Sinopsis Ashoka Samrat episode 61 by Jonathan Bay. Subhrasi menyuruh Dharma mengantar Drupat ke sekolah bansgawan. Dharma menganguk. Dia kemudian mengajak Drupat pergi. Charu memarahi Noor karena membela pelayan, “ratu Noor, baik katamu kalau pelayan bicara di depan puteri Agnisika? Tidakkah kau tahu kalau puteri Agnisika adalah calon istri pengeran Justin?” Agnisika tersenyum melihat Noor di marahi Charu. Noor menatap Agnisika dengan tajan dan berkata, “dia memang akan menjadi istri pangeran Justin, tapi bagiku, dia adalah anak dari musuh kita, musuh yang di bunuh Samrat bindusara dalam perang!”
Terdengar teriakan keras Helena, “Noor..!” Semua terkejut dan menoleh kearah Helena yang terlihat kesal dan marah mendengar ejekan Noor pada Agni. Noor segera berdiri di ikuti para ratu dan agnisika. Helena mendekati Noor dan memarahinya, “bagaimana kau bisa berkata begitu pada menantuku? Minta maaf sekarang!” Agnisika menatap Noor penuh kemenangan. Noor dengan kesal melangkah pergi tanpa meminta maaf, di ikuti tatapan heran dari semua orang. Helena segera mendekati Agni dan memegang tanganya, “Agnisika, aku minta maaf..” Agni bertanya kenapa Helena minta maaf padanya? Helena menjawab, “karena rani Noor telah bersikap kasar padamu.” Agni sambil tersenyum mengatakan kalau selama ada Helena, “tidak ada seorangpun yang bisa mengalihkan aku dari tujuanku. Tujuanku adalah memenangi hati anak anda, pengeran Justin.”
Para pekerja Raja Ji mulai membangun istana. Raja Ji memperingatkan mereka, “ingatlah, tak seorangpun yang boleh datang ke lokasi.” Helena datang. Raja Ji mengatakan pendapatnya bahwa Justin harus segera di beritahu tentang rencana mereka, “jika dia mendengar rencana ini dari orang lain, dia akan merasa tidak baik. Apakah ada alasan untuk tidak mengatakan padanya, ibu suri? Apakah karena persahabatannya dengan Noor?” Helena dengan sedikit gusar menjawab, “jangan mempertanyakan aku seperti itu, pastikan saja kalau istana itu selesai di buat sebelum pernikahan.” Setelah berkata begitu Helena meninggalkan raja Ji. Raja Ji menatap kepergian Helena sambil berpikir.
Dharma dan Drupat tiba di sekolah bangsawan. Drupat melihat Sushim, dia segera berlari untuk menyapanya. Saat itu Sushim sedang merencanakan sesuatu untuk membuat Ashok tersingkir dari kompetisi. Melihat Drupat, Sushim dengan ramah menyapanya, “kau?” Dia lalu mengendong Drupat dan mendudukannya di kursi yang ada di podium. Drupat mengucapkan selamat pada Sushim karena mendapat tempat pertama. Sushim tertawa dan bertanya dengan siapa Drupat datang? Drupat menunjuk Dharma. Sushim menatap Dharma dan menyuruhnya pergi meninggalkan Drupat, karena dia yang akan menjaganya. Dharma menurut. Drupat bertanya apa yang di lakukan Sushim. Sushim berkata kalau dia sedang membuat konspirasi. Drupat meminta Sushim mengatakan padanya apa rencananya. Sushim tidak mau, “kau belum dewasa…” Drupat membujuk Sushim. Sushim berkata, “baiklah, tapi kau harus janji jangan mengatakannya pada siapapun. Kalau tidak aku akan menganggap dirimu belum dewasa.” Srupat berjanji. Sushim kemudian membisiki Drupat sesuatu. Drupat menatap Sushim dengan heran.
