Deja Vu bag 28 by Sally Diandra. Dua hari setelah pernikahannya yang diselenggarakan di Kalimantan, yang dilewatinya tanpa malam pertama, Jodha langsung diboyong ke Jakarta karena profesor Humayun ingin mengadakan pesta ngunduh mantu besar besaran untuk menantu kesayangannya ini, semua teman Jalal dan Jodha pun hadir di pesta mewah nan besar tersebut, begitu juga kedua sahabat Jodha, Rukayah dan Moti. “Satu keuntungan dari sebuah pernikahan adalah bahwa ketika kamu telah berhenti mencintainya dan dia juga telah berhenti mencintaimu tapi pernikahan membuat kamu bersama sama lagi sampai kalian berdua saling jatuh cinta lagi” tertanda your best friend Ruku & Moti, Jodha hanya tersenyum kecil begitu membaca kartu ucapan dari kedua sahabat terdekatnya itu, perlahan dibukanya hadiah dari kedua sahabatnya, ternyata sebuah buku diary, Jodha hanya tertawa geli melihatnya apalagi di sampul depan tertulis “Kesempatan kedua selalu ada, manfaatkan sebaik mungkin dan rekam jejaknya di buku diary ini, lovelly ruti”
Jodha kembali tertawa geli sambil berkata dalam hati “Kesempatan kedua ? Jatuh cinta lagi ? Rasanya tidak akan ada dalam kamus dokter Jodha, pernikahan kami hanya kamuflase belaka, aku tidak ingin berlama lama dengannya, setelah satu tahun kami menikah, good bye forever” bathin Jodha sambil menulis apa yang ada didalam benaknya itu ke dalam buku diary tersebut
“Sedang nulis apa kamu ? Aku perhatikan dari tadi kamu cuma senyam senyum saja ?” tiba tiba suara Jalal mengagetkan Jodha yang sedang asyik menulis, Jodha segera menutup buku diarynya dan memandang ketus kearah Jalal
“Bisa nggak sih ketuk pintu dulu ?” ujar Jodha ketus, Jalal hanya tertawa kecil sambil duduk di tepi tempat tidur sementara Jodha duduk diatas tempat tidur dengan kakinya yang disilangkan diatasnya
“Kenapa aku harus ketuk pintu ? Bukankah ini juga kamarku ?”
“Lalu kapan aku bisa mendapatkan kamarku sendiri ? Kapan kita pindah ke rumah kita sendiri ? Kita sudah satu minggu di rumah orang tuamu ini, aku rasa itu sudah cukup dan lagi kita sudah kirim barang barang kita kerumah kita sendiri, jadi sekarang waktu yang tepat untuk bebenah rumah” Jodha terus nyerocos minta pindah ke rumah mereka sendiri yang telah Jalal beli yang lokasinya tidak jauh dari rumah Jodha yang lama dimana adik adik Jodha masih tinggal disana, sedangkan rumah warisan dari bu Hamida sengaja Jalal jual atas persetujuan ibunya untuk dibelikan rumah tersebut, sebuah rumah minimalis dengan dua lantai dengan gaya arsitekturnya yang Jodha suka, Jodha dan Jalal memang sengaja memilih rumah itu berdua
“Besok, kita pindah, mumpung besok hari sabtu, jadi kita bisa bebenah rumah kita” ujar Jalal sambil memperhatikan Jodha dengan tatapan penuh arti, Jodha tau apa maksud tatapan Jalal
“Aku masih palang merah ! Bisa sampai satu bulan !” ujar Jodha sambil menurunkan kakinya dan turun dari tempat tidur, sementara Jalal hanya terperangah tidak percaya
“Satu bulan ? Kamu jangan main main, Jodha ,,, aku tahu berapa lama siklus seorang perempuan, kamu pasti main main denganku !” ujar Jalal lantang sambil mencengkram lengan Jodha erat
“Hormonku tidak stabil, dokter Jalal ,,, aku tidak seperti perempuan kebanyakan, bukankah kamu sendiri yang mengatakan seperti itu ?” ujar Jodha sambil mengibaskan tangannya agar Jalal melepaskan cengkramannya “dan lagi aku heran, apakah tujuan pernikahanmu ini hanya karena faktor ini saja ? Agar kamu bisa merendahkan aku ?” Jodha mulai memicingkan matanya, Jalal hanya tertawa
