Sinopsis Ashoka Samrat episode 79 by Jonathan Bay. Noor dengan heran berguman, “Siamak dan Ashok? Apa yang mereka lakukan dengan achari Chanakya?” Helena juga merasa heran. Sushim terlihat murung dan tegang. Chanakya tiba di depan Bindusara, dia memberi salam. Chanakya membalas salamnya dengan mengangkat tangan. Bindu berkata, “anda tiba tepat pada waktunya.” Chanakya menyahut, “jika tentang Magadha, waktu yang tepat adalah sangat penting. Jika tentang memilih samrat maka anda sebaiknya tidak terburu-buru.” Semua orang tertegun danheran mendengar kata-kata Chanakya termasuk Dharma. Bindupun terlihat bingung dan berkata, “Sushim telah ada di sini, kita telah melakukan segala sesuatunya di waktu yang tepat.” Chanakya bertanya, “haruskan kita mementingkan waktu atau keamanan magadha?” Bindu mengatakan kalau dirinya sudah mengumumkan Sushim sebagai ahli warisnya kemarin, Sushim anak tertuaku dan dia telah memenangkan kompetisi.” Chanakya kembali bertanya, “apakah hanya itu untuk menjadi ahli waris? Dari kompetisi kita bisa melihat kemampuannya tapi tidak pendekatannya. Ini tentang masa depan magadha. Pikirkan dulu sebelum mengambil keputusan.” Bindu masih belum paham maksud Chanakya, dia dengan rendah hati berkata, “jika anda punya masalah dengan ini achari, tolong katakan!”
Chanakya mengatakan kalau dia datang hanya untuk mengingatkan samrat bahwa dia punya anak satu lagi. Semua orang terpana. Chanakya melanjutkan, “..yang lebih pantas menjadi pewaris Magadha. Semua tahu tentang kecerdasannya, kekuatannya dan kebaikan hatinya…” Dharma panik, dia takut Chanakya membongkar rahasia Ashok. Semua orang terlihat heran dan penasaran, siapa yang di bicaran Chanakya. Chanakya melanjutkan, “karena itu aku berpikir kau sebaiknya memikirkan kembali keputusanmu dan berpikir tentang anakmu yang lain itu. Dnegan tidak mempertimbangkan kemampuannya, kita telah menghinanya.” Bindu bertanya, “achari, aku menghormati anda, tapi bolehkan aku bertanya? Apakah anda meragukan keputusanku?” Chanakya kaget di tanya begitu, tapi tetap bisa menjawab dengan kalem, “tidak, tapi aku tak ingin kau lupa pada masa lalumu dan membuat kesalahan yang sama lagi. Sejarah telah menjadi saksi bahwa tidak penting menjadi yang lebih tua ataupun berasal dari darah yang sama untuk menjadi raja..” Bindu menyela, “anda telah membingungkan aku.” Chanakya menyuruh Bindu menjawab pertanyaanya, “apakah dinasti Nand pewarisnya bukan anak tertua?” bindu menjawab, “anak tertua.” Chanakya mengatakan kalau Dhanand adalah keturunan Dinasti Nand tapi tidak pantas menjadi samrat. Bindu menyambung, “karena itu anda berperang denganya..” Chanakya dnegan rendah hati berkata, “semua itu tak kan terjadi tanpa ayahmu, Chandragupta Maurya. Chandragupta hanyalah seorangyang sederhana, tapi aku melihat bakat dalam dirinya untuk memimpin seluruh India.” Bindu sedikit protes, “ahli warisku akan mempunyai kemampuan untuk memimpin seperti dia. Mengapa anda berpikir kalau Sushim tidak punya kemampuan itu?”
Chanakya menjawab, “raja adalah pilar kekuatan negara. Raja harus memiliki rasa keadilan, kemanusiaan, keberanian, ketangguhan, pemikiran yang luas, kesabaran dan mempunyai kualitas untuk menjaga rakyatnya agar tetap bersatu itu yang terpenting. Bukannya Sushim tidak mempunyai semua kualitas ini, tapi saat ini Sushim belum punya. Tanpa kualitas ini, akan sangat sulit bagi Sushim untuk mempertahankan kehormatan dari tahta. jadi anda harus melihat putra yang mana yang paling banyak mempunyai kualitas ini… ~Semua menatap Chanakya dengan harap-harap cemas~ apakah Sushim atau Siamak?” Dharma menarik nafas lega. Charu tengang, Noor tersenyum.
