Deja Vu bag 23 by Sally Diandra. “Shivani ! Duduk !” Shivani terperangah begitu mendengar ucapan Jodha, ketika mereka memasuki rumah, Shivani segera duduk di kursi meja makan dengan pandangannya tertunduk ke bawah, Jodha menghela nafas sambil menggeret kursi yang berada di depan adiknya “Shivani, jawab pertanyaan kakak, apakah dia si land rover putih itu ? Yang sering jemput kamu selama ini ?” Shivani mengangguk lemah, Jodha langsung mengusap mukanya dengan kedua tangannya “Dimana kalian bertemu ?” Shivani mendongak menatap Jodha dengan perasaan tak menentu
“Waktu di pesta ulang tahunnya Zhannas, temanku ,,, kak Jalal itu kakak sepupunya Zhannas” Jodha menghela nafas dalam “Shivani, kakak tau kalau saat ini kamu ingin dekat dengan seorang laki laki tapi kakak mohon, Shivani ,,, tidak dengan laki laki yang usianya 10 tahun lebih tua dari kamu, kamu tau itu kan ?” Shivani mendongak menatap Jodha heran “Bagaimana kakak bisa tahu kalau usianya 10 tahun lebih tua dari aku ?” mata Shivani membulat menatap Jodha “Karena kakak bisa melihat dari penampilannya dan lagi itu pesta reuni untuk angkatan di atas kakak, Shivani ,,, lebih tepatnya dua tahun diatas kakak atau 10 tahun diatasmu” suara Jodha terdengar meninggi
“Bukannya itu lebih bagus, pacaran dengan laki laki yang usianya jauh lebih tua daripada dengan yang seumuran yang selalu diinterogasi sama kakak !”, “Tapi dia nggak baik untuk kamu, Shivani !” Shivani langsung berdiri “Bagaimana kakak bisa tahu kalau kak Jalal tidak baik untukku ? Memangnya kakak kenal sama dia ? Asal kakak tahu saja ya ,,, dia itu juga dokter sama seperti kakak ! Dan selama tiga bulan aku kenal sama dia, dia itu orangnya baik, menyenangkan, jiwa sosialnya juga tinggi jadi nggak ada yang salah dengan dirinya” Jodha menggelengkan kepalanya
“Shivani, kakak cuma ingin mengingatkan kamu saja, kakak sayang sama kamu ,,, waktu tiga bulan bukan jaminan kalau kamu sudah mengetahui segalanya tentang dia, kamu masih polos, Shivani ,,, kakak hanya ingin melindungi kamu, kakak tidak ingin kamu terpuruk nantinya, kamu belum tahu apa apa tentang dia !” suara Jodha mulai melembut “Aku heran sama kakak, kenapa sih kak Jodha selalu merijek semua laki laki yang dekat dengan aku ? Sementara aku sendiri merasa nyaman nyaman saja sama dia, kalau kakak tidak suka dengan laki laki, jangan suruh aku juga tidak menyukai mereka ! Aku tidak ingin jadi perawan tua seperti kakak !” Shivani segera berlalu menuju kamarnya di lantai atas dengan perasaan kesal, sementara Jodha tercengang mendengar ucapan adiknya.
