Sinopsis Ashoka Samrat episode 46 by Jonathan Bay. Helena memperkenalkan Agnisika pada para ratu. Pertama pada maharani Charumitra. Agni memberi salam pada Charumitra yang menyambut salamnya dengan ramah. Helena juga memperkenalkan Agni pada Noor yang tersenyum di buat-buat. Bindu memberitahu Agni kalau Noor yang membantu membuat semua persiapan pernikahan Justin. Agni mengucapkan terima kasih. Agni berkat akalau dia ingin memiliki hubungan yang baik dengan Noor. Noor menjawab, “aku ingin anda tahu posisiku sebagai Ratu, Ratu Noor.” Semua melirik Noor dengan rasa heran. Agi menyahut, “dari mana saya datang, kami sangat menghormati hubungan baik.” helena kemudian memperkenalkan ratu Sibhrasi. Agni memberinya hormat. Subhrasi membalasnya dan berkata, “keluarga kami sangat ingin memiliki hubungan baik dengan keluarga anda…” Chanakya datang, sembua memberinya salam. Rajajiraj berkata kalau dirinya sangat ingin bertemu Achari Chanakya. Chanakya berkata kalau Ujjain tidak pernah menyukai idenya untuk menyatukan India. Rajajiraj tersenyum dan melirik Helena. lalu dengan diplomatis dia berkata kalau seiring berjalannya waktu, semua ikut berubah, “saya di sini untuk menunjukan bahwa waktu telah berubah.”
Bindu berpamitan pada rajajiraj kalau dirinya harus pergi kesekolah kerajaan karena ada beberapa upacara yang haru dia hadiri, “pangeran Justin akan menemani anda.” Rajajiraj sabil tersenyum menyahut kalau Justin akana bersama mereka selamanya sekarang. Noor terlihat Geram, Justin meliriknya dengan takut-taku. Agnisika dan rajajiraj juga saling lirik dan tersenyum penuh arti.
Bindu berpidato di hadapan murid-murid sekolah kerajaan, “aku anak Samrat Chandragupta Maurya. Aku memiliki keterampilan dari beliau, tapi beberapa ketrampilan itu di poles di sekolah ini. Guruku membuatku melajar banyak hal..” Bindu membungkuk dengan hormat pada Chanakya dan beberapa guru lainnya yang mengangkat tangan untuk memberinya berkat. Ashok tidak ikut berkumpul, karena dia sedang menjalani hukuman dari Aakramat. Walaupun berlari sambil membawa kayu, Ashok sempat berpikir untuk segera menyelesaikan hukumannya agar bisa hadir di upacara. Bindu masih terus berpidato, “…..anak yang akan memenangkan kompetisi ini akan mendapatkan pedang yang agung ini. Aku juga ingin mengatakan tidak penting pada siapa kalian kalah tapi hasil tes akan menunjukan bagaimana kalian menggunakan ketrampilanmu, bagaimana kalian mengatasi kelemanan… itu yang paling penting.” Ashok berlari di belakang para peserta upacara sambil berguman, “achari memberiku hukuman tapi tidak memgatakan di mana aku harus menjalaninya. Biarlah aku berputar-putar disini saja sambil mendengarkan pidato samrat.” Akhirnya Ashok berlari berputar-putar di sekitar siti saja sambil mendengarkan pidato. Chanakya melihat Ashok yang menjalani hukuman, tapi dia hanya tersenyum tipis.
Bindu melanjutkan pidatonya, “kalian akan menang jika kalian belajar bagaimana bekerja keras dan berpikir, hanya satu yang akan jadi pemenang, tapi kalian semua nantinya akan menjadi prajurit..” Bindu memberi kesempatan pada Chanakya untuk menyampaikan pendapatnya, “..seorang prajurit harus tahu bagaimana menghadapi situasi apapun. Kalian akan di uji dalam kompetisi ini..” Chanakya meminta bindu untuk membuka kompetisi. Seorang guru memberikan busur dan anak panah berapi pada Bindu. Dengan anak panah itu, Bindu menghidupkan api koldron/mishal yang di jaga oleh sepasang patung singa. Melihat panah Bindusara tepat mengenai sasaran, Ashok terpesona. Api kompetisipun menyala..semua tersenyum..
Upacara selesai, murid-murid sudah bubar. Bindu berbincang-bincang dengan para guru. Pada Aakramat Bindu berkata, “Achari Chanakya percaya kalau anda akan mendidik keluarga kerajaan dengan baik dan menjadikan mereka prajurit-prajurit yang tangguh.” Aakramat mengangguk hormat. Bindu bertanya, “Ashok di mana?” Aakramat menjawab kalau dirinya telah menghukum Ashok karena datang terlambat ke kelas. Acary Kirpa yang tidak suka pada Ashok memberitahu Bindu kalau Ashok tidak layak belajar di sekolah kerajaan, dia bahkan mempertanyakan acharu Chanakya. Bindu sedikit heran mendengan komplen tentang Ashok dan Achary, tapi kemudian dengan bijak dia menajawab, “itulah kehebatan achari, dia melihat sesuatu yang berbeda.”