Dharma menunggu Drupat, dia berjalan-jalan di sekolah kerajaan. Dia mendengar 2 orang pelajar memuji penampilan Ashok di putaran ke dua. Mereka sambil berbisik berkata kalau Sushim tidak bisa menandingi Ashok. Dharma tersenyum senang mendengarnya. Dia lalu berjalan lagi dan melihat Ashoka sedang berbicara dengan vasu sambil memegang busur. Pada Vasu Ashok berkata, “jika ibuku adak di sini, dia pasti bahagia melihatku. Aku tahu aku mendapat berkatnya dan dia melihatku sambil mendoakan aku semoga menang.” Dharma tersenyum haru hingga menitikan airmata mendengar harapan Ashok. Ashok kemudian mengangkat busur dan panah, lalu menembak target, dan tepat mengenai sasaran. Dharma tersenyum bangga. Ashok merasakan kehadiran Dharma, dia menoleh kearah pilar di mana Dharma berdiri, “ma..” Tapi Dharma menyembunyikan diri. Ashok dengan kecewa membalikan badannya. Dharma mengintip Ashok lagi. Ashok hendak memanah lagi, tapi Vasu mengajaknya pergi. Dharma menatap kepergian Ashok denganberat hati.
Drupat datang dan mengajak Dharma pergi. Dhama mengangguk. Sambil mengandeng Drupat Dharma melangkah meninggalkan lorong sekolah. Ashok dan vasu berjalan di belakangnya menuju arah yang berbeda. Dharma menyempatkan diri menoleh menatap punggung Ashok. Drupat bertanya, “ada apa?” Dharma menggeleng dan tersenyum. Ashok yang berjalan bersama vasu merasakan kembali kehadiran Dharma, dia menoleh. Tapi Dharma sudah pergi. Ashok terlihat sedih. Vasu bertanya, “ada apa?” Ashok menggeleng sambil tersenyum, “tidak apa-apa..!”
Tiba di istana, Drupat merapikan dirinya. Pada Dharma dia berkata kalau dirinya sudah dewasa dan akan menyisir rambutnya sendiri. Dharma mengodanya, “kalau kau sudah dewasa, kenapa tidak mau minum susu waktu pagi?” Dharma kemudian pergi membenahi tempat tidur. Drupat menjawab, “entahlah! Tapi kak Sushim mengatakan kalau aku sudah dewasa karena itu dia memberitahuku tentang rencananya. Dan aku tidak akan memberitahu siapapun kalau kak Sushim akan membuat Ashok di keluarkan dari sekolah.” Dharma terkejut mendengarnya. Lalu tanpa memikirkan apa-apa lagi, dia segera bergegas pergi meninggalkan Drupat yang memanggilnya dengan kecewa. Di sekolah, Sushim sedang membicarakan rencananya dengan Jeet dan Subaho.
Ashok sedang berjalan di lorong sekolah dengan Siamak. Subaho mengintipnya dari balik pilar sambil tersenyum licik. Subaho segera memberitahu Sushim tentang itu. Sushim memberi isyarat pada Indrajeet untuk menjalankan rencananya. Berdua dengan Suhabo, jeet menarik tangan seseorang yang mirip Vasu dengan paksa. Mereka sengaja lewat di depan Ashok dengan pura-pura tak melihat. Ashok dan Siamak melihatnya. Keduanya terlihat penasaran. Ashok berkata kalau yang di seret mereka sepertinya adalah vasu, “Sushim pasti akan memukulinya karena memihak aku.” Ashok hendak berlari mengejar. Tapi Siamak menahannya, “kita tidak bisa pergi keluar setelah waktu pelajaran habis. Kalau sampai matahari tenggelam belum kembali, mereka akan menghukummu. Kau bahkan bisa di keluarkan dari kompetisi.” Tapi Ashok sudah bertekad akan menolong Vasu, “kompetisi tidak lebih penting dari Vasu. Aku akan pergi!” Ashok kemudian berlari pergi.
Sushim dan teman-temannya menyeret orang itu ke hutan. Ashok berhasil mengejarnya, “pangeran Sushim!” Sushim dan teman-temannya menoleh. Ashok menyuruh Sushim melepaskan Vasu. Tapi Sushim tidak peduli. Dia menyuruh teman-temannya bergegas pergi. Ashok mengejarnya.
