Sinopsis Ashoka Samrat episode 69 by Jonathan bay. Sushim memanah Ashoka, sayangnya anak panah itu hanya mengenai buntalan Ashok lalu terpelanting dan menancap di tanah. Ashok tertegun kaget. Melihat usahanya gagal, Sushim segera menyembunyikan diri. Ashok menatap sekeliling mencari si pembokong, “siapa yang melepaskan anak panah padaku? siapa yang dapat berada di sini? Mengapa ada orang menyerangku?” Selagi Ashok bingung dan heran, Vasu datang. Sushim menangkapnya, “apa yang kau inginkan?” vasu berkata, “kau melakukan sesuatu yang tidak benar. Kalau ingin menang, maka seranglah dari depan, jangan dari belakang seperti pengecut. Kau manusia hina, Ini akan menjadi penghinaan bagi Magadha kalau orang sepertimu menjadi raja.” Sushim mengeluarkan pisau dan melukai lengan Vasu, lalu mendorongnya ketanah dengan kasar. Vasu pingsan. Sushim dengan marah meninggalkannya begitu saja. Ashok berkeliling untuk melihat siapa yang telah memanahnya. Dia terkejut saat melihat vasu tergeletak di tanah. Ashok bergegas menghampirinya, “Vasunanda?” Ashok mengoyang tubuh vasu, tapi vasu tak bergerak. Ashok membatin, siapapun yang menyerang vasu pasti orang yang sama yang telah menyerang dirinya. Ashok akhirnya mengotong tubuh vasu dan membawanya kembali ke kemah.
Noor sedang menaburkan kelopak bunga ke tempat tidurnya. Khorasan datang di belakangnya, dia menatap Noor dengan curiga, “Noor??” Noor terkejut dan menoleh kearah khorasan. Khorasan menepis nampan yang ada di tangan Noor hingga terbalik di tanah. Khorasan dengan marah menegur Noor, “kau telah melampaui batas, Noor. Kakakmu telah mengorbankan nyawanya untuk samrat bindusara dan di sisi lain kau telah mencoreng namanya. Aku punya harapan yang besar padamu, tapi seperinya tidak akan terjadi. Anakku telah mengorbankan nyawanya untuk mu.” Noor balas berkata, “jika kematian di anggap pengorbanan, maka aku telah mati ratusan kali selama bertahun-tahun. Aku telah berkorban lebih darimu, ayah. Dan satu-satunya yang membuatku tetap hidup adalah Cinta Justin. Bukan aku yang tidak setia, tapi samrat. DIa mencintai orang lain ketika aku telah menjadi istrinya. Dia hanya mengingat satu nama, bahkan dalam tidurnya, yaitu nama Dharma. Pernahkan anda pikirkan bagaimana perasaanku? Jika dia menjadi dekat denganku, maka dia akan merasa kalau dirinya mencurangi Dharma. Dia tidak mencintaiku.” Khorasan menyela, “aku telah membunuh Dharma demi dirimu, tapi kau tidak dapat membuat samrat jatuh cinta padamu. Dan kau malah memanfaatkan Justin yang murahan itu.” Noor membalas tak kalah ketusnya, “kau membunuh Dharma untuk dirimu sendiri, karena kau takut anak Dharma akan menjadi raja. Seharusnya kau membunuhku.” Khorasan berkata dengan nada mengancam, “aku akan menjadikan Siamak raja bagaimanapun caranya dan aku dapat membunuh siapapun demi itu, apakah dia Khurasani atau Yunani!” Lalu Khorasan pergi meninggalkan Noor yang menatap kepergiannya dengan gusar.
Ashok membawa Vasu yang pingsan ke tendanya. Siamak menegurnya karena itu melanggar peraturan, “kau tidak boleh membawa anggota tim lain ke sini.” Ashok menjawab, “apakah kompetisi lebih penting dari teman kita? Seseorang menyerangnya, dia tidak aman di sana.” Siamak bertanya, “siapa yang menyerangnya?” Ashok memberitahu Siamak kalau dirinya juga di serang. Siamak langsung mencurigai Sushim. Siswa yang lain mengatakan mungkin Sushim mengirim vasu ke sini untuk mengetahui rencana mereka. Ashok tidak setuju, “tidak, vasu adalah teman kita.” Subaho menyela, “dia teman Sushim, biasa berkeliaran di sekitarnya, dia tak mungkin menjadi temanmu dengan segera. Aku tahu Sushim. Mungkin Vasu bersikap sebagai temanmu karena di suruh Sushim..” Ashok membalikan kata-kata Subaho dengan pintar, “kalau begitu seharusnya aku tidak percaya padamu, karena kau juga teman Sushim.” Subaho menggeleng, “aku bukan temannya lagi. Dia tidak menyelamatkan aku dari rawa. Aku sadar aku telah memilih orang yang salah sebagai temanku. Dia tidak tahu nilai kemanusiaan apalagi persahabatan.”
