Deja Vu bag 30 by Sally Diandra. Jalal tidak mengerti apa yang terjadi pada istrinya, Jodha yang pagi itu malah menangis dan membelakangi tubuhnya, ketika Jalal berusaha mendekati, Jodha malah marah, Jodha kembali pada Jodha yang dulu yang suka marah, tidak peduli dan galak
“Aku heran sama perempuan ,,, kadang perilaku mereka memang aneh, aku nggak habis pikir” ujar Jalal sambil turun dari tempat tidur lalu menyambar kimononya dan segera menuju ke kamar mandi, tak lama kemudian begitu didengarnya Jalal masuk ke dalam kamar mandinya sendiri, Jodha segera turun dari tempat tidur dengan masih membalut tubuhnya dengan selimut kemudian memunguti semua pakaian yang berserakan di lantai dan bergegas menuju ke kamarnya sendiri, sesampainya di kamarnya, Jodha segera menuju ke kamar mandi dan menyiram tubuhnya dari atas hingga bawah dengan air pancuran, Jodha menggosok semua bagian tubuhnya, mukanya, bibirnya, badannya sambil menangis tersedu sedu ,,, Jodha merasa dirinya telah melakukan sebuah tindakan yang tolol dan merendahkan harga dirinya sendiri, berulang kali Jodha menggosok semua bagian tubuhnya dengan harapan bisa menghilang semua jejak Jalal di tubuhnya, namun usahanya sia sia, Jodha masih teringat dengan Jalal, Jodha masih teringat dengan permainan cintanya yang memabukkan semalam, Jodha menangisi dirinya sendiri dibawah siraman air pancuran itu
Hari itu kebetulan hari minggu, sehingga mereka berdua tidak begitu di buru waktu untuk segera berangkat ke rumah sakit, Jodha masih terus berdiam diri di kamar mandi sementara itu beberapa jam kemudian, ketika Jalal sedang menikmati kopi hangat sambil membaca koran di teras rumahnya, tiba tiba Shivani muncul di depan rumahnya bersama seorang pria
“Kak Jalal !” Jalal langsung mendongak begitu di dengarnya suara Shivani “kak Jodha ada kan ?” ujar Shivani sambil membuka gerbang rumah Jalal dan mengajak masuk teman pria yang diajaknya itu, Jalal hanya tersenyum sambil mengangguk
“Kakakmu ada di dalam, di kamarnya mungkin” ujar Jalal sambil berdiri menyambut adik iparnya itu, sesaat Jalal tertegun ketika melihat pria yang berdiri di sebelah Shivani, Jalal teringat kalau pria ini dulu pernah berada di kamar kost Jodha lima tahun yang lalu, pria ini pula yang membuat darahnya mendidih ketika dilihatnya sedang berduaan dengan Jodha mesra, Jalal benar benar penasaran dengan laki laki tersebut
“Kak Jalal, kenalkan ini kak Sujamal, kakak sepupu kami” Sujamal segera mengulurkan tangannya ke arah Jalal sambil berkata “Kalau nggak salah, sepertinya dulu kita pernah bertemu ya ?” ujar Sujamal sambil menyeringai senang, Jalal mengangguk mantap dan berkata
“Ya benar ! Lima tahun yang lalu di kost kostan Jodha ? Benar kan ?” Sujamal langsung tertawa begitu Jalal menyebut kost kostan Jodha, pikirannya melayang pada peristiwa itu ketika dilihatnya Jalal yang sangat marah saat bertengkar dengan Jodha, adik sepupunya
“Ya ya ya ,,,, aku ingat, kamu mantan pacar jodha kan yang waktu itu marah marah pas aku ada disana ?” Jalal hanya tertawa kecil, sementara Shivani malah terbengong dan melihat mereka berdua secara bergantian
“Jadi kalian berdua ??? Kalian berdua sudah saling kenal ?” Jalal dan Sujamal langsung mengangguk mantap sambil tersenyum senang
“Ya sudah, kalau gitu silahkan kalian berdua ngobrol, aku mau mencari kak Jodha di kamarnya” ujar Shivani sambil masuk ke dalam rumah Jalal dan Jodha, sementara Jalal menyilahkan Sujamal untuk duduk di kursi yang berada di sebelahnya di teras
“Aku kira kamu pacar Jodha yang baru waktu itu” Sujamal tersenyum lebar seraya berkata “I’m the wrong person in the wrong place, bro !” keduanya lalu tertawa, mereka berdua mentertawakan kejadian mereka dulu yang saling salah paham