“Bukankah hal itu tujuan dari sebuah pernikahan, dokter Jodha ? Dan lagi kamu sudah bersumpah untuk melayani suamimu lahir dan bathin ! Kalau kamu tidak melakukannya maka kamu telah melakukan sebuah dosa ! Kamu mengerti bukan ?” Jodha hanya diam saja sambil mengibaskan tangannya dan terlepas dari cengkraman tangan Jalal dengan tatapan ketusnya dan berlalu meninggalkan Jalal, Jodha segera keluar dari kamar, perasaannya tidak menentu antara marah, benci, kesal sambil menggerutu dalam hati
“Melakukan sebuah dosa ? Enteng banget dia bilang seperti itu, lalu apa yang telah dia lakukan 5 tahun yang lalu, ketika dia melakukan perselingkuhan yang berbuntut perzinahan, bukankah itu bukan sebuah dosa ! Kamu memang pintar bermain kata kata, dokter Jalal ! Tapi aku tidak akan bisa luluh begitu saja dengan semua kemauanmu !” rutuk Jodha dalam hati
Malam harinya ketika mereka makan malam bersama seluruh keluarga Jalal dan keluarga Jodha, setelah semua hidangan telah disiapkan dan seluruh keluarga juga sudah mulai menikmati sajian masakan malam itu, namun ternyata Jalal hanya diam saja, dia tidak bergeming dengan makanan yang berada di piring di depannya yang telah disediakan oleh Jodha, melihat hal ini Jodha cuek saja, sementara ibu Hamida kelihatan bingung melihat sikap Jalal
“Jalal, kenapa kamu tidak makan ?” suara bu Hamida tiba tiba terdengar memecah suasana makan malam saat itu dan semua matapun memandang ke arah Jalal, Jalal hanya tersenyum seraya berkata
“Tidak ada apa apa, ibu ,,, tanganku hanya sakit, dari tadi aku hanya memikirkan bagaimana caranya makan kalau tangan seperti ini ?” Jalal mengeluarkan tangan kanannya dari balik meja dengan keadaan terbalut di tengah telapak tangannya, semua orang yang hadir disana kaget tapi tidak untuk Jodha, Jodha hanya diam saja memperhatikan sikap Jalal
“Kenapa tanganmu bisa seperti itu, Jalal ?” Jalal tertawa kecil sambil memperhatikan tangannya sendiri yang terbalut itu
“Tadi pas bersihin pisau cukur, tersayat sedikit, bu ,,, ya gini jadinya” ujar Jalal sambil mengangkat tangannya
“Tapi tangan kirimu tidak apa apa kan ? Kalau begitu makan pakai tangan kirimu !” tiba tiba pak Humayun memotong pembicaraan mereka, namun tiba tiba bu Meinawati bersuara
“Jangan jangan ,,, jangan nak, Jalal ,,, lebih baik Jodha yang membantunya” Jodha terperangah ketika menyuapkan makanannya begitu mendengar ucapan ibunya “Jodha, layani suamimu dengan baik, saat ini suamimu tidak bisa makan” Jodha hanya mengangguk lemah ketika ibu Meinawati memberikan kode dengan anggukkan kepalanya, sekilas dilihatnya Jalal yang tersenyum nakal padanya, Jodha seperti pernah mengalami keadaan seperti itu, ketika dia harus menyuapi Jalal karena tangan Jalal yang terluka, perlahan diambilnya sesendok makanan di piring Jalal lau disuapkannya ke mulut Jalal secara hati hati, Jalal segera memegang tangan Jodha erat dengan tangan kirinya sambil membuka mulutnya lebar dan matanya tidak beralih menatap terus ke arah Jodha, membuat Jodha jengah melihatnya namun terus menyuapi suaminya itu hingga tak tersisa dan malam harinya ketika mereka berdua hendak berangkat tidur, tiba tiba Jalal membuka perban yang membalut ditangannya sambil tersenyum sendiri, tepat pada saat itu Jodha hendak membaringkan tubuhnya disamping Jalal sementara Jalal duduk ditepi tempat tidur disebrangnya
“Ternyata lukaku sudah sembuh, ajaib !” Jodha terperangah ketika dilihat hanya luka kecil yang menyanyat telapak tangan Jalal
“Dasar sinting !” rutuk Jodha dalam hati sambil membaringkan tubuhnya membelakangi Jalal, Jalal hanya meliriknya sekilas sambil tersenyum nakal
Keesokan harinya ,,, Jalal memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, semua keluarga nampak sibuk membantu bebenah rumah Jodha dan Jalal, Jodha sendiri sedang membongkar bongkar kardus kardus yang teronggok di kamarnya, ketika dilihatnya isi di dalam kardus itu, ternyata kardus itu adalah salah satu properti milik Jalal, ketika Jodha hendak menutup kembali kardus tersebut, ujung matanya menangkap sebuah benda yang sangat familiar baginya, sebuah jas panjang berwarna hijau lumut, Jodha langsung teringat pada pak Malik
