Sinopsis Ashoka Samrat episode 119 by Sally Diandra. Di kamar Noor, Noor berusaha bangun dari pingsannya, Noor juga berusaha membangunkan Siamak, saat itu Dharma menemui Noor di kamarnya dan di lihatnya Noor sedikit pusing, Dharma segera menghampiri Noor “Apa yang terjadi, Maharani Noor ?” Dharma juga melihat Siamak tidak sadarkan diri “Bawa aku ke tempat pangeran Justin, aku ingin melihat dia sekali saja, mereka akan membunuhnya, aku harus melakukan sesuatu dan opium ini yang mempengaruhi kami” tiba tiba Noor pingsan kembali, Dharma terkejut.
Raja Jiraj dan Justin dibawa ke dalam tempat eksekusi kematian, Justin melihat Helena dengan tatapan yang sedih “Inilah contoh untuk semua orang yang berfikiran jahat tentang tanahku, mereka akan diberikan hukuman mati didepan banyak orang seperti ini, aku sangat berharap keputusanku ini bisa di terima oleh banyak orang” semua orang terdiam mendengarkan penuturan Bindusara “Raja Jiraj, apakah ada ingin kamu sampaikan ?” Helena dan Nicator nampak tertegun dan saling berpandang pandangan “Iya Samrat, aku ingin mengatakan sesuatu untuk terakhir kalinya” Raja Jiraj memandang ke arah Ahenkara anaknya dan saat itu Nicator berada disampingnya. Nicator memberikan kode untuk tidak mengatakannya “Kamu telah melaksanakan keadilan, aku meminta padamu didepan semua orang jangan hukum anakku atas semua kesalahan yang telah aku lakukan, dia itu tidak bersalah, berjanjilah padaku bahwa kamu akan menjaganya di Magadha dengan semua respekmu” ujar Raja Jiraj sedih sambil mengatupkan tangannya didepan dada “Ini adalah janjiku bahwa anakmu tidak akan dihina oleh siapapun” Raja Jiraj sangat berterima kasih pada Bindusara.
Akhirnya Raja Jiraj mendapat giliran pertama untuk di eksekusi, prajurit menyuruhnya untuk meletakkan kepalanya di lempeng besar tempat pemenggalan kepala, Raja Jiraj berlutut dan segera meletakkan kepala dan tangannya di lempeng tersebut, dari kejauhan Ahenkara tidak bisa melihat tontonan ini lebih lama lagi dan berusaha untuk menghentikannya namun Nicator segera mencengkramnya erat, algojo sudah siap hendak memenggal kepala Raja Jiraj tapi salah satu pendeta menghentikannya dan berkata “Samrat, aku ingin berbicara denganmu !” Bindusara hanya menganggukkan kepalanya “Sebelum kamu mengakhiri musuh musuh dari Magadha, kami para Brahmana ingin kepastian dari kamu bahwa apa yang terjadi hari ini tidak akan terjadi lagi di kemudian hari dan kamu harus segera mengumumkan putra mahkotamu yang akan membantu kamu dalam menangani permasalahan seperti ini, kami tidak meragukan kemampuan kamu tapi permasalahan yang kita hadapi saat ini, kami merasa hanya putra mahkotamu yang bisa mendukungmu dalam hal ini semua, anak anak sangat ketakutan karena insiden ini” Bindusara diam mendengarkan ucapan sang Brahmana “Aku akan segera mengambil keputusan itu” ujar Bindusara, Charumitra dan perdana menteri Khalatak saling melirik dengan senyuman yang penuh arti, mereka yakin rencana mereka berdua berhasil untuk menjadikan Sushima sebagai putra mahkota, sedangkan Khurasan nampak kurang suka dengan ucapan sang Brahmana, sementara ditempat Justin berdiri, Justin menengok ke kanan dan ke kiri mencari cari Noor dan Siamak, namun tidak ditemukannya mereka berdua disana.