Keesokan harinya ,,, ketika Jodha dan Sukaniya sedang menikmati sarapan pagi, tiba tiba Shamshad turun dari lantai atas sambil berjalan tergopoh gopoh “Non Jodha ,,, non” suara Shamshad terdengar terengah engah “Ada apa, Shamshad ?” Jodha dan Sukaniya nampak bingung “Non Shivani, nggak ada dikamarnya, tadi waktu aku ke atas mau memintanya untuk sarapan ternyata kamarnya kosong, aku sendiri nggak tahu kemana non Shivani pergi” Jodha dan Sukaniya langsung berpandang pandangan satu sama lain “Sukaniya, coba telfon dia !” Sukaniya langsung menyambar ponselnya dan menelfon nomer adik bungsunya itu, sedetik kemudian Sukaniya menggeleng “Ponselnya nggak aktif, kak” Jodha panik
“Coba aku telfon teman temannya” Jodha segera menyetujui usulan Sukaniya, namun ternyata hasilnya juga nihil “Kata teman temannya, mereka akan mencoba mencari Sukaniya, kak ,,, kalau ketemu mereka, mereka akan segera mengabari kita” Jodha mengangguk dan berkata “Kalau begitu kabari kakak, begitu ada kabar tentang Shivani ,,, dan aku minta jangan beritahu ayah dan ibu dulu, kita coba cari Shivani dulu, oke ?” Sukaniya mengangguk “Ya sudah, kakak berangkat dulu yaa ,,, kamu kuliah pagi atau siang ?”, “Hari ini aku kuliah siang, cuma tinggal ngambil SKS yang tersisa” ujar Sukaniya sambil terus menikmati sarapan paginya “Ya sudah kakak berangkat dulu yaaa ,,,” Jodha segera berlalu menuju ke mobilnya yang terparkir diluar dan segera melesatkan mobilnya menuju jalan raya
Sementara itu, Shivani ternyata nekat menemui Jalal di rumah sakit tempatnya bekerja, ketika Shivani datang, Jalal belum sampai, begitu sekitar jam 9 pagi ketika Jalal telah sampai di rumah sakit, perawat yang berjaga mengabarkan ke Jalal kalau ada seorang gadis yang menunggunya sedari tadi, Jalal benar benar penasaran. Dari kejauhan dilihatnya Shivani sedang duduk di bangku di depan ruang kerjanya “Shivani !” Shivani langsung mendongak begitu dilihatnya Jalal ada didepannya saat ini “Kak Jalal ,,,,” Shivani segera menghambur memeluk Jalal sambil menangis, Jalal merasa canggung dengan perlakuan Shivani, di renggangkan pelukan Shivani seraya berkata “Ada apa ini, Shivani ? Kenapa datang pagi pagi lalu menangis ?” Shivani hanya terdiam sambil menunduk, Jalal segera menggandeng tangan Shivani dan mengajaknya masuk ke dalam ruang kerjanya
“Duduklah disini” Shivani menurut duduk di kursi yang terletak di depan meja kerja Jalal, Jalal mengambil air putih dalam gelas kemudian diberikannya gelas itu ke Shivani “Minumlah dulu, agar kamu lebih tenang” Shivani segera meminum air putih tersebut hingga habis “Bagaimana sudah agak enakan ?” ujar Jalal yang saat itu duduk di sebelahnya menghadap ke Shivani, Shivani mengangguk “Ada apa ? Apa yang membawamu kesini pagi pagi ?” kedua bola mata Shivani membulat persis seperti kedua bola mata Jodha, sesaat Jalal terkenang Jodha yang sedang tersenyum di depannya “Kakakku !” dahi Jalal mengernyit “Kakakmu ? Maksudmu ?”, “Kak Jodha ! Dia tidak mengijinkan aku berhubungan lagi denganmu” Jalal tertegun “Oh ya ? Kenapa ?”, “Kak Jodha bilang usia kita terpaut sangat jauh, aku seharusnya tidak bergaul dengan laki laki yang usianya 10 tahun lebih tua di atasku !” suara Shivani nampak kesal, sementara Jalal hanya menjadi seorang pendengar yang baik
“Lalu aku harus bergaul dengan siapa ? Dengan yang sebaya, selalu di interogasi dia panjang lebar, sekarang giliran yang 10 tahun lebih tua, katanya tidak pantas ! Sementara akunya ngerasa nyaman nyaman saja, aku nggak masalah, aku heran sama kak Jodha, aku tahu kalau dia itu pilih pilih soal cowok tapi jangan libatkan aku dalam hal ini, aku tuu nggak mau jadi perawan tua kayak dia !” Jalal langsung menggelengkan kepalanya sambil menutup bibir Shivani dengan satu jari telunjuknya “Sstttt ,,, nggak baik ngomong seperti itu, apalagi dia itu kakak kandungmu sendiri” ujar Jalal dengan senyumnya yang menawan yang selalu membuat hati Shivani meleleh
