Sinopsis Ashoka Samrat episode 108 by Mey Lest. Noor meyakinkan Khorasan kalau Justin tidak terlibat dalam konspirasi itu, “dia pergi ke mandir untuk berdoa.” Khorasan tetap tidak percaya, “..sebanyak yang kutahu tentang Justis, dia tidak percaya pada doa dan sejenisnya. Dia tidak akan pergi ke Mandir.” Noor masih membela justin, “kenapa tidak? Tidak bisakan dia peri berdoa untuk ibunya? Kenapa anda selalu menyalahkan dia? Jangan lupa, dia telah menyelamakan aku dan Siamak.” Khorasan menegaskan, “aku tidak bisa mempercayai Justin karena dia orang Yunani. Ibunya selalu ingin menyingkirkan Bindusara dan menjadikan Justin raja. Sebelum pernikahan mu, Bindu telah di serang, kakakmu meninggal dalam serangan itu. Kita tidak tahu di mana keberadaan Bindusara, dan di sini, Helena menobatkan Justin sebagai raja.” Noor berkata dengan sangsi, “mungkin ibu suri Helena terlibat dalam semua ini, tapi Justin tidak.” Khorasan menjelaskan, “mungkin yang kau katakan benar, tapi dia tahu tentang ini. Jika seperti itu dan Raja Jiraj tertangkap maka Juatin akan di sebut kriminal.” Noor dengan nada cemas setengah sedih berkata, “aku mencintainya. Dia telah menyelamatkan aku dan Siamak.” Khorasan memaksa Norr mengatakan padanya sekali lagi, “apakah Justin tahu tentang konspirasi ini?” Siamak datang dan menjawab, “dia tahu tentang ini. Karena sebelum penyerangan dia memintaku dan ibu peri dari istana baru. Dia menyuruh prajurit membawa kami peri, tapi prajurit itu malah mengurung kami dalam ruangan di sana.” Khorasa terkejut mendengar penjelasan Siamak dan berpikir, “jika ku katakan hal ini pada samrat kalau Justin menyelamatkan Noor dan Siamak sebelum serangan, maka samrat akan mencurigai hubungan mereka.” Khorasan kemudian meminta Siamak agar tidak mengatakan tentang hal itu pada siapapun termasuk bindusara, “kita tidak bisa mempercayai siapapun sekarang.” Dengan ketus Khorasan menatap Noor dan pergi dari meninggalkannya.
Bindu, Ashok dan Justin tiba di mandir. Mereka bertiga masuk kedalam dan berdoa. Bindu memberi sembah pada Dewa sambil berucap, “Oom nama Syiwa..” Pendeta menyapa Bindu, “samrat, aku di beritahu kalau anda ingin melakukan havan untuk ibu suri Helena…” Bindu mengangguk. Pendeta meminta Bindu dan Justin untuk duduk depan altar. Bindu tanpa pikir panjang langsung duduk. Tapi Justin berpikir, “kalau aku duduk, maka aku tidak akan bisa berdiri lagi. Tapi aku kesini untuk menemui Raja Ji..” Ashok mengawasi Justin yang terlihat gugup. Justin hendak melangkah ketika Pendeta meminta agar ada yang mengambilkan air. Ashok mengajukan diri, “biar saya yang mengambilkan.” Tapi Justin mencegah, dia bilang dirinya ingin melakukan semuanya, agar dewa gembira dan mengabulkan doa-doa mereka, “biar aku yang aku saja yang mengambilkan air.” Bindu menawarkan diri untuk ikut bersama Justin. Tapi pendeta melarangnya, “jangan, anda sudah terlanjur duduk, tidak boleh bangun lagi.” Bindu menyuruh Ashok pergi bersama Justin. Tapi Justin menolak dan berkata kalau dia akan segera kembali, “biarkan Ashok menjagamu di sini.” Justin meminta tepat air dari pendeta. Justin kemudian pergi diiringi tatapan curiga Ashok.
Raja Ji duduk menyedihkan di dalam gua sambil memakan sesuatu untuk menganjal perutnya. Wajahnya terlihat susah dan tidak terurus. Sungguh keadaan yang memprihatinkan untuk ukuran seorang raja. Sambil menangis dia berkata-kata sendiri, “aku tidak tahu di mana Ahenkara dan Agnisika sekarang ini. Anakku Ahenkara pasti merindukan aku. Dia tidak terbiasa hidup tanpa aku.” Aakramak dan beberapa prajurit memasuki gua dari sisi yang lain. Raja Ji yang kebetulan hendak keluar dari gua melihatnya, Dia segera menyembunyikan diri. Di luar Gua Justin, tidak pergi ke sungai untuk mengambil air, tapi mencari Raja Jiraj. Diamelihat Aakramak yangs edang memeriksa Gua dan menjadi cemas.
