Setetes Air by Meysha Lestari. Tentu semua orang sudah tahu apa itu kaca pembesar, yaitu sebuah kaca bulat tebal seperti dasar gelas tapi transparan yang mampu membuat benda yang di lihat melaluinya tampak ratusan kali lebih besar dari yang sebenarnya. Jika seseorang mengambil kaca itu dan memegangnya di dekat mata, lalu menlihat pada setetes air dari sebuah kolam, dia akan melihat ribuan makhluk unik yang tidak pernah terlihat dengan mata telanjang. Tapi mereka ada, dan itu bukan khayalan. Ia akan terlihat seperti sepiring besar laba-laba yang berloncatan ditengah keramaian dengan bengisnya saling merobek kaki, lengan dan tubuh masing-masing, dari depan dan dari belakang, namun mereka tetap terlihat gembira dan bahagia dengan apa yang mereka lakukan.
Sekarang dengarlah, dulu ada seorang pria tua yang di penggil orang dengan sebutan Kribble-Krabble, karena itu namanya. Dia selalu ingin menjadi yang terbaik dalam segala hal, dan jika dia tidak bisa mendapatkannya maka dia akan menggunakan sihir untuk meraihnya.
Suatu hari dia duduk dengan kaca pembesar di matanya, dia menatap setets air yang di ambil dari comberan. Kribbling dan Krabbling teerlihat di sana! Semua ribuan makhluk dalam setets air yang terlihat olehnya memalui kaca pembesar itu saling lompat, saling tarik antara satu sama lain, dan saling memakan.
“Yeeeuuuu….itu sangat mengerikan!” kata Kribble-Krabble dengan kaget. “ada tidak orang yang bisa membujuk mereka agar hidup dengan damai dan tenang, sehingga masing-masing mengurusi urusannnya sendiri?”
Dia terus berpikir dan berpikir, tapi tidak tahu harus melakukan apa, maka diapun terpikir untuk menggunakan sihir.
“Aku harus memberi mereka waran, yang akan membuat mereka terlihat lebih jelas,” katanya. Dia lalu meneteskan sesuatu yang menyerupai anggur merah kedalam tetesan air, yang sebenarnya adalah darah dari telinga seorang penyihir, jenis terbaik. Dan sekarang makhluk kecil ajaib dalam tetesan itu berwarna merah muda semua. Menjadi terlihat seperti sebuah kota yang penuh orang-orang telanjang.
“Apa yang itu?” tanya penyihir tua, yang tidak punya nama – dan itu merupakan hal yang paling baik tentang dia.
“Ya, jika kau bisa menebaknya,” kata Kribble-Krabble, “aku akan menghadiahkan ini padamu.” Tapi sangat susah untuk mengetahui jika seseorang tidak tahu.
Lalu pneyihir tanpa nama itu menatap melalui kaca pembesar. Benar-benar seperi sebuah kota tercemin di sana, di mana semuah orang berlarian tanpa baju. Sangat mengerikan! Tapi lebih mengerikan lagi melihat bagaimana mereka saling dorong, saling gigit, saling tarik dan saling menganiaya. Yang paling atas di tarik-tarik dan yang paling bawah terinjak-injak sambil berjuang untuk naik keatas.
“Lihat!Lihat! Kakinya lebih panjang dari kakiku. Wah! Sangat jauh dari punyaku! Ada satu yang terlihat memar. Itu pasti menyakitkan, tapi akan lebih sangat menyakitkan lagi nanti.” Panyihir tua terus menatap ke dalam setets air itu, dia melihat makhluk-makhluk ajaib itu menarik yang memar menjauh, mengoyaknya lalu memakannya hanya karena luka kecil itu. Dan ada juga yang duduk seperti gadis kecil, dia mengharapkan kedamaian dan ketenangan. Tapi sekarang dia harus keluar untuk membantunya, dan mereka menariknya, mengoyaknya lalu memakannya.
“Ini sangat lucu!” kata si penyihir tanpa nama.
“Ya. Tapi apa yang kau pikirkan tentang ini?” tanya Kribble-Krabble. “Apakah kau sudah mengetahuinya?”
“Mengapa tidak? Seseorang dapat melihat dengan mudah,” kata penyihir tanpa nama. “Itu adalah Paris, atau beberapa kota besar lainnya, mereka semua sangat mirip. Ini pasti sebuah kota besar!”
Dengan santai, Kribble-Krabble berkata, ” Ini adalah setetes air genangan!” Penyihir tua tercengah tak percaya.
NB: Di sadur dari THE DROP of WATER by HC ANdersen