Sinopsis Ashoka Samrat episode 140 by Mey Lest. Chanakya sedang mengeluarkan ular dari keranjang ketika Dharma datang. Dharma terkejut melihat ular di tangan Chanakya. Chanakya menyapanya, “dewi? Anda di sini?” Dharma menjawab kalau dirinya sudah selesai menjalankan hukuman karena itu datang untuk mengunjunginya. Chanakya meminta maaf karena hukuman yang di terima Dharma, “semua ini karena aku.” Dharma menyahut, “tidak achari, ini sudah nasibku.” Chanakya memberitahu Dharma kalau ular yang di pegangnya adalah ular berbisa, “bis membunuh siapapun. Lihat ini..” Chanakya menekan leher ular hingga bisa di mulutnya menyemprot keluar dan jatuh di atas daun beringin. Daun beringin itupun dengan seketika menjadi hitam. Dharma bertanya bagaimana dia bisa tetap bungkam, “Ashok hampir mengetahui kebenarannya.” Chanakya berkata kalau kebenaran tidak bisa di sembunyikan terlalu lama, “Ashok sedang menuju kesana. Dia akan segera menemukan yang sebenarnya.” Dharma merasa apa yang di lakukannya tidak benar, “aku harus segera memberitahu Ashok tentang ayahnya.” Tiba-tiba ular berbisa itu mematuk tangan Chanakya. Dharma berteriak kaget, “achari, anda baik-baik saja?” Chanakya menyahut, “sebelum ular ini bisa membunuhku, bisanya sudah ku kbuang terlebih dahulu. Aku juga akan melakukan hal yang sama pada musuh magadha. Sebelum mereka bisa menyakiti dirimu dan Ashoka, aku akan membuat mereka tidak berdaya.” Dharma memberitahu Chanakya kalau dia melihat ketidaksabaran di mata Ashok, “dia akan menemukan anak samrat dan dia tidak tahu kalau dia sendiri yang di carinya.” Chanakya berkata kalau mereka sudah di takdirkan untuk menemukan kebenaran dan kebenaran itu sendiri akan terbongkar di waktu yang tepat.
Di saksikan khorasan, helena dan Noor, Niharika membakar setumpuk kayu. Noor bertanya, “apa yang kau lakukan?” Niharika menjawab kalau dirinya sedang membakar tubuh Noor, Helena dan Khorasan. Helena dengan heran bertanya, “apa yang terjadi padamu?” Noor menimpali, “jika ada orang melihat kita bersama di sini, ini akan jadi masalah.” Niharika berkata, “kalian semua terlihat khawatir akan masalah kecil dan tidak bisa melihat kalau badai akan datang. Putra Samrat Bindusara telah kembali, maka ibunya juga akan datang. Lalu kalian semua akan tertangkap dan jika terjebak dalam semua ini aku tidak akan mundur untuk mengatakan yang sebenarnya pada samrat. AKu tidak akan membiarkan siapapun bebas.” Helena memberitahu Niharika kalau Ashok tidak tahu apa-apa, “aku sudah bertanya pada Bindusara.” Niharika melarang helena menganggap Ashok anak biasa, “jika dia bisa memaksaku untuk menempuh jalan damai, maka dia dapat melakukan apapun juga. Aku mendengar dia bicara dengan Ahenkara. Dia telah mengirim pesan pada penduduk. Dia yakin anak Bindu akan segera datang.” Khorasan dengan penuh percaya diri berkata, ‘hal sepertiitu tidak akan terjadi. Kali ini aku akan membunuh ratu Dharma dan anaknya dengan tanganku sendiri.”
Asok sedang berlatih olah kanuragan ketika Chanakya datang menemuinya. Ashok segera memberi salam. Chanakya memberkatinya, “kau telah lulus ujian, nak. Niharika sekarang pasti berpikir kalau mengetahui sebuah rahasia. Saat ini dia pasti sedang memberitahu Khorasan bahwa putra Dharma akan menemuimu. Dia pasti akan mulai mengawasi gerak gerikmu, pada siapa kau bicara, kau bertemu dan sebagainya. Kita akan mengambil keuntungan dari semua itu. Kita akanmenipu Khorasan. Kita akan buat dia berputar-putar. Ini akanmenjadi akhir baginya.” Ashok dengan sedih berkata, “ibuku juga berlari kesana-kemari karena dia. Sekarang saatnya dia yang kita buat berlari. Dia akan menanggung lebih dari yang di tanggung ibuku.”
