Sinopsis Ashoka Samrat episode 82 by Jonathan Bay. Chanakya bangkit dari duduknya dan bertanya dengan nada heran, “bagaimana kau tahu tentang ayahmu?” Ashok menjawab, “aku mendengar pembicaraan anda dan ibu. Anda sudah berjanji padaku.” Chanakya memgangguk, “ya. Tapi pertama-tama kau harus menerima tawaran di hadapan samrat dan setelah menyelesaikan sekolahmu kau harus menjadi kepala pasukan. Bagaimana aku akan tahu kalau kau akan menerima gelar itu di masa depan? bagaimana kalau kau mencurangi aku?” Ashok menjawab dengan ketus kalau dirinya sudah di curangi selama bertahun-tahun. Chanakya tersenyum simpul, “kau membenci ayahmu, lalu mengapa bertanya tentang dia?” Ashok menjawab kalau dirinya hanya ingin tahu tentang orang yang telah menipu ibunya, “aku tidak bisa bertanya padanya karena aku tidak ingin menyakitinya. AKu harus menemukan kebenaran kenapa yang membuat ibuku berkorban begitu banyak. AKu tidak akan melakukan apapun hanya untuk menemukannya.” Setelah berkata begitu Ashok meninggalkan Chanakya yang menjadi tegang. Chanakya berguman, “tidak susah bagiku menyembunyikan kebenaran, tapi kebenaran itu membunuhku dari dalam. Aku tahi tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan Magadha. Tapi aku ragu kalau punya kekuatan untuk menangani semuanya.”
Noor datang ke kamar Bindusaram tapi Bindu tidak ada. Charu juga datang kesana. Saat Noor hendak melangkah peri, dia berpapasan dengan Charu. Keduanya saling bertukar panadang dengan sinis. Noor hendak melanjutkan langkahnya ketika Charu menyapanya, “kau mau pergi kemana?” Noor berkata kalau drinya akan menemui Samrat dan untuk membuatnya bahagia. Charu dengan kesal berkata, ‘jangan lupa ratu Noor, aku yang lebih berhak atas samrat karena aku maharani.” Noor melirik cahru dengan senyum sinis, “jangan bicara tentang hak, Samrat bahkan tidak ingin bertemu denganmu. Dia membencimu. Jika kau coba mendekatinya maka dia akan membuangmu dari istana. Sebanyak yang kutahu tentang samrat, dia tidk akan menjadikan anakmu yang tidak terhormat itu sebagai ahliwaris. Sekarang Chanakya mendukung Siamak, bola ada di tanganku sekarang.” Setelah berkata begitu, Noor meninggalkan Charumitra yang terlihat marah dan kesal.
Agni sedang bermain gendang. Justin mendengarkan dan menikmatinya. Noor datang kesana dan terlihat kesal melihat bereka berdua. Justin meminum anggurnya, dia melihat ada surat di nampan. Justin mengambil surat itu dengan wajah tegang. Agnisika bertanya pada Justin, “apakah kau suka dengan permainan gendang ku?” Justin memuji kalau permainan agnisika sangat ekstraordinari, “terdengar seperi kau memiliki rasa sakit yang tersimpan di hati.” Justin membaca surat itu dan semakin tegang. Dia berkata pada Agnisika, “aku punya beberapa pekerjaan penting.” Agnisika tanpa basa basi bertanya, “apakah pekerjaan penting itu adalah Noor?” Jutsin gugup, “bukan. AKu akan segera kembali.” Agnisika menyahut, ‘baiklah, aku akan menunggu.” Justin kemudian peri.
Ashok pergi ke pasar dan peri ke kantor pendaftara. Dia menemui petugas dan bertanya, “aku ingin tahu tentang seseorang.” Petugas meminta Ashok mengatakan namanya. Ashok berkata kalau dirinya tidak namanya dan hanya ingin tanya itu saja. Dnegan wajah memelas Ashok memohon. Si Petugas dengan enggan berkata, “lalu bagaimana aku bisa mengatakan nama siapa saja padamu? Pergi dari sini!” Ashok menjadi murung. Dengan gontai dia meninggalkan tempat itu sambil beruman, “ayahku pasti berada di sekitar sini tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengenalinya.”