“Jas ini kok seperti jasnya pak Malik ?” bathin Jodha dalam hati, insting Jodha segera menyuruhnya untuk membongkar kardus tersebut dan benar disana ada sebuah janggut panjang, topi yang biasa di kenakan oleh pak Malik, Jodha menghela nafas panjang setelah melihat semua properti tersebut
“Jadi selama ini ,,,,” ujar Jodha pada dirinya sendiri kemudian segera bergegas menuju ke kamar Jalal yang sedang menata kamar mereka berdua, saat itu Jalal sedang memegang boneka pinky bear ketika Jodha masuk ke dalam kamar itu
“Jalal, bisa kamu ceritakan tentang benda benda ini ?” ujar Jodha sambil menunjukkan jas, janggut dan topi yang biasanya di kenakan oleh pak Malik, sesaat Jalal tidak menggubrisnya karena dia langsung menggerakkan boneka pinky bear ke arah Jodha
“Hai, Jodha ! Do you remember me ? Surprise !” ujar Jalal dari balik boneka pinky bear, Jodha hanya tersenyum masam seraya berujar
“Yes, I remember you but I have one and bigger than you, I’m sorry ,,, Jalal lihat ini !” Jalal segera menurunkan boneka pinky bearnya dan melihat beberapa benda yang dipegang oleh Jodha, Jodha melotot ke arahnya
“Jadi selama ini yang jadi pak Malik itu kamu, hah ?” ujar Jodha ketus, Jalal hanya tersenyum nakal begitu mengetahui pernyamarannya ketahuan oleh Jodha sendiri
“Ya, benar ,,, memang kenapa ?” tanya Jalal tanpa rasa bersalah, Jodha semakin geram dengan sikap Jalal, sambil menutup pintu kamar itu, Jodha berkata
“Kenapa ? Kamu bilang kenapa ? Seharusnya aku yang nanya sama kamu, ngapain kamu berpura pura jadi pak Malik lalu mendekati aku, kenapa kamu harus main sembunyi sembunyi seperti ini ?” ujar Jodha ketus
“That’s the point ! Kalau aku bisa menemui kamu dengan keadaanku seperti ini sebagai seorang Jalalludin Akbar, apakah kamu mau menerimanya secara terbuka ? Tidak kan ? Oleh karena itulah aku menyamar menjadi pak Malik, agar aku bisa lebih dekat dengan kamu, agar aku bisa mengetahui bagaimana keadaan kamu ,,,” belum juga Jalal selesai mengungkapkan maksudnya, Jodha segera memotong ucapan Jalal
“Buat apa sih kamu mengetahui tentang keadaanku ? Sementara aku nggak peduli bagaimana kamu !” Jalal tersenyum nakal sambil menatap Jodha tajam
“Itulah bedanya aku dan kamu, kamu tahu selama 4 tahun aku berada di Papua, pikiranku tidak pernah lepas dari kamu ! apalagi di dua tahun pertama ibu selalu up date perkembangan kamu, tapi walaupun perasaanku mengatakan aku masih mencintai kamu tapi logikaku berkata lain, aku tidak bisa melupakan apa yang telah kamu perbuat terhadapku lima tahun yang lalu !” kedua bola mata Jodha terbelalak ketika Jalal mengutarakan semua isi hatinya
“Kamu pikir aku bisa lupa dengan apa yang telah kamu perbuat di belakangku, kesalahanmu lebih besar, dokter Jalal ! Cobalah interopeksi diri ! Siapa diantara kita yang lebih bersalah ! Jangan suka mengkambing hitamkan orang lain ! Dan aku juga tidak suka dengan caramu seperti ini !” ujar Jodha sambil melempar properti milik Jalal itu ke atas tempat tidur “dan jangan kamu kira kalau ini akan baik baik saja, tidak !” ujar Jodha sambil menggoyangkan telunjuknya ke arah Jalal “Kamu harus di hukum atas perbuatanmu ini, dokter Jalal ! Aku tidak mau tidur denganmu selama 3 bulan !” ujar Jodha sambil berbalik menuju pintu hendak keluar dari kamar itu namun Jalal segera menyambar tangan Jodha dan berkata
“Apa ? Tiga bulan ? Gila kamu, Jo ! Kita ini baru saja menikah dan dosa bagi istri yang tidak melayani suaminya !” bentak Jalal lantang, Jodha hanya melirik sekilas ke tangan Jalal yang masih mencengkram lengannya