“Yaa abis ! Aku sebel sama dia, kak ! Dia itu kayak nggak pernah muda, pikirannya cuma belajar kerja belajar kerja kapan happy happyny ? hidup kok datar banget gitu !” Jalal tersenyum melihat sikap Shivani yang cemberut yang mirip sekali dengan Jodha kalau cemberut “Aku yakin mungkin kakakmu punya sebuah alasan yang kuat dengan memprotect kamu seperti itu”, “Tapi aku ini bukan anak kecil lagi ! Aku bisa memilih dan aku bisa tahu, aku juga bisa jaga diri ! Umurku sudah 18 tahun, dimana mana anak usia 18 tahun sudah diberikan tanggung jawab untuk menentukan kehidupannya sendiri, bukannya diatur atur macam gini ! Ini gak boleh itu gak boleh ! Sebel !” Shivani terus mengungkapkan kekesalannya tentang Jodha pada Jalal
“Lalu sekarang kamu mau ngapain ?”, “Aku nggak mau pulang ! Biar tau rasa kak Jodha !” Jalal menggelengkan kepalanya kembali “Kamu nggak bisa seperti itu, Shivani ,,, bagaimana juga kamu harus tetap pulang, karena kasihan kakakmu, aku yakin saat ini dia pasti sedang kebingungan nyariin kamu”, “Biarin !” ujar Shivani ketus, Jalal menghela nafas panjang “Baiklah, kalau begitu ,,, oh iya ada sesuatu yang ingin aku berikan sama kamu” kedua bola mata Shivani langsung berbinar sangat terang bagaikan sinar bintang di langit saat malam hari
“Apa kak ?” Shivani nampak antusias dengan harapan Jalal mau menyatakan perasaannya saat ini juga “Tutup matamu !” Shivani langsung menutup matanya sambil menyiapkan bibirnya untuk dicium oleh Jalal, Jalal merasa heran dan tertegun dengan sikap Shivani yang jadi aneh begitu, tak lama kemudian diambilnya sebatang coklat dari tasnya lalu diletakkan coklat itu menempel di bibir Shivani “Sekarang buka matamu !” ketika Shivani membuka matanya di lihatnya Jalal sedang memegang sebatang coklat di depan wajahnya “Ini untukmu, supaya perasaanmu tenang dan nyaman, hari ini aku mau kerja, kalau kamu mau disini, silahkan tapi jangan ganggu kerjaku, kalau kamu mau pulang, nanti aku akan telfon Zhannas atau Mirza untuk jemput kamu, bagaimana ?” Shivani langsung mengangguk sambil melihat lihat ke sekeliling ruangan Jalal yang bersih dan rapi, tiba tiba mata Shivani menangkap sebuah foto yang terletak di belakang meja kerja Jalal, foto itu sangat familiar baginya.
Shivani segera berdiri dari kursinya dan melangkah menuju ke lemari yang berada dibelakang Jalal, sambil melihat lihat foto yang terpajang di lemari setinggi pinggang orang dewasa, sementara Jalal tidak memperhatikannya, Jalal nampak sibuk dengan perawatnya yang memberikan data data pasien yang hendak berobat pagi ini. Ketika Shivani melihat salah satu foto yang sangat familiar baginya, dilihatnya Jalal sedang memeluk seorang gadis sambil mencium pipi gadis itu dari arah belakang, sementara sang gadis tersenyum senang dengan mata yang terbelalak lebar, Shivani sangat kenal dengan gadis tersebut, matanya, senyumnya, semua yang ada padanya sangat Shivani kenal dengan baik, karena gadis itu adalah kakaknya, Jodha.
Sesaat Shivani limbung ke belakang, Shivani segera berpegangan pada lemari itu, Jalal masih belum menyadari apa yang terjadi pada Shivani, Shivani segera berbalik dan menoleh ke arah Jalal “Kak Jalal, aku mau ke kamar mandi dulu”, “Oh iya ,,, silahkan” ujar Jalal tanpa memperhatikan Shivani, Shivani segera berlalu dari sana tanpa melihat ke arah Jalal lagi, Shivani segera berlari ke kamar mandi yang ada dirumah sakit tersebut, di dalam kamar mandi Shivani menangis, dadanya terasa sesak, tangisnya tak bisa keluar dengan lepas, tangis Shivani benar benar tertahan, Shivani benar benar tidak percaya kalau ternyata dulu Jalal pernah berhubungan dengan kakaknya dan sepertinya hubungan mereka tidak sekedar hubungan pertemanan tapi pasti lebih dari itu, karena Shivani sangat tahu bagaimana kakaknya, yang tidak begitu saja mau dipeluk oleh laki laki sembarangan, selain seseorang yang benar benar begitu dekat dengan dirinya.
