Sinopsis Ashoka Samrat episode 81 by Jonathan Bay. Ashok berlari memeluk Dharma. Keduanya saling memeluk dengan penuh emosi. Dharma mengungkapkan kekhawatirannya pada Ashok, Ashok membagi pemikirannya pada Dharma tentang kompetisi, tentang kemenangannya yang di curangi, tentang Bindu, aakramak dan chanakya. Kedua ibu dan anak itu saling berbagi cerita.
Sementara itu, di istana makan malam sedang berlangsung. Bindu dan Siamak berbincang-bincang. Dia menanyai Siamak sesuatu dan telrihat puas dengan jawabannya yang gamblang dan tegas. Bindu memuji Justin yang telah menjadi mentor Siamak. Khorasan pun terkagum, begitu pula Helena dan Agni. Tiba-tiba meuncul Noor. Justin langsung terlihat tegang. Noor memuji Siamak di depan Bindu dan terlimbat sedikit argumen denganAgni. Bindu hanya bisa maklum dengan sikap Noor dan tidak menyahutinya. Noor dengan tersenyum senang kembali ke tempat duduknya. Bindu memberi isyarat pada Siamak untuk kembali ke tempat duduknya. Lalu mereka mulai menyantap hidangan setelah berdoa.
Ashok juga sedang menyantap hidangannya dengan lahap. Dharma menatapnya sambil tersenyum. Melihat itu, sambil tersenyum Ashok bertanya, “apa yang anda lihat?” Dharma menjawab kalau Ashok makan seperti ayahnya. Ashok menjadi sedih mendengarnya. Dharma menghibur, “jangan sedih begitu.” Ashok menyahut, “aku tidaksedih untuk orang yang bahkan tidak memikirkan kita. Hidupku hanya bersamamu saja.” Dharma berpikir, “entah bagaimana kau akan bereaksi ketika kau tahu kebenarannya Ahsok. Ashok beranya, “ma, apa yang anda pikirkan tentang tawaran untuk menjadi kepala pasukan yang di berikan samrat padaku?” Dharma menjawab, “kau tidak akan mau mendengarkan aku. Jadi tenanglah dan pikirkan sendiri apa yang baik untukmu.” Ashok bertanya lagi, “jadi anda pikir aku bisa menjadi pejuang yang hebat juga? aku harus bekerja keras.” Dharma menyetujui, “kau telah memilih jalan yang benar dan mengikutinya.” Ashok bertanya apakah dirinya melakukan tindakan yang benar dengan menolong Sushim? Dharma balik bertanya, “kalau kau tidak menolongnya dan menang kompetisi apakah kau akan gembira? Tidak. Kemanusian harus ada di dalam dirimu. Kau harus memikirkan orang lain dulu dan itu yang membuatmu berbeda.” Dharma kemudian berdiri dan pamit pada Ashok, “aku harus pergi sekarang.” Ashok cepat-cepat berdiri, “tidak, ma. Aku ingin meletakan kepala di pangkuanmu, tinggallah barang sebentar lagi.” Dharma tersenyum dan mengangguk. Dia lalu duduk lagi dan Ashok berbaring dipangkuannya. Dharma mengelus rambut sambil berpikir, “aku ingin melakukan pooja ganga Sedhera malam ini seperti yang pernah aku lakukan dengan samrat bindu beberapa tahun yang lampau.” Memikirkan itu, Dharma terlihat sedih.
Helena bertanya pada Subhrasi di mana pelayannya yang bernama Siwika. Subhrasi memberitahu Helena kalau Siwika sedang peri melakukan pooja ganga deshera. Bindu tertegun dan menghentikan makannya, “ganga deshera?” Bindu teringat kalau dirinya pernah melakukan ritual itu bersama Dharma dahulu. Khorasan melihat bindu termenung, dengan matanya dia memberi isyarat pada Noor. Noor melirik Bindu dan segera menghampirinya. Bindu masih termenung. Noor menyentuh tangannya sambil memanggil, “samrat!” Bindu tersentak kaget. Dia tersadar. Bindu segera menyembah makanan dan wajah murung meninggalkan ruang makan. Semua orang terlihat heran, tapi turut berdiri dan ikut-ikutan peri. Hingga tinggal Khorasan, Justin dan Noor saja. Khorasan mendekati Noor dan membisikan sesuatu lalu pergi. Noor hendak pergi, tapi Justin menahannya. Dia mengatakan sesuatu. Noor terlihat tidak tertarik dan tidak mengubrisnya. Sambil mengangkat kepala dengan angkuh, Noor peri meninggalkan Justin.
