Sinopsis Ashoka Samrat episode 68 by Jonathan Bay. Sushim mencoba untuk keluar dari daerah berkabut. Dia mengajak teman-temannya untuk berlari, mereka menurut. Di sisi lain, Ashok membuat tali dari selendangnya. Dia kemudian menaiki pohon yang tinggi dan mengikatkan tali itu di dahan. Setelah yakin talinya cuckup kuat, Ashok merosot turun dan memberitahu teman-temannya, “kita akan menggunakan tali untuk pergi dari tempat ini. Kita akan menaiki pohon itu dan berayun…” Tim Sushim sudah berhasil melintasi daerah berkabut dan tiba di tempat peristirahatan.
Ashok memberi contoh yang pertama kali. Lalu di ikuti Siamak, Subaho, dan yang lainnya. Siswa terakhir yang sedang berayun, terkena anak panah dan jatuh ketanah. Semua terkejut melihat itu. Ashok hendak menolong siswa itu, tapi siamak melarang, “kau tak bisa kembali kesana.” Dengan putus asa si siswa meniup pluitnya. Ashok menjadi sedih.
Seorang prajurit memberitahu achari Shrist dan Aakramak kalau tim sushim berhasil melewati jalur pertama. Aakramak bertanya, “bagaimana dengan tim Siamak?” Prajurit menjawab kalau tidak ada kabar dari mereka.
Siamak mengajak Ashok pergi dari tempat itu. Dengan berat hati Ashok dan teman-temannya melanjutkan perjalanan menuju ketempat peristirahatan. Tim Sushim sudah ada di sana. Siamak dan Tim nya pun terlah berhasil melewati jalur pertama. Sushim dengan heran berkata, “mereka berhasil melewati daerah berkabut juga.” Inderjet pun heran, “tanpa senjata?” vasu menjawab dengan bangga, “karena mereka punya vanraj dalam kelompoknya..” Sushim menatap vasu dengan ketus. Siamak dan tim nya tiba di tempat peristirahatan. Sushim menatap Siamak dengan sirik. Mataharipun tenggelam. Prajurit memberi tahu kedua tim kalau mereka harus bermalam di tempat itu dan jika pertengkaran terjadi antara mereka, maka itu akan mempegaruhi kompetisi.
Prajurit kembali mengabari para achari kalau kedua tim sudah melewati jalur pertama dan masing-masing kehilangan satu anggotanya. Achari Kita dengan heran bertanya, “tim Siamak tertinggal jauh di belakang, lalu bagaimana mereka bisa sampai di sana?” Parjurit memberitahu kalau Ashok mengunakan kecerdasannya dan berhasil membawa timnya keluar dari daerah berkabut. Aakrama tersenyum puas, “aku tahu Ashok dapat di andalkan oleh tim nya.” Achari Shrist menyahut, “kedua tim sama-sama kuat, kita harus menunggu sampai besok.” Aakramak mengajak mereka melihat siswa mana yang tersingkir dari tim nya.
Malamnya, kedua tim sedang duduk di depan tendanya masing-masing. Inderjeet mengejek tim Siamak karena mereka tidak punya apapun untuk di makan. Dia memuji Sushim yang sangat cerdik dengan mengambil semuanya. Temannya yang lain juga mengatakan hal serupa, hanya vasu yang tidak berkomentar apa-apa. Mendengar ejekan itu, Siamak merasa panas hati dan hendak menghampiri mereka. Tapi Ashok mencegahnya, “tidak pangeran siamak, mereka hanya ingin memprovokasimu sehingga kau melakukan sesuatu yang tidak benar.” Siamak menuruti apa kata Ashok. Subaho berdiri dari duduknya dan berkata, “aku temannya Sushim, jika aku yang minta, mereka pasti akan memberi.” Siamak mengingatkan Subaho, “mereka bahkan tidak menolongmu ketika kau dalam masalah, bagaimana kau berharap mereka akan membantumu sekarang?….” Sushim dengan sinis berkata dengan keras, “tak ada teman dalam kompetisi. Dan SIamak, jika kau mau melihatku sebagai panutan maka kau akan mendapat keberuntungan. Kau akan berlajar banyak dariku.” SIamak menyahut dengan suara keras, “ya aku dapat belajar banyak darimu, bagaimana mencuri barang orang lain, bagaimana berbohong, bagaimana menghajar orang. Kau tak akan pernah bisa menjadi panutanku karena kau tidak punya kepribadian.” Sushim mebalas, “kalian semua akan gila karenak elaparan. Mundurlah dari kompetisi ini dan kalian akan mendapatkan makanan.”
