Sinopsis Ashoka Samrat episode 141 by Sally Diandra. Di pasar, Khurasan mulai mengikuti Ashoka yang saat itu memang sengaja membuat Khurasan mengikutinya karena Ashoka ingin memberikan pelajaraan kepada Khurasan, sementara itu dari kejauhan Khurasan dan anak buahnya mengikuti Ashoka dengan cara menyembunyikan wajahnya dalam syal besar, dari tempatnya berdiri Khurasan bisa melihat Ashoka berpindah pindah tempat dan mengajak orang yang dijumpainya itu berbicara, bahkan Ashoka juga sempat memakan buah pisang dan membuang kulit pisang sembarangan membuat Khurasan jatuh terpeleset ketika melewati jalan itu, Ashoka tersenyum geli ketika melirik ke arah belakang, hingga akhirnya Khurasan melihat Ashoka menemui seorang perempuan yang penampilannya mirip seperti Dharma, saat itu Ashoka sedang ngobrol dengan perempuan tersebut “Akhirnya aku bisa menemukan Ashoka yang sedang berbincang bincang dengan Dharma” bathin Khurasan dalam hati sambil tetap menutupi wajahnya, sementara Ashoka tahu kalau dirinya sedang di kuntit oleh Khurasan, ketika Khurasan hendak mendekat ke arah mereka, Ashoka memberikan kode pada perempuan yang berpura pura menjadi Dharma tadi untuk segera pergi dari tempat itu ke arah yang berlainan, kemudian mereka berdua berlari ke arah yang berlawanan, Ashoka ke kanan dan perempuan tadi ke kiri, Khurasan yang sampai di tempat mereka ngobrol tadi mulai bingung, siapa yang akan dia ikuti namun akhirnya Khurasan lebih memilih mengikuti Dharma bersama anak buahnya.
Di pasar Mir Khurasan masih terus menerus mencoba mencari Dharma, rupanya Khurasan kehilangan jejak Dharma, namun tidak lama kemudian dari arah belakang Khurasan seperti melihat seorang perempuan yang berpakaian seperti Dharma, Khurasan segera berlari ke arah perempuan tadi, menghentikan langkahnya, membuka dupattanya dan baru menyadari kalau perempuan tadi bukanlah Dharma, Khurasan dan perempuan itu sama sama tertegun dan tak lama kemudian pipi Khurasan terasa panas kena tamparan yang cukup keras dari perempuan tadi “Berani beraninya kamu ! Tidak tahu malu !” bentak perempuan itu kemudian berlalu meminggalkan Khurasan, Khurasan kaget, mukanya sangat pucat.
Malam harinya, di istana Magadha, Khurasan sedang termenung di sudut ruangan yang sepi, Khurasan sedang memikirkan sesuatu, tiba tiba ada seseorang yang menawarkannya minuman, Khurasan menerimanya tanpa melihat sedikitpun siapa yang memberi minuman itu dan setelah meminumnya, Khurasan segera mengembalikan gelas tersebut pada orang yang memberikannya yang ternyata adalah Ashoka, Khurasan kaget “Ashoka ? Kamu disini rupanya ? Dari mana saja kamu tadi seharian ini ?” Ashoka tersenyum mendengar ucapan Khurasan dan balik bertanya “Kenapa anda ingin mengetahuinya ?” Khurasan jadi kikuk didepan Ashoka dan berkata “Bagaimanapun juga kamu adalah pengawal pribadi Samrat Bindusara, jadi semestinya kamu harus selalu bersamanya”, “Iyaaa, aku tadi baru saja dari pasar” Khurasan mulai penasaran dengan ucapan Ashoka “Mau apa kamu ke pasar ?”, “Untuk makan gula merah dan channa, kamu harus mencobanya, tuan ,,, aku yakin kamu pasti suka” ujar Ashoka sambil menyengir senang dan segera meninggalkan Khurasan yang terbengong penuh dengan kecurigaan. Sepeninggal Ashoka, Khurasan berkata pada dirinya sendiri “Dharma pasti belum meninggalkan Patliputra dan dia pasti hanya ada di istana ini !”