Dalam gua, Raja Ji segera melepas semua atribut kebesarannya dan mencukur gundul rambutnya. Dia kemudian duduk disudut gua dengan tubuh setengah gemetar. Prajurit menemukannya dan menanyainya. Raja Ji dengan gugup berkata kalau dirinya tidak melakukan apa-apa. Prajurit bertanya, “kenapa kau ada di sini?” Raja ji menjawab kalau dirinya sedang mencari kambingnya. Prajurit kemudian menyuruh dia pergi. Raja Ji bergegas pergi dan hendak keluar gua saat dia menghadangnya dengan pedang terhunus. Raja Ji berpura-pura kalau dirinya petani. Tapi Justin tidak termakan tipuannya. Kata Justin, “kau melakonkan drama dengan baik, tapi akutahu siapa dirimu.” Justin mendekatkan ujung pedang ke leher raja Ji, “dengar baik-baik, kalau tidak aku akan memanggil prajurit. Haruskan aku?”
Setelah cukup lama Justin tidak juga kembali, Bindusara denga cemas bertanya pada pedneta, “apakah sungai kauh dari sini?” Pendeta menjawab, “tidak. Snagat dekat. Kita tidak punya banyak waktu untuk melakukan pemujaan.” Bindu segera menyuruh Ashok menyusul Justin. Ashok ragu, “bagaimana aku bisa meninggalkan anda seorang diri?” Tapi meminta agar Ashok tidak mengkhawatirkannya dan peria mencari Justin. Ashok kemudian pergi.
Aakramak masih mencari Raja Ji Raj. Dia memerintahkan prajurit agar tidak membiarkan pengkhianat itu melarikan diri. Aakramak melihat seseorang berlari dan segera mengejarnya. Aakramak berhasil menangkap Raja Ji yang telah menjadi botak dan memakai pakaina compang camping. Raja Ji masih berpura-pura dengan mengatakan kalau dirinya adalah petani. Aakramak dengan heran bertanya, “lalu kenapa kau lari saat melihat kami?” raja Ji memberi alasan, “aku telah melakukan perampokan. Jadi ku pikir anda akan menangkapku. Aku tidak akan mencuri lagi. Tolong lepaskan aku!” Aakramak mengangguk dan menyuruh raja Ji pergi. Dengan lega Raja Ji hendak beranjak peri, tapi Ashok datang dan berkata, “dia berbohong, dia adalah penjahat nya.” Aakramak terlihat bingung dan bertanya, “maksudmu Raja Jiraj?” Ashok menyahut, “ya achari, dia telah merubah penampilannya….” Ashoka menunjuk kalung yang di pakai Raja Ji untuk membuktikannya. Kalung yang sama yang di miliki Ahenkara. Aakramak menatap Raja Ji Raj dengan tatapan penuh selidik. Sebelum aakramak melakukan sesuatu, raja Ji dengan cepat mendorong tubuh Aakramak hingga terjadi, lalu melarikan diri. Ashok meloncat membantu Aakramak, tapi aakramak menyuruhnya mengejar raja Ji raj. raja Ji berlari cepat. Ashok mengambil batu dan melemparkannya kearah Raja Ji hingga dia tersungkur jatuh. Ashok mendekatinya. Raja Ji bangkit. Ashok menodongkan pedang chadnragupta kearahnya dan menyuruhnya agar menyerah demi Ahenkara. Raja Ji menangis mendengar nama ahenkara.
Bindu datang dan berkata, “kenapa kau berusaha membuat pengecut ini mengeri?” Raja Ji terkejut meihat Bindu, dan juga saat melihat Justin. Bindu mendekatinya, “kalau kau ingin balas dendam, maka kau harus bertarung denganku seperti seorang raja, seperti pejuang…” BIndu dengan kesal memarahi Raja Ji Raj dan mengancamnya agar mengatakan siapa orang yang menjadi rekan konspirasinya. Raja Ji berkata kalau dirinyapasti akan mengatakan siapa orang itu. Justin terlihat panik. Setelah puas, Bindu menyuruh prajurit menangkap Raja Jiraj. Prajurit datang dan membawa peri Raja Ji.
Bindu menatap Ashok dengan bangga, “hari ini kau telah mengangkat pedang chandragupta pada musuh Magadha. Dan membuktikan kalau kau berhak memilikinya. Kau memiliki kehormatan pedang ini!”
Di istana, Helena sudah bangun dari pingsannya dan sedang berbincang-bincang dengan Nikator ayahnya…Sinopsis Ashoka Samrat episode 109 by Mey Lest