Ashok terbangun dari tidurnya. Dia memanggil Dharma, “ma??” Ashok sadar kalau Kepalanya sudah diatas bale-bale dan dharma tidak ada. Dia terduduk dengan cemas, ‘ma…??” Ashok bingung. Dia melihat buntalan kecil milik dharma yang tertinggal, ashok membukanya dan isinya adalah serbuk kumkum. Ashok tambah bingung lagi.
Dharma melakukan pooja dan menghanyutkan banyak lentera di tepu sungai gangga. Dia mencari kumkumnya tapi tidak ketemu. Dharma kemudian menghanyutkan lentera terakhir dan mendorongnya agar bergerak ke tengah. Darma tersenyum saat teringat ritual yang pernah pernikahannya dengan Bindusara. Ada kebahagiaan terpancar di wajahnya.
Bindu mendatangi patung Dharma dan berkata, “sudah bertahun-tahun sejak kita terpisah, aku masih merasa kau ada bersamaku. Aku merasa kalau kau masih hidup, kita pasti akan punya anak yang mempunyai kualitas seperti Sushim dan aku akan mengumumkan dia sebagai pewarisku dengan bangga. Terkadang aku merasa sendirian…”
Di tepi danau, Dharma juga berkata, “aku merindukan samrat. Aku mempunyai Ashok dan merasa kalau hidupku telah lengkap. Tapi ketika Ashok tahu kalau kau adalah ayahnya maka tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Aku berdoa suatu saat nanti ashok akan memahamimu.” Dharma kemudian melanjutkan puujanya.
Ashok mencari-cari Dharma. Dharma selesai melakukan pooja, dia mengambil nampan arti dan hendak peri dari tepi sungai gangga. Di amembalikan badan dan tertegun melihat Chanakya. Chanakya mengatakan sesuatu tentang ritual yang di lakukan Dharma dan Bindusara. Dharma menjadi tegang, “kau yang memaksa ku dan ashok untuk datang ke patliputra. Apa jadinya jika Ashok tahu kalau ayahnya ada di sini juga? Aku takut suatu hari semua akan tahu tentang Ashok.” Chanakya menyahut, ‘jika mereka tahutentang Ashok dan tentang ayahnya maka mereka juga akan tahu tentang kekuatannya juga.” Ashok tertegun mendengarkan pembicaraan Chanakya dan Dharma, “ma tidak mengatakan padaku kalau ayahku ada di Patliputra. Achari Chanakya tahu dan tidak memberitahu aku?” Ashok dengan gusar pergi dari tempat itu. Seorang prajurit yang memata-matai Ashok muncul, dia juga terlihat bingung, “ibu Ashok masih hidup dan ayahnya ada di patliputra? Achari Chanakya melindunginya…. apakah ini artinya ashok anak samrat bindusara? dan Siwika adalah…!” Prajurit berpikir kalau Helena pasti senang mendengar kabar yang di bawanya. Prajurit ittu hati senang berbunga-bunga bergegas pergi.
Ashok berjalan dilorong istana dengan pikiran kalut, “kenapa ibu tidak memberitahu aku tentang ayahku? AKu selalu memikirkan orang itu…” Bindu berpapasan dengan Ashok dan menyapanya, “ashok?” Bindu melihat wajah cemas Ashok dan bertanya apakah dia ada masalah. Ashok menyampaikan keluh kesahnya . Bindu bertanya, “apa kau ingin mengatakan sesuatu?” Ashok menjawab tidak. Bindu kemudian menasehati Ashok agar menjernihkan pikirannya.
Chanakya sedang duduk berpikir di kamarnya, ketika Ashok datang. Chanakya lebih dahulu menyapanya. Ashokmenatapnya dengan nanap dan berkata, “anda memintaku untuk menjadi senopati, aku akan menerimanya tapi anda harus menjawab pertanyaanku..” Chanakya menyuruh Ashok bertanya. Ashok berkata, “aku tahu ayahku di patliputra, anda hanya perlu mengatakan padaku, Siapa dia?” Chanakya tertergu… Sinopsis Ashoka Samrat episode 82 by Jonathan Bay