Sementara itu di koridor samping, Dharma sedang ngobrol dengan Ahenkara, mereka sedang ngobrol soal bekerja keras dan Ashoka pasti akan senang mendengarnya dari Ahenkara “Ashoka itu adalah teman baik kamu, putri Ahenkara” tepat pada saat itu Niharika ada dibelakang mereka dan melihat kebersamaan anaknya dengan Dharma “Ahenkara !” bentak Niharika dari arah belakang sambil menghampiri mereka dan berkata “Ahenkara, lupakan masa lalu dan berbaurlah dengan pangeran Sushima, bantulah dia untuk pulih dari saudaranya yang baru yang membuatnya syok” Ahenkara menuruti perintah ibunya dan segera pergi meninggalkan mereka, sepeninggal Ahenkara, Niharika mengejek Dharma dengan mengatakan kalau Ashoka dan Dharma itu adalah orang murahan “Dan kamu pelayan ! Kamu tidak boleh dekat dekat dengan anakku !” bentak Niharika, Dharma hanya terdiam membisu sambil menutupi wajahnya dengan dupattanya, sementara itu di belakang mereka, tidak jauh dari Dharma, Ashoka sedang berdiri disana dan menahan amarahnya atas semua ucapan Niharika yang menghina ibunya, sebenarnya Ashoka ingin sekali mencegah Niharika mengutarakan kata kata kasar ke Dharma namun Ashoka teringat akan ucapan Chanakya “Seluruh orang di istana ini sekarang sedang memperhatikan kamu karena pengamatan yang kamu lakukan dan kata kata yang kamu keluarkan” lalu Ashoka bersumpah “Aku akan mendapatkan bukti bukti yang menentang Niharika dan memberikan pelajaran padanya bagaimana caranya memperlakukan Ratu Magadha !” sumpah Ashoka
Di kamar Sushima, Sushima sedang minum minuman arak bersama salah satu temannya, Indrajeet “Ashoka bisa melakukan apa saja jika dia menemukan pangeran baru itu maka dengan begitu impian kamu akan sirna !” Sushima segera menampar pipi Indrajeet, begitu mendengar ucapan Indrajeet yang menyakitkan “Kamu ini temannya siapa ? Berani benar kamu bicara seperti itu !” ujar Sushima kesal “Kalau begitu tampar lagi pipiku yang satunya karena keduanya adalah kenyataan yang sesungguhnya ! Yang satu tentang Ashoka dan yang satunya lagi tentang dia yang menjadi teman pangeran Sushima tidak akan pernah berubah !” tepat pada saat itu Charumitra memasuki kamar Sushima dan menyuruh Indrajeet untuk meninggalkan mereka, Indrajeet segera berlalu dari sana “Sushima, dengarkan kata ibu, seharusnya kamu itu menjalin persahabatan yang baik dengan Ashoka dan buatlah agar dia berhenti dengan usahanya membawa pangeran baru itu, karena kita tidak dapat menghentikannya secara langsung tapi dengan cara kebaikan hati karena itulah titik kelemahan dari Ashoka yang bodoh !” Sushima mengangguk menyetujui permintaan ibunya.
Malam itu Dharma sedang berjalan jalan di sepanjang koridor, tiba tiba Dharma merasa ada seseorang yang mengikutinya, Dharma was was sambil memandang kesekeliling area tersebut namun tidak ada siapa siapa disana, Dharma berjalan kembali menyusuri koridor dan tiba tiba saja mulut Dharma dibekap oleh seseorang, Dharma panik dan segera menghilang bersama orang tersebut. Tak lama kemudian Dharma tampak berada di sebuah hutan yang terisolasi, ternyata Ashoka membawanya kesana, Ashokalah yang membekap mulut ibunya. Di hutan itu Ashoka menunjukkan pada Dharma sebuah singgasana yang dihiasi oleh dekorasi bunga bunga dan ranting ranting kayu “Ashoka, apa ini ?” Dharma terkejut bercampur senang mendapat kejutan dari anaknya “Surprise ! Maharani Subadrangi !” Ashoka bermain teka teki kemudian Ashoka mengganti topik pembicaraan “Ibu dari Samrat Vanraj adalah Ratu Subadrangi ! Aku ingin ibu merasa sangat special hari ini” Dharma merasa tersanjung diperlakukan seperti ini oleh anaknya sendiri, Ashoka menyuruh ibunya duduk, kemudian membuka kedua sendalnya dan meletakkan kaki ibunya diatas baki tembaga, kemudian mencuci kaki ibunya dengan susu dan air bunga, setelah itu mengeringkan kaki ibunya dengan kain yang dikenakannya, mengenakan sendal dikaki Dharma kembali kemudian meminta Dharma untuk maju kedepan dan duduk disinggasana, Dharma menuruti permintaan Ashoka, ketika Dharma hendak menuju ke kursi singgasananya, Ashoka membayangkan hutan itu berubah menjadi istana Magadha dengan perhiasan emas dan pakaian yang anggun layaknya seorang ratu yang dikenakan oleh Dharma, sementara di ujung sana di singgasana Bindusara menyambut kedatangan Dharma dengan senyumnya yang menawan, Bindusara segera memegang tangan Dharma dan membimbingnya untuk duduk di singgasana di sebelahnya, Dharma dan Bindusara tersenyum menatap kearah Ashoka, semua orang mengelu elukan nama Dharma “Hidup Maharani Subadrangi !” teriak Ashoka lantang namun tiba tiba semuanya berubah kembali menjadi hutan dan Dharma menyadarkan lamunan Ashoka “Ashoka, ada apa ?”, “Aku pikir impianku menjadi kenyataan secepatnya, ibu” Dharma hanya tersenyum, kemudian mereka berdua berjalan kembali menuju singgasana ranting ranting kayu dan Dharma duduk disana dengan anggunnya, Ashoka menaburkan bunga bungaan ke arah ibunya sambil berkata “Hidup Maharani Subadrangi ! Hidup Maharani Subadrangi ! Hidup Maharani Subadrangi !” ujar Ashoka penuh dengan kegembiraan, Dharma juga tertawa senang melihat ulah Ashoka, Dharma menyuruh Ashoka mendekat, Ashoka kemudian berlutut didepan ibunya, Dharma membelai wajahnya dengan lembut. Sinopsis Ashoka Samrat episode 142 by Sally Diandra.