Setelah sadar kembali, Dharma meminta Noor untuk meminum air putih, Noor pun bangun dan bertanya “Apakah mereka telah membunuh Justin ?”, “Belum, belum saat ini, Maharani” kemudian Dharma juga meminta Siamak untuk meminum air putih ketika di lihatnya Siamak juga tersadar dari pingsannya, Siamak pun terbangun dan memanggil nama Justin “Pengeran Justin” ujar Siamak dengan nada lemah, Dharma membantunya untuk bangun, Noor segera mengajak Siamak untuk keluar dari kamar itu “Ayoo Siamak ! Ayoo cepat ! Kita lihat pangeran Justin !” mereka berdua segera pergi berlalu meninggalkan Dharma yang tercengang dan kebingungan “Mengapa mereka sangat khawatir akan kematian pangeran Justin ?” ujar Dharma penasaran
Di tempat eksekusi Bindusara memberikan kode kepada algojo untuk segera mengeksekusi Raja Jiraj, sang algojo mengangkat kapaknya yang tajam dengan kedua tanganya, Ashoka segera mengalihkan perhatian Ahenkara dengan melemparkan kerikil kearah Ahenkara, membuat Ahenkara tersentak dan memandang kearah Ashoka tepat pada saat itu Raja Jiraj dipenggal kepalanya dengan kapak sang algojo, darah pun muncrat ke wajah sang algojo, semua orang yang hadir disana mengelu elu kan nama Bindusara “Hidup Samrat Bindusara ! Hidup Samrat Bindusara ! Hidup Samrat Bindusara !” Ahenkara tiba tiba hendak pingsan setelah melihat kepala ayahnya telah terpenggal, Ahenkara langsung dibawa pergi dari sana, Ashoka sangat sedih melihat penderitaan Ahenkara. Kemudian para rakyat kembali mengelu elukan agar Justin segera diberikan kematian juga, saat itu Noor dan Siamak sudah sampai sampai di balkon, dari tempat berdirinya Justin tersenyum bahagia begitu melihat mereka berdua “Pangeran Justin, apakah ada yang ingin kamu sampaikan sebelum kematianmu ?” Justin hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Bindusara sambil memperhatikan Noor dan Siamak “Kebungkamannya itu menandakan bahwa dia menerima tindakan kejahatannya ini” ujar Bindusara lagi, para prajurit menghampirinya dan membuka rantai yang ada ditubuhnya “Ibu, ibu tidak perlu melakukan hal ini” pinta Bindusara “Ini sangat diperlukan !” ujar Helena dingin kemudian berjalan menuju ke bawah ke halaman istana
Helena telah sampai di bawah di tempat eksekusi, Helena teringat ketika dirinya ingin memenggal kepala Bindusara, ketika dia ingin menjadikan Justin sebagai seorang Raja, ketika Justin memintanya untuk membimbing Siamak dan membuatnya menjadi seorang Raja, begitu sampai di tempat eksekusi, Justin menatap ibunya penuh haru dan bangga, mereka berdua saling berpandang pandangan cukup lama, kemudian Helena memberikan orasinya di depan semua rakyat Magadha “Kejahatan seorang anak adalan kegagalan orang tua, aku telah gagal ! Aku biasanya mengira bahwa jika aku memberikan perasaan cinta pada anakku maka dia akan mempunyai perasaan cinta dalam hatinya, dia hanya akan menunjukkan kasih sayangnya saja, meskipun dia telah melakukan kesalahan, aku selalu menunjukkan dengan rasa kasih sayang untuk kembali benar, aku tidak pernah mengangkat tanganku dihadapannya, aku tidak pernah menghukumnya dan hasilnya sekarang ada didepan kalian semua ! Dia telah menjadi seorang penghianat !” ujar Helena lantang sambil menunjuk kearah Justin, Justin hanya diam mendengarkan ucapan ibunya “Karena kejahatannya aku harus memilih antara perasaan keibuanku dan bangsaku dan aku telah memilih Magadha dan aku akan selalu memilih Magadha, aku telah melakukan kesalahan dengan tidak memberikan hukuman padanya sebelumnya, aku telah melahirkan kotoran ini dan aku akan mengakhirinya !” semua orang terkejut mendengar ucapan Helena yang tegar dan dingin dihadapan semua orang.
Dharma juga tidak percaya mendengarnya, kemudian semua rakyat mengelu elukan nama Helena dengan bangga “Hidup ibu suri Helena ! Hidup ibu suri Helena ! Hidup ibu suri Helena !” Helena menatap kearah Justin yang memandangnya dengan senyuman yang menawan seperti tidak akan terjadi apa apa pada dirinya, sang algojo memberikan kapak pada Helena namun Helena menolaknya, Helena telah membawa belatinya yang tajam yang telah dibawanya sedari tadi, Justin kembali tersenyum dan teringat masa kanak kanaknya ketika Helena memberikan hadiah itu padanya dan ketika dia berjanji bahwa suatu hari dia akan menulis sebuah sejarah dengan belati tersebut, Helena mendekat kearah Justin searaya berkata “Ini semua untuk Siamak !” Justin mengangguk “Ya ! Ini semua demi Siamak !” semua orang menatap kearah mereka berdua, Noor segera menutup mata Siamak dan memeluknya erat, tepat pada saat itu Helena segera menggorok leher Justin dengan belati tersebut, Justin terkulai lemas terjatuh di tanah dengan darah yang mengucur dari lehernya, Ashoka merasa jijik dengan tontonan yang dilihatnya barusan…. Sinopsis Ashoka Samrat episode 120 by Sally Diandra.