“Aku tidak peduli ! Suka atau tidak suka kamu harus menerimanya ! Atau mungkin kita cerai saja ? Aku rasa itu lebih baik !” Jalal segera menghempaskan lengan Jodha, tanpa menunggu lama Jodha segera berlalu dari kamar itu menuju ke kamarnya sendiri dengan senyuman yang puas
Selama tiga bulan ,,, ternyata Jodha dan Jalal benar benar pisah ranjang, namun Jodha tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri dengan menyiapkan sarapan dan makan malam untuk suaminya, bila di rumah sakit, Jodha benar benar menghindari interaksi langsung dengan Jalal walaupun mereka berangkat dan pulang kerja selalu bersama, belanja keperluan rumahpun selalu bersama namun tetap saja ada kesenjangan diantara mereka, ketika mereka berdua berada di rumah, Jalal dan Jodha seperti berada pada dua alam yang berbeda, mereka hidup dengan dunianya sendiri sendiri, Jodha asyik berkutat dengan buku buku diktat untuk keperluan materi dokter specialis anak yang sebentar lagi akan diikutinya sementara Jalal yang masih nyaman dengan gelar dokter umumnya lebih menikmati hidupnya dengan bermain game playstation di ruang keluarga sambil ditemani oleh boneka pinky bear, bahkan tak jarang Jalal sering ngobrol sendiri dengan boneka pinky bearnya itu untuk menyindir Jodha namun Jodha tidak menggubrisnya sama sekali, hingga akhirnya tiga bulan pun berlalu ,,,
Pagi pagi, Jalal sudah merasa senang karena hari ini adalah hari pertamanya terbebas dari hukuman Jodha sejak mereka menikah, pagi itu Jalal sengaja bangun pagi pagi dan langsung menuju ke dapur, saat itu mereka berdua hanya hidup berdua, tidak ada pembantu yang melayani mereka, untuk urusan masak langsung dipegang kendali oleh Jodha sedangkan urusan mencuci dan menyetrika juga bersih bersih rumah, Jodha serahkan urusannya sama Shamsad pembantu setianya yang masih bekerja di rumah adik adiknya dengan imbalan yang sesuai, apalagi saat ini ibu Meinawati juga masih menemani adik adik Jodha di Jakarta sejak Jodha menikah
Di dapur Jalal berusaha membuat sarapan spesial buat Jodha dan dirinya yaitu nasi goreng special pake telor, salah satu masakan yang bisa dibuat oleh Jalal dan ibunya sendiri sempat memuji masakannya ini, ketika Jodha turun dari kamarnya, dilihatnya Jalal sedang sibuk di dapur dengan serbet makan kotak kotak warna merah hati terhampar di punggungnya yang kekar
“Kamu masak apa ?” suara Jodha mengusik keasyikan Jalal yang sedang memasak, Jalal segera menoleh ke belakang seraya berkata
“Aku bikin sarapan buat kamu, maksudku buat kita jadi kamu tidak usah repot repot untuk memasaknya hari ini” ujar Jalal sambil menyeringai senang
“Baguslah kalau begitu, aku mau dandan dulu !” ujar Jodha tanpa ambil pusing sambil ngeloyor pergi meninggalkan Jalal, Jalal kembali menyelesaikan masakannya, hingga akhirnya ketika nasi goreng specialnya telah matang, Jalal menghiasnya dengan garnish tomat, seledri dan daun selada lalu bergegas menuju ke kamarnya sendiri untuk siap siap berdandan, tak lama kemudian mereka berdua sudah siap menikmati sarapan mereka berdua di meja makan
“Not bad” puji Jodha tulus “namun masih keasinan, garamnya berapa ini ?” Jalal hanya tertawa kecil mendengar ucapan Jodha
“Garamnya terlalu banyak yaa, yaaa mau gimana lagi kan hari ini masa hukumanku telah usai, kamu tahu kan ?” kedua bola mata Jalal bersinar terang menatap ke arah Jodha, namun Jodha pura pura tidak ambil peduli dengan ucapan Jalal
“Hari ini aku banyak acara, mungkin akan pulang sampai malam, kamu nggak usah nungguin aku yaa, aku bisa pulang sendiri nanti” ujar Jodha sambil terus menikmati nasi goreng special Jalal, Jalal hanya bisa terdiam dengan tatapan memelas. NEXT