Sinopsis Ashoka Samrat episode 97 by Sally Diandra. Seluruh keluarga kerajaan akhirnya sampai di istana yang baru, pintu gerbang terbuka namun istana tersebut gelap gulita, tidak ada penerangan sedikitpun disana, semua keluarga kerajaan yang hadir merasa heran “Istana macam apa ini ? Kenapa sangat gelap sekali ?” Perdana Menteri Amadya mulai buka suara karena merasa heran dengan istana itu “Apakah tidak ada lampu minyak di istana ini ?” Bindusara juga merasa heran “Ini adalah keistimewaan dari istana ini, istana ini terbuat dari kebudayaan Ujjain dimana tidak ada lampu minyak sama sekali di dalam istana” Raja Raj mencoba menjelaskannya panjang lebar “Lalu bagaimana bisa pesta pernikahannya di adakan di dalam kegelapan seperti ini ?” Bindusara kembali merasa ada yang aneh dengan istana yang baru itu, tak lama kemudian Raja Raj memerintahkan para prajurit untuk membuka semua jendela istana dengan kode tepukan tangannya, jendela jendelapun mulai terbuka dan sinar rembulan masuk ke dalam istana menerangi ruangan utama tersebut, semua orang yang hadir disana merasa takjub dan terpana melihatnya, Bindusara juga nampak terkesan “Samrat, gelap atau terang sekarang ?” ujar Raja Raj yang merasa bangga dengan istana hasil rancangannya “Hebat ! Aku senang kamu telah membuat istana ini, istana ini di buat berdasarkan pemikiran seorang Ujjain” Bindusara mengakui kehebatan Raja Raj sambil melihat lihat ke sekeliling dan kebelakangnya, sepintas Bindusara seperti melihat Dharma diantara para pelayan, namun saat itu Raja Raj memintanya untuk masuk ke dalam istana, dan ketika Bindusara berbalik lagi ke belakang untuk melihat apakah benar ada Dharma disana, Dharma sudah tidak ada karena Dharma segera bersembunyi di balik pilar ketika menyadari kalau Bindusara mengetahui keberadaannya.
Semua orang memuji kemegahan istana baru tersebut namun Agni malah tersenyum sinis dan berkata dalam hati “Dalam waktu yang tidak lama lagi seluruh istana ini akan membakar seluruh dinasti Maurya” bathin Agni sambil tersenyum senang, sementara Justin merasa khawatir, Justin memandang Noor yang saat itu juga merasa tidak nyaman dengan istana tersebut, ketika Noor hendak meninggalkan tempat tersebut, Khurasan segera mencengkram lengannya namun akhirnya dilepaskannya juga cengkraman tangannya ketika Noor memberontak, Noor segera meninggalkan tempat itu, Justin yang melihat kepergian Noor, ingin segera menyusulnya namun Agni menghentikan langkah Justin dengan memegang tangan Justin, Justin pasrah dan memutuskan tidak menyusul Noor “Mari silahkan masuk” Helena mempersilahkan semua orang untuk memasuki istana tersebut, orang orangpun sudah bersiap hendak masuk ke dalam istana “Tunggu !” langkah Bindusara segera terhenti ketika hendak memasuki istana baru, semua orang menoleh ke arah belakang ke sumber suara tersebut, di belakang Subhrasi sedang berdiri dengan piring aarti dimana ada lampu diya diatasnya. Helena, Nicator, Agni dan Raja Raj merasa cemas dan khawatir begitu melihat Subhrasi datang membawa lampu diya karena mereka sangat tahu sekali kalau istana baru ini dapat dengan mudah terbakar bila terkena api.
“Samrat, lebih baik sebelum kita masuk ke dalam istana, kita lakukan ritualnya terlebih dahulu disini di pintu masuk istana, kita nyalakan lampu diya disini, ini sebagai pertanda bagus” Bindusara menyetujui permintaan Subhrasi, keempat orang itu nampak panik “Jika Bindusara tahu kalau batu bata di istana ini sangat mudah terbakar, maka semuanya akan hancur berantakan, bisa bisa gagal semua rencanaku” bathin Helena cemas, ketika Subhrasi hendak melakukan ritual tiba tiba Justin berteriak “Samrat, aku pikir … aku pikir itu tidak perlu dilakukan” suara Justin terdengar terbata bata “Iyaa, dia benar, Samrat … Itu tidak perlu dilakukan” Bindusara merasa heran “Lho ? Memangnya kenapa ? Apa salahnya menyalakan lampu diya di pintu masuk ? Ayoo lakukan ritualnya” keempat orang itu semakin panik termasuk Justin yang juga telah mengetahui rencana busuk ibunya bersama kroni kroninya ini.