Ashok melihat temannya memegangi perut karena lapar. Ashok berkata pada temannya itu, “jangan khawatir, aku akan mencari makanan untuk kalian.” Siamak melarang karena di hutan banyak binatang buas. Ashok menepuk pundak Siamak, “jangan khawatir pangeran Siamak, aku akan kembali dengan selamat.” Siamak menawarkan diri untuk ikut bersama Ashok. Tapi Ashok melarangnya, “anda di perlukan di sini. Anda bisa mengalihkan perhatian penjaga itu sehingga aku bisa menyelinap pergi.” Siamak mengangguk. Dia segera berlari ke arah seorang prajurit dan mengajaknya bercaka-cakap. Saat parjurit itu lengah, Ashok dengan hati-hati menyelinap pergi. Tapi sayang, Sushim melihatnya dan dengan licik dia berkata, “anak murahan, akhirmu sudah datang.”
Noor menulis surat untuk Justin. Dalam suratnya Noor menulis, “aku takut kehilanganmu. Kecemburuanku menyakitimu. Kau menyukai semua ini. Temuilah aku sekali saja. AKu akan merasa tenang. Aku akan menunggumu malam ini… Noormu.” Noor melipat surat itu dan memberikannya pada pelayan, “aku memberikan hidupku padamu, surat ini harus sampai pada Jutin.” Pelayan meminta Noor memikirkannya sekali lagi, “bagaimana anda akan bertemu pangeran Justin?” Noor menyahut, “berikan saja surat ini padanya. Karena semua pria adalah sama. Jika kau melonggarkan cengkeramanmu pada mereka maka mereka akan pergi pada wanita lain. Dan agnisika itu sedang mencoba untuk memikat Justin. Tapi sekarang aku harus mengingatkan Justin bahwa tak seorangpun bisa mengambil tempat di hatinya kecuali aku.”
Ashok tiba di hutan. Sepanjang perjalanan dia menandai pepohonan agar tidak lupa jalan pulang. Dia mendengar suara ribut beberapa binatang. Ashok tidak sadar kalau Sushim membuntutinya. Dia membawa busur dan anak panah serta botol berisi racun. Ashok mengamati daerah sekitar. Sushim bersembunyi di belakang pohon dan menyiapkan senjatanya. Dia mengolesi anak panah dengan racun sambil menyerigai penuh harap, “anak panah beracun ini akan menegenaimu dan kau akan mati seketika.” Sushim bersiap-siap untuk membidik anak panah kearah Ashoka.
Di istana Patliputra, Dharma terlihat gelisah. Dia terbangun dari tidurnya sambil meneriakan nama Ashoka. Subhrasi yang tidur di ranjang tak jauh darinya terbangun dan dengan heran bertanya, “Siwika, ada apa? Kau baik-baik saja?” Dharma tidak menjawab, dia coba menenangkan diri. Subhrasi segera turun dari tempat tidurnya, menuang air dan menghampiri Dharma. Melihat Subhrasi membawakan air untuknya, Dharma merasa tidak enak hati. Dia segera bergegas menyambutnya. Subhrasi memberikan gelas minuman pada Dharma dan menyuruhnya minum. Dharma meminum air itu dan mengucapkan terima kasih. Subhrasi menyuruhnya tidur kembali.
Sushim hendak melepaskan anak panahnya kearah Ashok, tapi Ashok beranjak pergi. Sushim mengikutinya. Ashok menemukan pohon yang memiliki banyak buah. Dia hendak menaiki pohon itu ketika dia teringat nasehat Dharma, “pohon ada yang berhantu, jika ada hantunya maka burung tidak akan hinggap di sana.” Sushim melihat Ashok berdiri, dia siap membidik. Ashok berjongkok untuk mengambil batu. Sushim menjadi dongkol sendiri karena sasarannya bergarak. Ashok melempar batu kearah pohon, burung-burung berterbangan dari dahannya. Ashok tersenyum puas.
Di kemah, Siamak dan tim nya masih terjaga. Siamak mengkhawatirkan Ashok. Tim Sushim sudah tidur semua. Vasu terbangun lalu membangunkan Jeet dan Abbay, “Sushim kemana?” Jeet melarang Vasu mengkhawatirkan Sushim dan menyuruhnya tidur lagi.
Ashok berhasil mendapatkan banyak buah. Dia turun dari pohon dan memungguti buah yang berserakan di tanah lalu menyimpanya dalam kain warna merah. Sedang Asyik Ashok merapikan buntelannya, tiba-tiba sebuah anak panah meluncur kearahnya. Ashok menghidar dengan kaget… Sinopsis Ashoka Samrat episode 69 by Jonathan Bay