Sinopsis Ashoka Samrat episode 78 by Jonathan bay. Ashok masih berdiri didepan mandir dan masih mengeluh, “aku tidak punya cara untuk membuktikan diriku sendiri sekarang…!” Chanakya menyahuti, “biarlah yang lalu berlalu…” Ashok menoleh kearah Chanakya. Chanakya melanjutkan, “kita selalu punya pilihan, pikirkan tentang itu.” Ashok menghampiri Chanakya, “bagiamana? AKu sudah mencoba memberitahu samrat bindusara tentang kebenarannya, tapi dia terlalu gembira dengan kemenangan anaknya hingga dia tidak mengerti kalau anaknya berbuat curang di semua putaran. Dia bilang aku tidak bisa menjadi juara pertama lalu bagaimana dia bisa percaya padaku?” Chanakya menenangkan Ashok, “kau telah melakukan yang benar tapi jika kau katakan yang sebenarnya maka semua orang akan berpikir kalau dirimu menangis karena kalah. Kebenarannya hanya Sushim yang tahu. Tidak ada yang tahu apa yang sudah terjadi di kompetisi. Yang kami tahu Sushim mempunyai pedang kerajaan.” Ashok menyahut keras, “ini curang dan tidak adil denganku. Dan anda membelanya.” Chanakya menyahut kalem, “benar, ini tidak adil, dan ketidak adilan sudah terjadi pada Magadha karena telah mendapatkan ahli waris yang salah.”
Charu sedang bermain catur dengan Subhrasi. Subhrasi mengajak Noor agar datang dan ikut bermain. Noor menjaab kalau dirinya sedang tidak mood. Agni datang dan mengodanya, “apakah kau takut kalah, rani Noor?” Noor menjawab dengan ketus, “menang atau kalah tidak tergantung pada permainan. Itu dapat di amati juga.” Helena juga datang dan menyampaikan pada semua kalau pernikahan akan di lakukan dengan tradisi Yunani.” Charu menyahut, “jangan khawatir, kita akan mengadakan acara pernikahan yang besar.” Helena meminta Dharma untuk mengawasi semuanya, “karena kau telah menyelamatkan Agni, aku memberikan kehormatan itu padamu.” Dharma mengangguk setuju. Helena memberitahu Agni kalau dirinya sangat ingin punya anak perempuan dan ingin mengadakan pesta pernikahannya dengan adat Yunani, “apakah kau akan mengizinkan aku melakukan itu?” Agni tidak bisa memutuskan, “aku akan menanyakannya apda paman Raja.”
Raja Ji sepertinya keberatan mendengar penuturan Aganisika, pada Helena raja Ji berkata, “kita memang mitra tapi itu bukan berarti aku akan setuju pada apapun yang kau katakan. Bagaimana aku menjawab pada rakyatku jika mereka bertanya kenapa kita melakukan pernikahan dengan tradisi Yunani saja?” Helena memarahi raja Ji, “kalau kau tidak mengikuti saranku, kau akan mati!” Agni terkejut dan bertanya, “apakah anda mengancam paman?” Helena menjawab kalau dirinya hanya melindungi keselamatannya, “dalah tradisi India selalu menggunakan api di Mandap dan jika kita menyalahkan api di istana baru maka akan terjadi kebakara besar. Seluruh istana akan terbakar. Kita akan mati karena seperti yang kau tahu kita membuat istana dari bahan yangs angat mudah terbakar oleh percikan api sekecil apapun. Dalam tradisi Yunani, api tidak di gunakan. Dan tidak akan ada seorangpun yang keberatan karena Justin adalah setengah Yunani.” Raja Ji akhirnya paham dengan dengan maksud helena, dia mengangguk tersenyum.
Ashok datang ke istana. Dia melihat Dharma dari jauh dan berkata, “maafkan aku, ma. Karena aku, engkau menjadi pelayan. Untuk melindungi aku, kau melakukans emua ini dan aku tidak dapat melakukan apapun untukmu. Ku telah kehilangan kesempatan untuk dekat denganmu dan sekarang aku hanya akan menemuimu setelah aku membuktikan diriku sendiri.” Ashok membalikan badan hendak pergi, tapi dia menjatuhkan sesuatu hingga mengagetkan Dharma. Ashok segera bersembunyi. Dharma menatap kearah sumber suara dan mencari-cari sosok Ashoka. Tapi tidak melihatnya. Ashok kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Siamak memberitahuKhurasan kalau Sushim curang dari awal hingga akhir kompetisi. Khorasan menjawab, “tidak masalah, yang penting dia menang. Tapi kau jangan khawatir, kau akan menjadi kepala angkatan bersenjatanya dan memiliki kekuasaan. Kau punya darah Khorasani. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan.” Siamak tersenyum tenang.