Justin gelisah di kamarnya. Khorasan menemuinya. Justin menyapanya, “senopati Khorasan anda ke sini? apakah semua baik-baik saja?” Khorasan dengan ketus menjawab, “tidak. Aku mendapat tahu seseorang telah menipu samrat Bindusara.” Justin bertanya, “siapa dia?” Khorasan menatap Justin dengan penuh selidik, “seseorang yang menentang samrat dan yang ingin mencoreng kehormatan samrat, aku bisa menghabisinya karena itu.” Justin dengan heran bertanya, “kalau begitu pergilah, kenapa kau datang kesini?” Khorasan dengan ketus menjawab, “aku ingin menunjukan cermin padamu.” Justin meminta Khorasan agar tidak menyalahkan dirinya. Khorasa dengan kesal berkata, “dia kakakmu, kau seharusnya merasa malu berselingkuh dnegan istri saudaramu…” Khorasan menghunuskan pedangnya ke leher Justin. Justin mejadi tegang. Khorasan berkata, “aku tahu apa yang terjadi antara kau dan Noor. Jangan bohong padaku. Apapun yang terjadi antara kalian, harus berakhir sekarang kalau tidak aku akan mengakhirinya dengan caraku.” Justin menjadi gugup, “kau..!” Khorasan mengancam Justin, “lakukan apa yang kukatakan, atau aku akan ambil keputusan.” Setelah berkata begitu, Khorasan meninggalkan kamar Justin.
Vasu tersadar dan menceritakan pada Tim Siamak kalau Sushim ada di hutan dan telah menyerangnya. Subaho dengan sangsi berkata, “aku tidak percaya padanya.” Ashok membela Vasu, “dia mengatakan yang sebenarnya. AKu percaya dia tidak terlibat dengan Sushim.” Siamak mendukung Ashok, “kalau kau berkata begitu, maka apakah aku menerimanya, Ashok?” Subaho memberitahu mereka kalau Sushim bisa melakukan apa saja untuk memenangkan kompetisi, “kau pikir dia akan menyerang anggota timnya? Apakah kau pikir dia bisa meleset kalau memang ingin memanah Ashok? Ini semua adalah rencananya.” Siamak menengahi, “mungkin ini semua rencana Sushim. Tapi aku tidak bisa mengambil keputusan yang bisa mempengaruhi tim ku.” Ashok masih berusaha, “kalau kita berpikir seperi ini, jika kita tidak mempercayai vasu, lalu apa bedanya kita dengan Sushim?” Siamak menggeleng, “tidak, aku tidak bisa mempercayai vasu. Dia harus pergi dari sini.” Vasu terlihat sedih, “aku mengerti Siamak dan aku bisa menerima keputusanmu.” Vasu kemudian meniup pluitnya dan mengundurkan diri dari kompetisi. Ashok tak sempat mencegahnya, “tidak teman, apa yang kau lakukan?” Vasu berkata, “ini satu-saunya cara untuk melindungi harga diriku. Persahabatan kita sangat besar, Sushim dapat melakukan apa saja untuk menang. Berjanjilah padaku, kau akan menghancurkan ego Sushim dengan memenangi kompetisi ini.” Ashok mengangguk. Prajurit datang untuk menjemput Vasu dan membawanya pergi.
