Deja Vu bag 3 by Sally Diandra

Deja Vu bag 3 by Sally Diandra. “Rukayah ,,, aku minta maaf, aku nggak bisa menemani kamu ikut kegiatan Mapala itu” Rukayah semakin sedih dan mulai menangis

“Rukayah, jangan gitu dong, kok nangis sih ? aku jadi nggak enak nii ,,, tapi aku harus pulang, ibuku sudah menungguku di rumah, aku sudah bilang sama ibuku kalau libur semester pertama ini aku pulang” Rukayah memalingkan wajahnya ke arah lain seraya berkata

“Baiklah, lebih baik kamu memang pulang ke kampung halamanmu tapi jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu padaku” Jodha terperangah

“Maksudmu, kamu tetap mau nekat ikut kegiatan itu ?” nada suara Jodha terdengar cemas di telinga Rukayah, Rukayah langsung mengangguk tanpa berkata sepatah katapun

“Apa kamu sudah minta tolong, Moti ?” Jodha mencoba memberikan alternatif lain sebagai jalan keluar, namun jawaban yang di dapatkannya sungguh tidak mengenakkan

“Moti harus pulang, Jo ,,, karena ada acara pernikahan kakaknya di Jogja, cuma kamu harapanku satu satunya yang bisa menemani aku, mamaku sudah mengultimatum, kalau aku nekat ikut acara ini tanpa adanya salah satu diantara kalian, maka semua fasilitas yang mama berikan ke aku akan diambil semua” Rukayah menyeka airmata yang membasahi pipinya “baiklah ,,, itu tidak apa apa, karena jauh jauh hari aku sudah memimpikan acara ini, aku nggak masalah kalau semua fasilitasku di cabut !” suara Rukayah terdengar lemah

“Memangnya acara mapala mu ini berapa hari ?” Jodha mulai merasa nggak enak sama sahabatnya yang agak manja ini, mendengar ucapan Jodha, kedua bola mata Rukayah yang tadinya redup nampak bersinar sangat terang seperti menandakan kalau masih ada sebuah harapan yang bisa di raihnya

Deja Vu“Acaranya nggak lama, Jo ,,, paling cuma 3 sampai 4 hari, setelah itu kamu bisa pulang, kamu bisa kan, Jo ? Pleaaseee ,,, aku akan ganti tiketmu” Jodha masih belum memberikan jawaban apa apa ke Rukayah

“Libur semester kita kan masih lama, sementara mapala cuma 4 hari, nggak lama kan ? Mau yaa?” kedua bola mata Rukayah kembali bersinar terang

“Tapi aku nggak punya perlengkapan untuk naik gunung, aku nggak punya jaket tebal, aku nggak punya kaos tangan ,,,” Rukayah langsung menutup mulut Jodha

“Kamu bisa pakai punyaku, yang nggak ada bisa kita beli, aku yang bayarin, semuanya sudah aku siapkan, kalau sudah siap semua, itu artinya kamu mau ikut kan?” Jodha memandang Rukayah dengan tatapan melas kemudian menganggukkan kepalanya, Rukayah teriak kegirangan sambil meluk Jodha

“Aaaaaaahhhhh ,,,, Jodhaaaa !!! Makasih banyak ! Kamu akhirnya mengabulkan permintaanku, terima kasih Jodha” Jodha hanya tersenyum masam sambil membalas pelukkan Rukayah.

Mau tidak mau Jodha memang harus menemani Rukayah, karena sedikit banyak sebenarnya Jodha tahu kalau kondisi fisik Rukayah itu rapuh dan lemah, itulah mengapa kedua orang tua Rukayah tidak pernah memperbolehkan Rukayah melakukan aktifitas berlebihan yang membuat dirinya kelelahan, karena bila itu terjadi, bakal terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Keesokan harinya, Jodha dan Rukayah sudah berbaris di halaman kampus mereka, para senior sedang mengecek ulang siapa saja yang jadi ikutan kegiatan mapala kali ini, begitu sampai giliran Rukayah, saat itu Maan Sigh yang mendatanya merasa heran “Ruk, kamu beneran mau ikutan ?” Rukayah mengangguk mantap

“Aku bareng Jodha, aku sudah daftarin dia kemarin” dahi Maan Sigh langsung berkerut “Mana Jodhanya ?” Maan Sigh tidak melihat ada Jodha di depannya, Rukayah langsung menunjuk ke arah teras kampus dimana ada Jodha sedang duduk disana bersama barang bawaan mereka, tepat pada saat itu Jalal melintas di depan Jodha, begitu melihat Jodha yang sedang duduk sendirian disana dengan barang bawaannya, Jalal segera berhenti dan memperhatikan Jodha

“Ada apa ?” Jodha merasa kikuk begitu Jalal berhenti di depannya, Jalal menggelengkan kepalanya