Dharma masih menjalankan hukumannya, dia sedang menyapu lantai. Walau terlihat lelah, tapi dia terus saja bekerja. Sebuah tembikar di gantung di atap tepat diatas Dharma. Tiba-tiba tali yang mengikat tembikar itu putus dan akan jatuh menimpah Dharma, untungnya Ahenkara dengan gesit menangkap tembikar itu. Dharma terkejut melihat Ahenkara, “puteri, anda..” Ahenkara tersenyum pada Dharma. Melihat Ahenkara menemui Dharma, seorang penjaga menegurnya, “puteri apa yang anda lakukan di sini?” Ahenkara menjawab kalau dirinya akan membantu Dharma. Pengawal berkata kalau tidak layak bagi seorang puteri membantu seorang pelayan. Dengan ketus Ahenkara menyahut, “juga tiak layak bagi pengawal untuk mengatakan apa yang bisa ku lakukan!” Dengan sedikit kesal, pengawal meninggalkan Ahenkara dan Dharma. Dharma setuju dengan apa yang di katakan pengawal, ‘dia benar, anda seorang piteri..” Ahenkara berkata, “jika aku bukan puteri apakah anda akan menyelamatkan aku dari pangeran Sushim? Jika aku mengatakan yang sebenarnya pada samrat tentang Sushim, pasti dia yang akan menanggung hukuman ini, bukan anda.” Anda mendapat hukuman ini karena menolong ku.” Dharma berkat akalu itu adalah pekerjaanya dan dia merasa damai dengan melakukan itu. Ahenkara dengan lembut bertanya, “lalu kenapa anda ingin menjauhkan aku dari rasa damai itu?” Ahenkara lalu membantu Dharma menjalankan hukumannya, menyapu, mengambil air dan mengerjakan apa yang di kerjakan Dharma dengan suka cita. Dharma tersenyum melihat apa yang di lakukan Ahenkara. Ahenkara berkata, “anda bilang anda mendapatkan kedamaian dengan melakukan ini, aku teringat temanku Ashok, dia punya pemikiran yangs ama dengan anda. Jika aku tidak hilang akal menghadapi semua ini, itu semua berkat Ashoka. Aku banyak membuat kesalahan padanya, tapi dia masih mau mendukungku. Aku tidak bisa menemukan teman seperti dia.” Dharma tersenyum bangga mendengar pujian Ahenkara pada Ashok.
Perdana menteri Khalatak berkata pada Charumitra kalau samrat Bindusara punya anak satu lagi yang akan membuat situasi berubah. Charu menyahut, “kalau dia terbuktianak itu terlibat dengan konspirasi bersama ratu Dharma maka mereka berdua akan mendapat hukuman.” Khalatak sangsi, “tapi jika terbukti tidak bersalah maka dia dapat menjadi sangat emosional karena bertemu anaknya setelah begitu lama dan tidak memberikan apa yang layak dia terima selama bertahun-tahun. Bisa jadi dia akan mengumumkan dia sebagai ahli waris.” Charu terlihat panik, “lalu apa saran anda?” Khalatak menyarankan agar mereka mencari anak itu, “kita harus memastikan kalau samrat Bindusara tidak akan menjadikan dia ahliwaris. Kita harus membuatnya dalam situasi yang seperti itu.” Charu yakin Sushim pasti bisa melakukan hal itu.
Bindu meminta Aakramak menemukan putranya, “aku yakin kau dapat menemukan dia.” Aakramak berkata kalau dia telah coba menangkap ratu Dharma, “tapi dia berhasil pergi.” Bindu menyuruh Aakramak menemui pencatat sejarah Champanagri yang pernah di temui Ashoka, “dia bisa memberitahumu sesuatu. Tapi jika anakku tidak mau bertemu denganku, maka jangan di paksa. Dia tidak boleh merasa kalau samrat memerintahkan dia untuk bertemu. Aku ingin bertemu denganya sebagai seorang ayah.” Aakramak menganggu dan bernajak pergi setelah berpamitan. Bindu menatap kepergian Aakramak sambil beruman, “entah di mana dia berapa….”
Ashok sedang bersama Siamak di ruang tahta. Keduanya menatap Singgasana. Siamak memberitahu Ashok kalau Khorasan menyuruh dia menatap singasana setiap hari agar dia punya tujuan untuk mendapatkannya, “tapi sekarang aku tidak berpikir aku akan mendapatkannya.” Ashok bertanya, “mengapa? Anda lebih layak dari pangeran Sushim.” Siamak menyahut, “tapi ayah punya anak yang lain, aku menang lebih dari dua untuk mendapatkan tahta ini. AKu tidak yakin ini mungkin.” Ashok berkata, “mungkin anak itu tidak menginginkan tahta ini. Dia hanya ingin cinta seorang ayah.” Siamak memberitahu Ashok bahwa kalau menyangkut tahta, tiada saudara yang mau mundur walaupun dengan membunuh saudaranya. Ashok mengangguk pasti, “karena itu aku tak ingin duduk di sana.” Siamak menatap Ashok, “kau bisa berkata begitu, karen akau bukan rajvanshi. Mereka bisa melakukan apapun untuk mendapatkan tahta ini.” Ashok menarik nafas, “tidak semua orang itu sama. Mungkin saudaramu yang baru itu ingin kau duduk di tahta.” Siamak tersenyum penuh harap, “jika dia seperi itu, maka aku akan memberikan hidupku untuknya.” Ashok terharu dan memeluk Siamak dengan erat. Khorasan mengawasi Ashok dan Siamak dari balik pilar. Ashok merasakan itu. Dia mulai berakting untuk menipu Khorasan. Pada Siamak Ashok berkata kalau seseorang ingin bertemu dengannya. Dan secara sengaja menyobek surat itu lalu membuangnya di lantai. Ashok mengajak Siamak pergi dari ruang tahta. Khorasan menatap tulisan di kertas itu. DI aterkejut dan penasaran saat melihat tulisan yang terbaca, “kita akanbertemu di pasar.” Sinopsis Ashoka Samrat episode 141 by Mey Lest