Dharma tiba di depan pintu kamar Chanakya. Dan bertanya tentangnya pada pengawal. Tapi pengawal mengatakan kalau Chanakya tidak ada di tempat. Dharma menanyakan radhagupta. Pengawal menjawab Rdhagupta juga tidak ada di tempat. Dharma menjadi bingung dan panik. Pengawal menanyainya. tapi Dharma tidak menjawab, dia bergegas pergi.
Saat itu, Chanakya sedang membahas tentang konpsirasi raja Ji dan Helena bersama murid-muridnya. Kata Chanakya, “Nicator akan datang ke sini untuk menghadiri pernikahan Justin. Helena, Nicator dan raja ji adalah musuh terbesar Magadha dan mereka semua ada di sini. Besok mereka bertiga akan bertemu dalam perayaan. Ada konspirasi dan kita harus menemukan petunjuk..”
Ashok mengejar Sushim tapi dia kehilangan jejak mereka. Ashok berhenti untuk berpikir. Tiba-tiba beberapa prajurit mengelilingi Ashok sambil menodongkan pedang. Sushim datang dan menghampiri Ashok. Sushim berkata, “aku ingin menghajarmu, tapi aku harus pergi kesekolah sebelum matahari ternggelam. Dan kau tidak akan tiba di sana tepat waktu. Kau akan di keluarkan dari kompetisi. Prajuritku tidak akan membiarkan kau pergi..” Sushim menepuk pipi Ashok dan beranjak pergi. Ashok memanggilnya, “pangeran Sushim…!” Sushim membalikan badan dan berkata pada prajuritnya, “kalau dia mencoba untuk lari, kalian tahu apa yang harus dilakukan.” Para prajurit itu mengangguk mengerti.
Siamak dengan gelisah menunggu Ashok di depan pintu gerbang sekolah. Vasu datang. Siamak bertanya, “Vasunada? Ashok mana?” Vasu yang tidak tahu apa-apa balik bertanya, “Ashok? Aku tidak tahu.” Vasu memeritahu kalau dirinya di kunci di kamar mandi oleh Sushim. Dharma mendengarkan pembicaran itu. Siamak dengan cemas berkata, “ini pasti rencana kak Sushima. Dia membuat seolah-olah sedang menyeretmu keluar dan Ashok akan pergi menolongmu. Entah di mana dia sekarang..!” Dharma segera berlari mencari Ashoka. Siamak dan Vasu juga pergi untuk mencari Ashok.
Dharma berlari di hutan dengan perasaan cemas dan panik. Sementara Ashok di kurung oleh prajurit dalam kerangkeng besi. Mereka tertawa-tawa melihat Ashok mengoyang-goyang kerangkeng mencari jalan keluar. Dharma terus mencari Ashok. Dia berguman sendiri, “aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu, Ashok.” Sambil berusaha melepaskan diri, Ashok beprikir, “aku harus segera kembali ke sekolah bagaimanapun caranya sebelum malam datang.” Dia melihat gayung air dan selendang yang melilit pinggangnya. Ashok terpikirkan sesuatu. Tapi melihat para penjaga mengawasinya, Ashok kemudian pura-pura letih dan jatuh tertidur. Melihat itu, prajurit juga sepakat untuk beristirahat. Mereka semua juga tertidur. Melihat prajurit tertidur, Ashok segera menjalankan rencananya. Dia mengikat selendang di jeruji kerangkeng sedemikian rupa lalu menggunakankayu gayung untuk memutarnya.
Dharma tiba di hutan. Dia hendak berlari lagi ketika matanya ternampak tali di tanah. Dharma juga melihat jejak mencurigakan. Dia menjadi panik. Dan dalam kepanikannya dia terus berdoa, memohon agar dewa menyelamatkan putranya…. Sinopsis Ashoka Samrat episode 62 by Jonathan Bay