Sementara itu di tepi sungai, Ashoka sedang mengisi tempayan tanah liatnya dengan air sungai, para prajurit mengawasinya dengan mengikutinya di belakang. Ketika Ashoka sedang mengisi air, tiba tiba Vasu dan Subaho muncul dari balik semak semak, mereka memberikan Ashoka beberapa tumbuhan “Ashoka, kami akan datang di pesta pernikahan juga” Vasu dan Subaho berbisik perlahan agar para prajurit tidak menyadari kehadiran mereka “Jangan ! kalian jangan kesana karena itu sangat berbahaya”, “Lalu kenapa kamu berani mengambil resikonya ? Kami akan selalu bersamamu ! Kami akan berada disana untuk membantu kamu !” namun Ashoka kembali melarang teman temannya memasuki istana baru itu tak lama kemudian setelah selesai mengisi tempayan itu dengan air sungai, Ashoka segera menghampiri prajurit yang mengawalnya sedari tadi lalu mereka berjalan menuju ke istana baru, Subaho dan Vasu hanya bisa melihat kepergian Ashoka.
Ketika Subhrasi akan melakukan ritual, Helena segera menyela “Samrat, akan lebih baik kalau ritualnya dilakukan oleh calon pengantin wanita yang akan mengadakan pernikahan di istana ini, yaitu Putri Agnishika, apalagi Putri Agni yang akan tinggal di istana ini, bagaimana ?” Helena mencoba menetralisir keadaan agar Bindusara tidak semakin curiga “Baiklah, kalau begitu silahkan lakukan” Helena memberikan kode ke Agni untuk melakukan ritual tersebut, Agni segera mengambil baki aarti dari tangan Subhrasi dan memulai ritual secara hati hati, Helena yang melihatnya dari belakang merasa was was ketika Agni menaruh lampu diya itu di ujung pintu dan setelah ritualnya selesai, semua orang merasa lega terutama Helena “Mari silahkan masuk ke dalam istana” Helena kembali mengajak semua keluarga kerajaan termasuk pelayan dan prajurit untuk menikmati sajian yang sudah di siapkan di dalam. Ketika orang mulai memasuki istana baru itu, Dharma segera berbaur dalam kerumunan pelayan, Khurasan yang saat itu sedang mencoba mencari cari Dharma di antara kerumunan para pelayan tiba tiba dikejutkan oleh Helena “Panglima Khurasan, mari masuk, lupakan kalau kamu itu panglima kerajaan, pesta pernikahan akan berlangsung sebentar lagi, jadi seluruh keluarga kerajaan harus menikmatinya” Khurasan tidak bisa menolak permintaan Helena, Khurasan memasuki istana baru itu pula, setelah semua orang masuk ke dalam istana, tinggal Helena dan Nicator yang ada di barisan paling belakang, Helena segera memadamkan lampu diya yang di taruh oleh Agni di ujung depan pintu dan ikut masuk ke dalam istana.
Di dalam istana, semua orang mulai menikmati sajian yang di sajikan di sana, saat itu Nicator dan Bindusara sedang ngobrol soal ritual pernikahan dalam budaya Yunani “Pertama tama, pengantin pria dan pengantin wanita akan mandi terlebih dahulu sebelum mereka melangsungkan pernikahan” ujar Nicator “Kakek, aku akan kesana sebentar lagi” ujar Justin kemudian meninggalkan mereka “Samrat, karena pesta pernikahan ini, aku jadi bisa menghabiskan banyak waktuku denganmu” Bindusara hanya tersenyum namun pikirannya melayang layang memikirkan Dharma “Dharma, dimana kamu ? Aku mohon, tolong buktikan kalau mataku ini masih benar karena aku telah melihat kamu, buktikan kalau cinta kita bukanlah palsu, datanglah padaku, Dharma” bathin Bindusara dalam hati
Charumitra sedang menyuruh para pelayannya untuk menyajikan manisan dan ladu pada para tamu tamu yang hadir di istana, dari kejauhan Agni yang melihat semua ini berkata dalam hati sambil tersenyum senang “Ketika semua orang memakan ladu itu, daya pikir mereka akan berhenti dan ketika istana ini terbakar mereka pasti tidak akan mampu berfikir bagaimana caranya keluar menyelamatkan diri dari istana ini” bathin Agni dengan senyum sinisnya. Sementara itu Dharma mulai membagikan ladu ladu itu ke para tamu atas perintah Charumitra, dari kejauhan Khurasan masih terus berusaha mencari Dharma di antara kerumunan orang orang itu, tepat pada saat itu Khurasan bertabrakan dengan Drupata yang baru saja mengambil ladu dari Dharma “Rajkumar Drupata, apakah kamu tahu dimana pelayan yang merawat dirimu ?” dengan polosnya Drupata menunjuk ke arah Dharma yang saat itu sedang membelakangi mereka “Itu Panglima Khurasan, yang sedang membagi bagikan ladu disebelah sana” Khurasan merasa senang karena akhirnya mampu menangkap Dharma sebelum Bindusara mengetahuinya, perlahan Khurasan mendekat ke arah Dharma, namun langkahnya tercegat oleh Helena yang tiba tiba menghampiri Dharma “Shevika, coba kamu cari Ashoka, dia seharusnya membawa air dari sungai untuk acara pemandian Putri Agni, Ashoka itu sangat special dalam pesta pernikahan ini, pergilah dan cari dia” Dharma segera meninggalkan tempat tersebut, Khurasan merasa kecewa karena rencananya kembali gagal.