Shivani teringat Rukayah, sahabat dekat kakaknya, Shivani segera menyambar ponselnya dan mencoba mencari tahu tentang hubungan kakaknya dan Jalal “Ada apa Shivani ?” suara Rukayah terdengar riang di ujung sana “Kak Rukayah, aku mau nanya, apakah dulu di kampus, kalian satu kampus dengan kak Jalal ?” sesaat Rukayah tertegun mendengar suara Shivani yanh terdengar habis menangis “Jalal ? Iyaaa dulu kami memang satu kampus sama Jalal, cuma nggak seangkatan, kenapa ?” Shivani terdiam “Apa dia 2 tahun diatas kalian ?”, “Iyaa ,,, sepertinya begitu, kenapa Shiva ?” Shivani tidak menjawab pertanyaan Rukayah “Ya sudah, terima kasih kak Rukayah” Shivani segera mematikan ponselnya “Jadi benar, foto yang aku lihat itu benar, kak Jalal dan kak Jodha dulu memang pernah berhubungan, apakah karena itu, kak Jodha jadi melarang aku berhubungan dengan kak Jalal ? Jadi karena itu pula, kak Jalal tidak menyatakan perasaannya ke aku, apakah kak Jalal masih cinta dengan kak Jodha ?” bathin Shivani dalam hati, tak terasa airmata Shivani membasahi pipinya kembali
“Pantas saja, semalam begitu bertemu dengan kak Jalal, tiba tiba kak Jodha meminta aku pulang dan perilakunya jadi aneh, kak Jodha hanya diam saja dan menangis” bathin Shivani sambil membasuh mukanya di wastafel yang ada di toilet rumah sakit, Shivani baru menyadari kalau Jalal tidak mungkin akan membalas cintanya, Shivani merasa yakin kalau Jalal pasti masih mencintai kakaknya, hanya saja ada sesuatu yang tidak beres diantara mereka berdua, tapi Shivani tidak tahu apa itu dan saat ini Shivani tidak ingin mencari tahu karena hal itu akan lebih menyakitkan dirinya, Shivani segera meninggalkan rumah sakit tanpa pamit secara langsung ke Jalal, untuk sementara waktu Shivani ingin menjauh dari Jalal dan sore harinya tanpa diminta Shivani kembali ke rumahnya sendiri, hal ini membuat Jodha dan Sukaniya sedikit lega, meskipun Jodha juga sedikit curiga ketika Rukayah mengabarkan padanya kalau Shivani bertanya tentang Jalal padanya, dalam hati Jodha bertanya tanya “Apakah mungkin Jalal mengungkapkan semuanya ke Shivani ? Atau Shivani mencari tahu ada hubungan apa diantara dirinya dan Jalal ?” Jodha hanya bisa menebak nebak saja
Beberapa hari kemudian, pada hari minggu ,,,
“Tumben kamu nggak keluar hari minggu gini ?” suara Sukaniya membuat Shivani mendongak sekilas kemudian kembali menekuri novel kesukaannya “Iiih nggak di jawab lagi !”, “Males !” ujar Shivani sambil terus sibuk dengan novelnya di kursi malas yang berada di teras depan rumah “Iiih ,,, tumben banget males, apa kabar si land rover putih ? Kamu masih berhubungan sama dia ?” Shivani hanya terdiam tidak menjawab ucapan kakaknya “Baguslah kalau begitu ! Akhirnya kamu sadar kalau dia itu memang nggak pantas untuk kamu, usia dan pergaulan kalian sangat jauh berbeda !” Shivani masih saja terdiam, tidak ingin meladeni ucapan kakaknya “Bukannya usia yang membuat aku sadar, kak ,,, tapi ada sesuatu yang lain yang membuat hatiku sakit dan aku ingin melupakannya meskipun sebenarnya aku masih mencintainya” bathin Shivani dalam hati
Sementara itu di halaman depan, Sukaniya merasa aneh dengan tukang kebun yang mulai bekerja di rumahnya hari ini “Shiva, coba kamu lihat tukang kebun itu !” Shivani segera menoleh melihat ke arah tukang kebun yang sedang memotong rumput di halaman depan “Lihat, aneh kan ? Masa berkebun pake jas kegedean gitu, apa gak ribet tu ? Lagian halaman kita kan kecil, ngapain juga harus pake tukang kebun ?”, “Emang kamu pernah berkebun ?” tiba tiba suara Jodha dari arah belakang memotong ucapan Sukaniya