Ashok peri ke mandir dan berkata pada patung dewa, “jangan khawatir, aku tidak akan meminta apapun darimu, aku hanya ingin duduk di sini untuk menenangkan pikiranku.” Ashok kemudian duduk menyandar di pilar yang berada tak jauh dari patung dan mulai menangis.
Justin pergi ke tempat yang di tentukan dalam surat. Di amelihat seorang wanita berdiri disana. Justin menyangkanya sebagai Noor. Dengan cemas Justin berkata, “Noor, pemainan apa ini? Setiap kali kau tidak bahagia dengan samrat kau memanggilku.” Wanita itu melempar bunga kearah Justin lalu lenyap. Justin memanggil-manggil dengan putus asa, “Noor…Noor…!” Tapi tak ada jawaban. Dnegan cemas dan sedikit kesal Justin berkata, “aku tidak suka semua ini, Noor.” Dia menyuruh Noor keluar, tapi tak ada sahutan. Justin berkata lagi,. “keluarlah noor. AKu menkhawatirkanmu. Semua gelap di sini. AKu mencintaimu dan tidak bisa hidup tanpamu. tapi kau selalu menyakitiku… ~Justin menatap sekeliling~ Noor, keluarlah. AKu tidak mencintai agnisika, aku hanya pura-pura saja. Cobalah mengerti aku. AKutelah membunuh hatiku dengan berkata iya pada pernikahan ini…” Justin terlihat sedih dan hampir menanggis ketika sebuah tangan lembjut menyentuh pundaknya. Justin mendauga kalau itu adalah tangan Noor. Dia melanjutkan, “terkadang aku bertanya mengapa kita terlahir dalam keluarga ketajaan? Tidak bisa pergi dari sini. Aku sekarat setiap hari memikirkan hal itu. Pertama samrat yang ada di antara kita, kini …” Justin membalikan badannya dan sangat terkejut sekaligus panik saat mengetahui kalau wanita itu adalah Agnisika dan bukan Noor.
Ashik tertidur di mandir. Dia bermimpi tentang rumahnya yang terbakar di Vann. Dia tersentak bangun dan menemukan bunga warna biru di sekitarnya. Pendeta menghampiri Ashok dan denganheran bertanya, “dariman kau mendapatkan bunga-bbunga ini?” Ashok menggeleng, “aku tidak tahu.” pendenta berkata kalau bunga seperi ini hanya di temukan di sekitar air terjun, “tidak tahu bagaimana bunga ini bisa sampai ke sini.” Ashok teringat kalau ibunya dulu tinggal di sekitar air terjun yang di maksuda. Ashok berpikir, “apakah ini petunjuk kalau aku harus pergi kesana untuk menemukan ayahku?” Ashok tersenyum. Dia mendapat ide. Dia kan pergi ke tempat di mana ibunya dulu pernah tinggal, tempat di mana Dharma menemukan bindu, merawatnya lalau menikah denganya.
Justin dengan panik dan kesal bertanya pada agni, “permainan apa ini?” Agni menatap Justin dengan tajam, “kau yang bermain-main bukan aku. Aku bisa mengatakan ini pada samrat sekarang juga dan kau tahu hukuman apa yang akan kau dan kekasihmu terima. Tapi aku tidak akan melakukan ini.” Justi bertanya apa yang di inginkan Agnisika. Agnisika meminta Justin memenuhi perjanjian yang telah di buat dengan dirinya.
Ashok meninggalkan Patliputra untuk peri ke desa tempat tinggal Dharma. Badai pasir datang. Dharma terlihat khawatir, dia berdoa untuk keselamatan Ashok. DI tengah badai itu, Ashok melakukan perjalanannya.. Sinopsis Ashoka Samrat episode 83 by Jonathan Bay