Ashok masih menjalani hukuman ketika Samrat menghampirinya. Ashok tidak memperdulikan samrat, di aterus berlari. Samrat berkata, “ada apa ini? Kau tidak akan aberhenti melihat kedatangan temanmu?” Ashok menjawab, “maafkan aku, aku sedang menjalani hukuman. Guru tidak akan perduli pada siapapun yang akan mengganggu tugasnya..” Samrat bertanya apa kesalahan Ashok. Ashok berkata kalau beberapa temannya berpikir dia tidak layak berada di sekolah kerajaan. Bindu berkata kalau Ashok harus berjuang untuk membuktikan pada mereka, “kau tahu aku telah mengumumkan kompetisi. Sushim selama dua tahun telah memenangkan kompetisi. Di alayak, karena dia pekerja keras. Siapapu yang memenangi kompetisi akan dihormati oleh semua.” Ashok bertanya, “akan ingin aku berjuang melawan putramu sendiri?” Bindu denga jujur berkata, “aku masih ingin Sushim menang, tapi kau harus berjuang keras.” Ashok bertanya apakah BIndu akan senang kalau dia memenangi kompetisi? Bindu tertawa, “kalau kau pikir kau cukup kuat untuk memenangi kompetisi ini maka berlatihlah dengan keras.” Aakramak datang kesana dan menyuruh Ashok berhenti berlari dan membuang kayunya. Ashok menurut dan terlihat lelah. Dia terduduk di tanah. Bindu berkata pada Aaakramak, “dia tidak menghentikan hukumannya walaupun sedang bicara padaku. Begitu besar rasa hormatnya pada guru, achari, apa anda pikir dia perlu di hukum?” Aakramak menatap Ashok tanpa ekspresi. Bindu lalu berkata pada Ashok, “ashok, aku punya banyak harapan padamu…” Sushim dan kawan-kwannya mendengarkan pembicaraan Bindu dan menjadi geram. Bindu mengundang Aakramat untuk datang ke acara makan malam bersama raja ujjain. Aakramak mengangguk dan berpamitan. Sebelum pergi Bindu menasehati Ashok, “kadang-kadang situasi yang sulit membuat kita lemah, kita hancur. Tapi ada jiwa dalam tubuh manusia. Selama jiwa itu tidak hancur, tidak ada yang bisa menang atas dirimu.” Ashok terdenung..
Saat makan suadah tiba. Ashok pergi keruang makan.para mudir sedang makan. Juru masak memberikan makanan pada Ashok. Ashok segera pergi untuk mendapatkan tempat duduk. tapi tak seorangpun mau menberinya tempat duduk. Ashok akhirnya duduk di lantai dan mulai makan. Melihat isu, Sushim mengejeknya, “anak murahan ini mulai makan seperti binatang, dia tidak akan terpengaruhi oleh ejekan.” Murid-murid tertawa. Ashok dengan wajah ramah balas berkata, “sekarang anda mengenalku dengan baik…. kelak anda akan mempertanyakan dirimu sendiri bagaimana aku memenangkan kompetisi ini padahal selalu mendengarkan ejekan kotor darimu.” Sushim berteiak marah, “heii…jangan pernah berpikir untuk mengambil bagian dalam kompetisi ini.” Ashok menyahut, “kau ingin menyingkirkan aku dari jalanmu, tapi sekarang aku tidak takut pada siapapun.” Setelah berkata begitu Ashok memberi hormat pada makanannya lalu beranjak pergi sambil membawa nampan yang berisi makanan itu. Sushim terbakar kemarahan, dia terlihat geram dan tegang. Teman-temannya heran melihat Sushim hanya tida membalas ejekan Ashok. Menyadari perhatian teman-temannya terdurah padanya, Sushim mencoba untuk tertawa, “itu yang dia pikirkan, dia akan memenangkan kompetisi..!” Kawan-kawan tersenyum mendengar ucapan Sushim.
Aakramak memberi tugas baru pada siswa, “ini kempetisi antar siswa. Dengan cara ini kami akan mendapatkan pemenang dan mengetahui siapa yang bisa memimpin Magadha di masa depan. Kompetisi ini akan menunjukan keahlian anda untuk memerintah Magadha.” Aakramak kemudian memangil siswa yang mau ikut ambil bagian dalam tugas agar kedepan. Sushim yang maju pertama kali. lalu Siamak, lalu kedua teman Sushim. Melihat hanya merekaberempat, Aakramak memanggil lagi siswa yang mau ambil bagian. Ashok maju kedepan. Siamak tersenyum senang. Sushim tidak terima, dia protes, “tidak achari, dia bahkan tidak layak untuk berada di sini.” Aaakramak tidak mengubris protes Sushim. Dia memberi isyarat pada Ashok agar maju ke depan. Sushim dan Ashok saling berhadapan.
Aakramak menyuruh mereka memilih kuda dan menaikinya, “seseorang yang bisa menangani kuda dan memenangkan perlombaan akan di pilih untuk ikut kompetisi.” Aakramak kemudian membunyikan bel. Para peserta berlomba memilih kudanya masing-masing, lalu memasang pelananya. Aakramat berdiri mengamati mereka. Guru Kirpa datang dan mengnegur Aakramak, “achari, berilah sedikir hormat pada pangeran Sushim, dia calon samrat yang akan datang.” Aakramat menjawab dengan tegas, “ini adalah sekolah dan semua siswa adalah sama. tak peduli dia pangeran atau cakon samrat.” Mendengar jawaban Aakramak, guru Kirpa berkata dalam hati, “achari ini akan segera di keluarkan dari sekolah kalu punya pikiran seperti ini.”
Semua siswa yang sudah siap di atas kudanya masing-masing. Ashok juga sudah siap. Dia melepaskan tali kekang kudanya. Saat ashok menunduk, atas misyarat Sushim, seorang teman menarik ikatan pelana Ashok. Saat Ashok hendak menaiki kudanya, pelananya terlepas dan dia terjatuh. Aakramat kaget. Ashok segera bangkit. Sushim mengejeknya, “masih ada waktu, tinggalkan perlombaan..!” Ashoka terdiam menahan geram. Semua peserta menaiki kudanya meninggalkan Ashok berdiri mematung…Sinopsis Ashoka Samrat episode 47 by Jonathan Bay