“Kamu mau ikut mapala ? Memangnya kamu anggota mapala ?” pertanyaan Jalal membuat dahi Jodha berkerut “Memangnya harus jadi anggota kalau mau ikutan kegiatannya ?” Jalal tersenyum nakal mendengar ucapan Jodha

“Ya, tentu saja ! Seharusnya begitu ,,, supaya kamu tau dasar dasarnya, bagaimana caranya memanjat tebing, bagaimana caranya ,,,” Jodha langsung memotong kata kata Jalal

“Aku tidak butuh semua itu karena aku cuma ingin menemani temanku saja, jadi aku rasa aku nggak perlu ikutan kalian panjat tebing dan lain sebagainya itu dan aku pikir Rukayah juga nggak perlu ikutan panjat tebing segala” Jalal langsung tertawa melihat ekspresi Jodha yang begitu polos

“Kenapa kamu tertawa ? Memangnya ada yang lucu ?” Jalal menggelengkan kepalanya sambil menunjuk ke arah Jodha

“Jadi kamu baby sitternya Rukayah ? Pantas saja” Jalal kembali menggoda Jodha, namun Jodha tidak terpengaruh dengan ucapan Jalal

“Kalau emang iya kenapa ? Aku memang baby sitternya Rukayah, kamu keberatan ?” tepat pada saat itu Rukayah menghampiri mereka

“Ada apa ini, kok pake sebut sebut namaku segala ?” Rukayah memandang Jalal dan Jodha secara bergantian, Jodha menatap ke dua bola mata Jalal tajam seraya berkata

“Dia bilang, kalau bukan anggota mapala dilarang ikutan kegiatan ini, Ruku ,,, aku kan bukan anggota mapala, jadi aku nggak bisa ikut maksudnya” Rukayah langsung menggelengkan kepalanya dan menghampiri Jodha

“Nggak, nggak papa ,,, kamu tetap boleh ikut, Jo ,,, meskipun kamu bukan anggota mapala, aku sudah bilang kok sama panitia dan mereka mengijinkan, lagian acara kita ini nggak ekstrem ekstrem banget macem panjat tebing gitu, cuma lebih mendekatkan diri ke alam saja dan kalau kita nggak kuat naik ke pos berikutnya kita bisa bertahan di bawah saja” Jodha yang masih menatap Jalal langsung menengadahkan kedua tangannya keatas dengan mata melotot, Jalal hanya tersenyum sinis sambil menunjuk kedua jarinya kearah matanya lalu ditujukkan ke arah mata Jodha sebagai tanda kalau dia akan terus mengawasi Jodha, kemudian Jalal segera berlalu meninggalkan mereka.

Ketika hendak berangkat menuju ke lokasi tujuan, Jalal memberikan instruksi terlebih dahulu terhadap para anggota mapala yang ikut dalam kegiatan pendakian ke gunung Gede Pangrango, saat itu semuanya sudah berbaris rapi menunggu orasi dari Jalal

“Selamat pagi teman teman, sebentar lagi kita akan berangkat menuju ke gunung Gede yang menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, lokasinya ada di Bogor, Jawa Barat ,,, gunung ini salah satu gunung favorit para pendaki, baik yang pemula maupun yang sudah berpengalaman” semua mata memandang kearah Jalal, mendengarkan instruksinya

“Dalam perjalanan nanti kalian akan menemukan berbagai macam lokasi yang menarik seperti air terjun Cibeureum, sumber air panas, telaga, maupun padang edelweis di alun-alun Surya Kencana” semua orang saling bergumam begitu Jalal menyebutkan lokasi wisata tersebut

“Jangan senang dulu ! untuk sampai ke puncak gunung Gede yang tingginya 2.958 mdpl, kita akan mengambil jalur Cibodas yang treknya cukup landai dengan waktu tempuh sekitar 6 jam, jadi jangan lupa bawa peralatan yang diperlukan ! seperti jaket tebal anti air, beberapa pakaian, sarung tangan tebal, kaos kaki minimal dua pasang, celana kargo, bukan jeans ! sepatu hiking atau boot, jas hujan, senter dan baterai, pastikan juga membawa kantung plastik, karena dalam perjalanan nanti, kantung ini berfungsi untuk menyimpan sampah, pakaian basah, serta memisahkan baju bersih dengan yang kotor” suara Jalal terdengar lantang, sementara itu Jodha memandangi sepatu boot dan ransel tahan airnya yang baru saja dibelikan Rukayah kemarin, Rukayah melirik ke arah Jodha

“Untung aku sudah mempersiapkan semuanya, jadi kamu bisa ikutan” Jodha hanya tersenyum, kemudian mendongakkan kepalanya ke depan dan matanya bertatapan dengan mata Jalal yang menatapnya tajam