Chanakya sedang termenung di teras ketika Iswari menghampirinya dan bertanya, “achari kenapa anda hanya diam? tidakkah anda melihat apa yang sudah terjadi di sini?” Chanakya menajwab, “ini bukan tentang darah atau tentang menjadi maurya, satu sisi Ashok yang menang dan demi menyelamatkan musuhnya kehilangan kemenangannya itu. Dia ingin menang karena ingin melayani negerinya. Sisi lain Siamak, yang memiliki hati yang bersih tapi terbebani mimpi ratu Noor dan Khorasan. Dia akan kehilangan kepribadiannya. lalu ada Sushim, yang egois, tidak punya sisi kemanusiaan dan curang, dia menginginkan tahta Magadha untuk membahagiakan ibunya. Jika Sushim duduk di tahta maka akan menjadi tanda zaman kegelapan untuk magadha.”
Sushim memasuki kamarnya dan mendekati meja di mana terletak pedang Chandragupta. Dia mengelus pedang itu dan berkata, “hari ini aku akan secara resmi di nobatkan sebagai ahli waris, saatnya sudah dekat ketika semua orang akan berada di bawahku.” Charu datang ke kamar Sushim di iringi pelayan. Charu berkata pada Sushim, “aku telah menunggu dan berusaha untuk hari ini selama bertahun-tahun. Aku bangga padamu.” Charu kemudian memasanngkan tilak dikening Sushim dan meyuapkan prasad. Sushim menyentuh kaki Charu. Charu berkata, “sekarang mimpi kita akan terpenuhi.” Sushim dengan bangga berkata, “begitu aku mendapatkan mahkota, aku akan menunjukan pada semua orang bahwa tak seorangpun dapat menang dari aku. Masa-masa kejayaanku akan datang. Kekuasaan yang kau rasakan sekarang hanyalah sejumput dari kekuasaan yang akan kuberikan padamu di masa yang akan datang.” Charu tersenyum senang.
Di ruang sidang semua orang sedang menunggu. Sushim datang dengan segala atributnya. Semua menyambut hangat kedatangannya. Dia menatap tahta dan mahkota dengan serakah. Noor merajuk. Drupat bertanya pada Dharma, “kak drupat mana?” Dharma berkata kalau semua orang juga sedang menunggunya. Bindusara berkata kalau mereka semua akan menunggu, “setelah dia datang baru kita lakukan upacara peresmian.” Sushim terlihat tidak suka, dia berpikir, “achari Chanakya selalu menghalangi jalanku. Tunggu sampai aku jadi raja dan aku akan menyingkirkannya.”
Charu memberi isyarat pada perdana menteri. Perdana menteri berkata, “waktu yang baik akan lenyap kalau kita menunggu achari Chanakya. Mari kita mulai saja, samrat.” Helena pun mendukung usulan perdana menteri. Bindu akhirnya menyuruh agar acara di mulai. Pedeta kemudian melakukan Arti sambil memberi petuah pada Sushim. Kata pendeta, “samrat yang baik adalah yang belajar dari ayahnya dan selalu memikirkan kebaikan rakyatnya dan magadha.” Setelah mealkukan Arti, pendeta mempersilahkan Sushim duduk di atas tahtanya. Sushim beranjak untuk duduk di atas singgasana. Dia melihat pada charumitra, semua orang tersenyum. Sushim menatap pedang dan mahkota yang ada di depannya. Pendeta mempersilahkan Bindusara untuk mendekat dan memasangkan mahkota ke kepala Sushim. Bindu bangkit dari tahtanya dan melangkah mendekati Sushim. Dia mengambil mahkota dan hendak memakaikannya di kepala Sushim ketika Chanakya datang dan berkata, “tolong berhenti, Samrat!” Bindusara tertegun. Semua orang dengah heran menatap Chanakya yang datang bersama Siamak dan Ashok serta di iringi para achari. Dharma gembira melihat Ashoka…. Sinopsis Ashoka Samrat episode 79 by Jonathan bay