Kisah Semut dan Belalang. Suatu hari, di tanah lapang pada musim panas. Seekor belalang melompat kesana kemari, berkicau dan bernyanyi sesuka hati dengan riang. Seekor semut lewat di depannya sambil berusuah payah mengangkut sebutir jagung untuk di simpan di sarangnya.
Belalang menyapa semut, “wahai semut, kenapa dirimu tidak berhenti sejenak dan berbincang-bincang denganku? Untuk apa bekerja keras dan bersusah payah melakukan itu semua?”
Semut menjawab, “wahai Belalang, aku sedang membantu teman-teman ku mengumpulkan makanan untuk persediaan musim dingin nanti. Dan aku sarankan, kau juga melakukan itu!”
“Kenapa repot-repot memikirkan musim dingin?” tanya Belalang lagi, “kita sudah mendapatkan banyak makanan sekarang.” Belalang kemudian melanjutkan aktivitasnya dengan meloncat kesana kemari, berkicau dan bernyanyi riang sesuak hati. Seolah-olah hari akan selalu cerah dan makanan akan selalu tersedia di tanah lapang ini.
Tapi semut tidak mengubris bujukan Belalang dan terus melanjutkan kerja kerasnya mengumpulkan makanan untuk stok saat musim dingin tiba nanti.
Musim dinginpun tiba. Satu hari..dua hari.. hingga beberapa hari makanan masih tersedia untuk hewan lain dan Belalang. Tapi di pertengahan musim dingin, tidak ada lagi makanan yang tersisa. Semua membeku dan lenyap di telan cuaca. Belalang pun menjadi sangat kelaparan dan sekarat. Sementara semut, yang sebelum musim dingin telah bekerja keras menyimpan makanan terlihat sedang membagikan makanan dari gudangnya untukk di makan bersama-sama bersama kelompoknya. Mereka terlihat santai dan gembira, tidak terpengaruh oleh efek musim dingin di luar sana.
Lalu sebelum kematian menjelang, Belalang menyesal karena dulu dia tidak menuruti saran si semut. Kini dia tahu bahwa lebih baik sedia payung sebelum hujan, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi saat susah.
**Diceritakan kembali oleh @MeyshaLestari**