Sushim tak terima kemampuannya di ragukan berkata dengan nada tajam, “jangan lupa achari, aku telah mengalahkan Siamak.” Chanakya menjawab, “dia kalah karena dia terluka, dan hanya dia yang bisa mengatakan bagaimana dia bisa kalah. Jika Siamak tidak terluka, dia pasti menang. Dia coba untuk tetap ikut kompetisi bahkan setelah terluka dan bukan hanya itu saja, anak biasa ini, Ashok menunjukan penampilan yang sangat sangat bagus yang membuat semua orang terkejut. Luka ini telah mengambil kemenangan pangeran Siamak tapi tak akan pernah mengambil kebaikan dalam dirinya. Mengabaikan anak-anak ini seperi mengabaikan Magadha dan juga bersikap tidak adil pada Magadha.” Noor setuju dengan pendapat Chanakya, “anakku seharusnya mendapat kesempatan..” Justin menudukung Noor. Charu menyela, “hanya lkarena anakku tidak terluka, kalian akan mengambil kesempatan darinya? apakah ini adil?” Perdana menteri mengingatkan semua, “bukankah sudah di putuskan, siapa yang memenangkan kompetisi, akan menjadi ahli waris? Seluruh negeri telah menerima pangeran Sushim sebagai ahli waris dan ini akan menyebabkan kerusuhan jika kita tidak meresmikan dia sebagai ahli waris.” Chanakya menyela, “tapi jika kita terburu-buru memilih ahli waris maka akan terjadi kekacauan di Magadha kelak. Bahkan jika kita harus menuggu untuk mendapatkan pewaris, maka ini di benarkan.” Sushim berteriak marah, “tidak!Ini tidak adil! Anda telah menghinaku!” Charu meminta Sushim agar tenang. Chanakya berkata, “ketika kitaberbicara tentang Magadha, maka kau tidak boleh memikirkan dirimu sendiri, pageran Sushim.” Suasana menjadi tegang. Sushim sangat marah, dia kemudian beranjak meraih pedang Chandragupta dan mengunuskan pedang ke leher Chanakya. Semua orang terkejut. Sushim dengan kasar nada marah berkata, “siapa kau hingga menghentikan semua ini? Ashok dan Siamak telah membuatmu menentangku! Aku tak akan membiarkan kau menang!” Bindu terbelalak marah. Dia meraih pundak Sushim dengan kasar dan menamparnya hingga pedang chandragupta terpental dari tanganya. Ashok dengan sigap menangkap pedang itu. Bindu memarahi Sushim, “dia achari Chanakya, beraninya kau bicara seperti itu padanya! Kau tak bisa mengontrol kemarahanmu dan ingin mengontrol seluruh bangsa?” Ashok menatap pedang cahndragupta, mengelusnya, lalu menyerahkannya pada Bindusara. Bindu mengambil pedang itu dengan takjim dan berkata, ‘apakah kau tahu kalau ayahku terbiasa meletakan pedang ini di kaki achari Chanakya sebelum mengangkatnya di medan perang? Dan kau malah menghunuskan pedang ini padanya? Maurya Dinasti muncul karena dirinya. Tanpa dia, kau tidak akan menjadi pangeran. Kau telah menghina achari dengan pedang kerajaan, kau tidak layak mendapatkannya. Letakan pedang ini di kaki achari Chanakya dan minta maaf.” Sushim membantah, “tapi…” Bindu memotong ucapan Sushim dengan cepat, “kau telah kehilangan hak untuk bicara apapun, ikuti perintah saja..!” Sushim dengan geram mengambil pedang dari tangan Bindusara. Dia menatap Chanakya dengan tatapan penuh dendam dan kebencian. Dia berlutut dan meletakkan pedang itu di kaki Chanakya lalu berdiri untuk meminta maaf padanya, meski dengan sangat terpaksa. Chanakya hanya menatap Sushim tanpa bicara apa-apa. Bindu yang berkata, “mengambil pedang itu kembali darimu belum cukup, kau pantas mendapatkan hukuman dan hanya achari Chanakya saja yang berhak memutuskan.” Bindu kemudian menyuruh Sushim pergi. Masih dengan marah dan geram, Sushim meninggalkan aula.
Sepeninggal Sushim, Bindusara menyatukan tanganya di depan dada dan meminta maaf pada chanakya, “atas nama anakku aku minta maaf padamu, achari. ANda benar. Sushim tidak pantas menjadi ahli waris saat ini. AKu harus memikirkannya lagi.” Chanakya dengan tenang menjawab, ‘aku yakin kau akan menemjkan ahli waris yang tepat untuk Magadha.”
Sushim tiba di kamarnya dengan wajah merah padam menahan marah. Dia memporak-porandakan isi kamarnya untuk meluahkan kemarahan dan menganiaya pelayan. Sushim sedang membakar selendang yang di pakainya ketika charumitra datang. Dengan panik Charu segera mematikan api dan menapar Sushim dengan keras. Sushim menangis dan memeluk Charu. Charu mendorong tubuh Sushim dan memarahinya, “kau pengecut, kau kalah sekali dan mulai menangis. Tidak! Kali ini kau kalah pada ego dan amarahmu. Jangan tunjukan airmata, karena hari ini aku telah kehilangan segalanya, apakah aku menangis? Tidak! Apa yang di lakukan Chanakya, dia akan membayar untuk ini. Aku akan menghinanya depan sidang nanti…” Sinopsis Ashoka Samrat episode 80 by Jonathan Bay