar sesuatu di sekolah kerajaan. Sekarang dia punya misi dalam hidupnya. Kemudian aku akan merasa kalau janjiku pada Subhadrangi sudah kutepati. Suatu saat akan datang haari di mana salah satu anakku akan menjadi samrat dan Ashok akan menjadi kepala tentaranya.”
Sushim duduk di bawah pohon bersama teman-temannya yang sedanag sibuk memijit tubuhnya. Dia sangat marah pada Akramat, “dia berpikir bisa mengatakan apapun padaku. Ini terjadi jika orang biasa seperi dia dan Ashok diberikan posisi yang baik. Mereka tidak layak mendapatkannya. AKu akan meminta ayah agar menyingkirkan Akramat dari sini. Dia biasanya membungkuk di depanku, kini dia memintaku untuk membungkuk.” Ashok mendengar perkataan Sushim dan menghampirinya. Dia berkata pada Sushim, “guru seperi dewa dan sangat tidak bagus berbicara seperti itu tentang mereka.” Sushim dengan marah berdiri danberteiak menyuruh Ashok diam, “kau ingin mengajari aku? jangan ikut campur dengan urusanku. jangan lupa, kau disini hanya karena ayahku. Pergi dari sini!” Ashok berterimakasih pad Sushim karena mengingatkannya, “aku juga tidakingin membuang-buang waktu untukmu.” Ashok hendak melangkah pergi, tapi Sushim meneriakinya lagi, “kau lupa siapa dirimu. Aku akan menunjukan padamu bahwa kau tak akan pernah bisa setiingkat dengan kami. Terima tantanganku kalau kau setingkat kami.” Dengan kalem Ashok menoleh dan berkata, “untuk menunjukan levelki, aku tidak harus menerima tantangan apapun.” Sushim menyerigai licik, “ku harap samrat akan mengetahui kalau kau pengecut dan dia ingin pengecut seperti mu menjadi pejuang.” Ashok akhirnya berkata, “aaku terima tantanganmu!” Ashok dan Sushim saling memandang dan berhadapan, anak-anak yang lainmenonton mereka…Sinopsis Ashoka Samrat episode 44 by Jonathan bay