Noor sedang menangis di kamarnya. Justin datang dengan wajah keruh, “rencana yang bagus untuk membatalkan pernikahanku dengan Agnisika. Kenapa kau katakan yang sebenarnya pada Mir? kau pikir dengan mengatakan ini pada Mir dia akan menyebarkan kabar ini dan kemudian Agni akan berkata tidak pada pernikahan kita?” Noor berdiri dari duduknya, “apa yang kau katakan Justin? kau salah paham!” Justin dengan kesal berkata, “apa yang kau ingin lakukan, sesuatu yang lain yang terjadi. Mir datang padaku. Dia sangat marah dan memintaku untuk menjauhimu. Bagaimana kalau dia mengatakan segalanya pada samrat? Jika ini tentang keadilan, maka samrat tidak akan berpikir dua kali untuk menghukum kita. Dia akan menjadikan kita contoh dengan menghukum mati kita. Kau harus membuat Mir percaya kalau hubungan kita sudah berakhir. Menjauhlah dariku. Bencilah aku tapi buatlah dia percaya ini.” Noor dengan sedih bertanya, “lalu apa yang akan terjadi kemudian? Apakah cintamu dan cintaku padamu telah berakhir?” Justin dengan tegas menjawab, “itu tidak akan terjadi. Tapi aku tidak ingin mati dan itu adalah cara mati yang memalukan.” Noor dengan ketus berkata, “kau pengecut! Ketakutan karena satu peringatan. Jika samrat menanyai kita maka kau akan melimpahkan kesalahan padaku. AKu tidak mengatakan apapun pada ayahku. Dia mendapat tahu dengan melihat kecemburuanku. Jika kau tidak pergi ke Ani maka ini tidak akan terjadi.” Justin membalas, ‘kalau kau percaya padaku, maka kau tidak akan cemburu. Kita telah melindungi hubungan kita tapi sekarang ini telah menjadi kelemahan kita dan semua itu karena kesalahanmu. Sekarang kau harus menanganinya.” Justin dengan marah dan kesal meninggalkan Noor yang menatap kepergian Justin dengan tatapan terluka. Noor berkata, “betul, sekarang aku harus menangani semuanya karena kau pengecut dan tidak dapat menolong siapapun. Tapi aku akan membantumu. Aku akan memberimu alasan untuk tidak menikahi Agnisika. Jika kau tidak menjadi milikku, maka aku tidak akan membiarkan orang lain memilikimu. Aku sangat mencintaimu!”
Siamak teringat bagaimana Sushim mengatakan padanya kalau tidak ada saudara dalam kompetisi. Siamak berkata pada timnya, “kita akan menyerang tim Sushim besok. Balas kecurangan dengan kecurangan.” Ashok tidak setuju, “ini tidak benar.” Siamak berkata kalau dirinya sudah mengambil keputusan, “ini semua tentang kemenangan sekarang.” Ashok berkata, “aku bisa memberikan hidupku untuk keputusan jika itu benar.” Siamak bersikeras, “aku sudah mengambil keputusan dan kau harus mengikutinya.” Ashok mengingatkan, “tidak ada gunanya kemenangan kalau seperi ini.” Siamak menanyai Ashok, “jadi kau ingin kalah?” Ashok mengingatkan, “kita tidak akan menang dengan melakukan kecurangan.” Siamak memberitahu Ashok kalau sangat penting baginya untuk memenangkan kompetisi ini dan kompetisi ini tidak punya aturan , “aku tidak boleh kalah.” Ashok berkata dengan kecewa, “kau bukan pejuang kalau kau meninggalkan keyakinanmu karena takut kalah.” Siamak menjadi kesal. Ashok berkata lagi, “aku tidak akan menghentikan dirimu, tapi aku tidak akan ikut serta denganmu kali ini.” Siamak kecewa, tapi tidak putus asa. Dia bertanya pada anggota timnya yang lain, “apakah kalian siap?” Mereka menjawab kalau mereka akan mengambil kembali barang-barang yang di rebut dari mereka.
Pagi harinya, Siamak dan 2 orang temannya, mendatangi kemah Sushim. Tim Sushim masih tertidur. Dengan cepat SIamak cs mencari barang-barang yang mereka rasa adalah hak mereka dan membawanya pergi. Satu buah terjatuh dan menyentuh tangan Jeet. Jeet terbangun, dia melihat Tim Siamak berlari dari dalam tendanya sambil membawa barang-barang. Jeet berteriak membangunkan Sushim Cs. Sushim memnyuruh tim nya mengejar dan merebut kembali barang-barang itu. Dia sendiri mengambil senjatanya lalu turut melakukan pengejaran. Sushim melihat Siamak berlari dengan membawa barang-barang curiannya. Sushim segera memasang anak panah dan menarik busur dengan target siamak. Siamak terus berlari. Sushim membidiknya. Anak panah menancap tepat dibetis Siamak. Siamak berteriak kesakitan. Ashok datang menolongnya, “pangeran… pangeran!” Ashok dengan bingung mencoba membantu Siamak yang berteriak kesakitan. Sushim menatap mereka dengan tatapan puas, “sekarang kau tidak akan menjadi raja…” Sinopsis Ashoka Samrat episode 70 by Jonathan Bay