“Jangan anggap kalau mendaki gunung ini sebagai ajang rekreasi biasa ! Cuma ajang jalan jalan ! Ini bukan jalan jalan di mall ! Dan sebagai seorang pemula kadang kalian lalai dalam hal persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian !” suara Jalal seperti ditujukan pada Jodha karena matanya tidak lepas dari mata Jodha, Jodha pun membalas tatapan Jalal

“Apa dia kira aku ini mau jalan jalan di mall ? sepertinya ucapannya itu di tujukan jelas ke arahku” bathin Jodha dalam hati sambil menatap Jalal tanpa berkedip

“Ingat ! beban barang yang kalian bawa hanya sepertiga dari berat tubuh kalian, jadi kurang lebih antara 15 sampai 20 kilogram” tatapan Jalal kali ini kembali beralih ke semua mahasiswa yang berbaris didepannya

“Dan perlu kalian ingat juga pahami ! mendaki gunung sama seperti kegiatan petualangan lainnya, yang merupakan aktivitas olahraga berat, kegiatan ini memerlukan kondisi fisik yang prima ! karena mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang liar ! Kalian harus sadar bahwa akan ada banyak bahaya yang bakal menghadang nanti ! seperti suhu udara yang lebih dingin, hembusan angin yang kadang membekukan tubuh ! waspadai udara dingin biar tidak terkena hipotermia, kondisi hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan tergelincir serta risiko jatuhnya batu-batuan” Jalal melihat ke sekeliling lalu berhenti tepat di tempat Jodha berdiri seraya berkata

“Kalau kalian merasa tidak sanggup, katakan sekarang juga ! Jangan sampai kalian menyesal atau membuat kekacauan dalam perjalanan nanti, apalagi buat kalian yang bukan anggota mapala ! Pikirkan saat ini juga ! Masih ada waktu untuk mundur !” kali ini giliran Jodha menatap Jalal tajam, semuanya terdiam, tidak ada yang merasa keberatan atau mundur dari barisan

“Baiklah ! Kalian mengerti ???” teriakan Jalal langsung disambut riuh suara para mahasiswa “okey ! Kalau kalian membutuhkan sesuatu atau ingin bertanya, jangan sungkan untuk bertanya pada panitia ! Kami akan selalu membantu kalian ! Dan jangan keluar dari rombongan ! Itu penting !” semua orang bergumam

“Kalian sudah siap semuanya ! Kalau begitu sekarang kita bisa segera berangkat ! Sebelum berangkat, lebih baik kita berdoa dulu sesuai dengan keyakinan kita masing masing, berdoa mulai !” semuanya hening selama beberapa menit dan tak lama kemudian “berdoa selesai, silahkan kalian ambil ransel carrier kalian lalu segera menuju ke truk yang sudah kami sediakan di depan ! Sekian dan good luck !” Jalal segera berbalik menuju ke rombongan teman temannya para senior mapala, sementara Jodha dan Rukayah segera mengambil ransel carriernya di teras kampus

“Aku merasa kalau Jalal tidak suka dengan aku ya, Ruku” Rukayah tertegun sambil mengambil ranselnya

“Kenapa bisa begitu, Jo ?” Jodha hanya mengendikkan bahunya sambil menggendong ranselnya di punggung

“Mungkin karena aku bukan anggota mapala kali, makanya dia wanti wanti terus dalam orasinya tadi, kamu dengar kan berkali kali dia bilang, naik gunung bukan seperti jalan jalan di mall, yang bukan anggota mapala diminta untuk berpikir ulang” Rukayah tersenyum sambil mengelus lengan Jodha

“Dia bicara seperti itu karena dia ingin kita mempunyai niat yang kuat, Jo ,,, kalau kita ini memang niat untuk naik gunung, aku sangat menghargai niatmu untuk menemani aku dalam perjalanan ini, kamu kan memang sahabatku yang sangat baik” Jodha membalas senyum Rukayah hingga sampailah mereka di depan truk yang akan membawa mereka pergi, satu per satu mahasiswa yang ikutan mapala naik ke atas truk dengan bantuan para senior yang sudah ada diatas truk dan menarik mereka ke dalam, hingga giliran Rukayah dan Jodha, dilihatnya Jalal mengulurkan tangannya ke arah mereka, Jodha menyuruh Rukayah lebih dulu untuk naik, Rukayah segera menyambut tangan Jalal dan Jalal menarik Rukayah masuk ke dalam truk, lalu giliran Jodha, kembali Jalal mengulurkan tangannya ke arah Jodha, Jodha menatapnya, lalu menyambut uluran tangan Jalal, Jalal segera menariknya tepat ke arah tubuhnya sendiri sehingga jarak di antara mereka sangatlah dekat, mata mereka berdua saling bertatapan cukup lama, mereka berdua bagaikan kutub magnet yang saling tarik menarik satu sama lain, hingga tanpa sadar banyak orang yang memperhatikan tingkah mereka… Deja Vu bag 4 by Sally Diandra.