Dalam perjalan mencari Ashoka, Dharma merasa khawatir “Ratu Helena pasti merencanakan sesuatu, mengapa dia meminta Ashoka untuk mengambil air ? Aku yakin Ashoka pasti dalam keadaan bahaya” bathin Dharma cemas, ketika sampai di luar Dharma bertemu dengan Ashoka yang sedang membawa air dalam tempayan sambil dikawal oleh beberapa pengawal kerajaan. Pertemuan Dharma dan Ashoka dalam keadaan tegang karena Ashoka juga merasa ibunya dalam keadaan bahaya “Aku harus menyuruh ibu untuk keluar dari istana ini tapi bagaimana memperingatkannya ?” bathin Ashoka dalam hati “Ashoka, aku akan mengambil air ini dan membawanya ke dalam istana” Dharma segera mengambil tempayan berisi air tadi dari tangan Ashoka, Ashoka hanya tersenyum, ketika Dharma hendak meninggalkan tempat itu, tanpa di duga ternyata ada anak buah Khurasan yang melihatnya tapi dia tidak begitu mengenali Dharma, Dharma pun berlalu dari tempat tersebut. Tak lama kemudian, salah seorang pelayan membawakan ladu ladu yang dibagikan tadi pada para prajurit yang mengawal Ashoka sedari tadi, ketika mereka sedang asyik menikmati ladu, Ashoka mengambil kesempatan ini dengan pergi secara diam diam meninggalkan mereka.
Di dalam istana baru, orang orang masih asyik menikmati keindahan dan makanan yang di sajikan oleh tuan rumah, saat itu Helena sedang ngobrol dengan ayahnya Nicator “Ayah, sebentar lagi Agni akan mandi tapi aku tidak tahu dimana Justin berada ?” Helena merasa kesal karena tiba tiba Justin menghilang, tepat pada saat itu Siamak menghampiri mereka berdua sambil mengucapkan salam “Ibu Suri Helena ini adalah istana yang megah untuk guruku, Pangeran Justin adalah guruku, aku telah belajar banyak darinya, lalu apa yang akan terjadi sekarang ?” Siamak memuji Justin tulus didepan ibu kandung Justin, Helena hanya tersenyum tipis dan cemas memikirkan Justin yang hilang “Sekarang, Putri Agni akan mandi kemudian kami akan bertanya apakah calon pengantin pria dan wanitanya sejutu untuk menikah ?” Nicator mencoba memberikan penjelasan ke Siamak “Kalau mereka belum siap untuk menikah, maka mereka harus melakukan semua ini ?” Siamak semakin penasaran “Ini hanya semacam ritual saja”, “Bagaimana jika calon pengantin prianya melarikan diri dari pernikahan ?” ucapan Siamak membuat Helena jengah “Pangeran Siamak, jangan ucapkan kata kata yang aneh seperti itu, jika kamu tidak bisa bicara dengan kata kata yang bagus maka janganlah ucapkan kata kata yang buruk juga, lebih baik pelajari kebudayaan Maurya dan Khurasani !” ucapan Helena terdengar kesal dan marah ditelinga Siamak, Siamak pun menyadari “Maafkan aku ibu Suri Helena, aku pamit dulu” Siamak meninggalkan mereka berdua “Helena, dia itu hanya anak anak, kenapa kamu marah padanya ?” Nicator heran dengan perilaku Helena ke Siamak barusan “Itu karena Justin biasanya menanyakan hal seperti itu juga ke aku, ayah … aku akan lebih suka menjawab pertanyaan dari anak anak Justin tapi aku benci anak anak Bindusara, rasanya aku ingin mencekik mereka, apalagi Noor juga telah menjebak anakku !” Helena terlihat marah dan geram “Sudahlah, lupakan saja, sebentar lagi Noor dan anak anak Bindusara akan tergeletak mati di lantai !” Helena tersenyum senang mendengar ucapan ayahnya… Sinopsis Ashoka Samrat episode 98 by Sally Diandra