“Iiiih ,,, kak Jodha, sukanya ikut ikutan !” Shivani tersenyum geli melihat tingkah kedua kakaknya ini “Tapi bener kan ? Emangnya kamu pernah berkebun ? Cabutin rumput, siramin tanaman, kayaknya kalau kakak nggak maju, kalian berdua juga nggak bakalan jalan, bener kan ?”, “Iyaa deh iyaaa ,,,, tapi kadang kita kan nyapu, ngepel dan cuciin mobil kakak juga” Jodha tersenyum melihat tingkah adiknya yang mulai seperti kebakaran jenggot “Tapi, kak ,,, bener kata kak Sukaniya, itu tukang kebun kok eksentrik banget gitu ? Cuaca panas gini, pakenya jas kegedean lagi” Jodha menghela nafas sambil memperhatikan tukang kebun yang sedang berkebun di halaman rumahnya
“Namanya pak Malik, dia itu pemulung, rumahnya di desa, dia tinggal disini di tempat para pemulung itu, dia salah satu pasien kakak, bisa dikatakan setiap hari senin sampai sabtu dia selalu ke puskesmas tempat kakak kerja, entah itu pagi, siang ataupun sore” dahi kedua adik Jodha langsung berkerut “Setiap hari ? Apa dia sakit mulu, kak ?” Jodha menggelengkan kepalanya begitu mendengar ucapan Shivani “Dia nggak sakit setiap hari, Shiva … dia hanya kangen sama kakak, karena kakak ini sudah dianggap sebagai anaknya, katanya anak perempuannya itu seusia kakak”, “Kalau dia pemulung, ngapain juga dia jadi tukang kebun kita ? Yang ada nanti dia juga mulungin barang barang kita!” ujar Shivani ketus
“Husss ! Jaga ucapan kamu, Shiva ! Nggak ada salahnya kan kita berbagi dengan orang lain, sebenarnya kakak yang meminta dia untuk menjadi tukang kebun di rumah kita, itupun hanya sabtu minggu, nggak masalah kan ?” Jodha memperhatikan wajah kedua adiknya satu per satu “Pak Malik !” tiba tiba suara Jodha menggelegar memanggil pak Malik ketika Shamshad ikut berbaur dengan mereka sambil membawa teh manis dan kudapan ringan
Pak Malik yang sebenarnya adalah Jalal yang sedang menyamar segera menghentikan pekerjaannya dan berjalan menuju teras dimana Jodha dan kedua adiknya berada “Dokter Jodha, memanggil saya ?” Jodha mengangguk sambil tersenyum “Kenalkan, pak … Ini kedua adik saya, ini Sukaniya dan itu Shivani” pak Malik hanya mengangguk anggukkan kepalanya, sementara Shivani dan Sukaniya hanya tersenyum ke arah orang tua yang memiliki jenggot panjang dan berpenampilan aneh “Oh iya, pak ,,, ini ada teh manis dan kue untuk bapak, lebih baik istirahat dulu, baru nanti bekerja lagi dan jangan lupa juga nanti makan siang bareng kami yaa, kebetulan hari ini aku yang masak” ujar Jodha dengan senyum manisnya
Senyum yang dirindukan Jalal selama ini, meskipun di satu sisi Jalal sangat membenci Jodha atas apa yang telah diperbuatnya didepan matanya namun di sisi hatinya yang lain, Jalal sangat merindukan Jodha, kepergiannya selama 4 tahun bertugas di Papua, tidak bisa membuatnya melupakan Jodha, meskipun luka yang ditorehkan di dadanya cukup perih dan masih terasa hingga saat ini namun semakin ingin dilupakan kenangannya bersama Jodha, semakin kuat bayangan wajahnya menari nari di pelupuk matanya dan kini Jodha sudah ada didepan matanya, perasaan benci dan rindu yang mendalam berbaur menjadi satu, rasanya Jalal ingin balas dendam atas semua luka yang di deritanya namun Jalal juga ingin dekat dengan Jodha dengan mencari tahu keadaan Jodha saat ini. .. NEXT