“Maafkan aku, bro ! Aku nggak tahu waktu itu kalau kalian ,,, “ Jalal hanya menggeleng “Nggak masalah ,,, semuanya sudah berlalu” ujar Jalal
“Lalu bagaimana bisa kalian menikah ? Oh iya, aku belum ngucapin selamat, selamat menempuh hidup baru! Sorry banget kemarin aku nggak bisa datang waktu kalian menikah, waktu itu aku ada di LN” ujar Sujamal sambil kembali mengulurkan tangannya, Jalal menyambutnya dengan senyumnya yang mengembang
“Terima kasih dan bagaimana bisa kami menikah, itu ceritanya panjaaaaang sekali, kalau di ceritakan mungkin bakal butuh waktu berjam jam” keduanya saling tertawa lagi satu sama lain, dan tanpa membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka berdua jadi saling akrab satu sama lain
Sementara itu di kamar Jodha, ketika Shivani menemui kakaknya disana, dilihatnya Jodha sedang tertidur di kamarnya, perlahan Shivani mendekati Jodha, tiba tiba Jodha terbangun ketika melihat ada seseorang yang mendekatinya, Jodha segera beringsut namun ketika dilihatnya Shivani yang datang, Jodha merasa sedikit lega
“Shivaaa ,,, kamu disini ?” Shivani langsung mengangguk sambil duduk di tepi ranjang dekat Jodha “Ada kak Sujamal tuh dibawah, dia pengin ketemu sama kakak” kedua bola mata Jodha langsung membulat begitu di dengarnya ada Sujamal di rumahnya, Jodha langsung bangun dan merapikan rambutnya yang panjang
“Shiva, apa dia sudah bertemu dengan kak Jalal ?” Shivani langsung mengangguk “lalu bagaimana ?” Shivani nampak bingung “Shivaaaa ? Bagaimana ?” tanya Jodha lagi
“Bagaimana apanya kak ? Mereka baik baik saja, malah mereka langsung ketawa ketawa begitu ketemu tadi” Jodha langsung berbalik menatap kearah Shivani dengan tatapan yang sulit dimengerti oleh Shivani, kemudian bergegas Jodha keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah menuju ke teras untuk menemui Sujamal, Shivani mengikutinya di belakang, sesampainya di teras, Jodha segera menyambut Sujamal hangat
“Kak Sujamal ,,,” Sujamal dan Jalal segera berdiri ketika dilihatnya Jodha sudah ada didepan mereka, Sujamal menghampiri Jodha dan memeluknya erat sambil berbisik “Selamat menempuh hidup baru, Jodha” Jodha hanya tersenyum masam sambil mengendurkan pelukkan kakaknya
“Kamu tahu, aku baru yakin sekarang, kalau jodoh memang berada di tangan Tuhan, buktinya meskipun kalian berdua sudah terpisah jarak dan waktu tapi ternyata takdir berkata lain, Tuhan tetap menyatukan kalian, mempertemukan kalian berdua dalam sebuah tali pernikahan, hebat ! selamat ya !” Jodha dan Jalal hanya berpandang pandangan satu sama lain dengan senyum penuh kepura puraan begitu mendengar ucapan Sujamal
“Yaaa sudah, sekarang kalian berdua sudah ketemu sama kak Sujamal kan ? Sekarang saatnya kalian berdua ikut aku ke rumah karena ibu sudah masak special buat kalian bertiga, ayooook !” ujar Shivani sambil menggeret tangan Sujamal
“Kalau gitu, sebentar Shiva ,,, kakak kunci dulu pintunya !” ujar Jodha sambil mengunci handle pintu rumahnya, sementara Shivani dan Sujamal sudah berada di luar pagar menunggu mereka berdua dan ketika Jodha berbalik hendak melangkah, tiba tiba Jalal menghadang langkahnya
“Jodha, aku sudah tahu semua tentang Sujamal, kakak sepupumu itu ,,, aku ingin kamu tahu, kalau aku sudah tidak marah lagi soal perlakuanmu lima tahun yang lalu ketika kamu membawanya ke kamar kost kostanmu, maafkan aku, Jodha ,,, aku benar benar minta maaf” ujar Jalal tulus dengan perasaan mengiba
“Jalal, saat ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan soal itu ,,, mereka sudah menunggu kita” ujar Jodha sambil berusaha melangkah ke depan namun Jalal segera mencengkram lengannya dan berkata
“Jodha, asal kamu tahu, aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin kehilangan dirimu dan apa yang telah kita lakukan semalam, itu merupakan sebuah kenangan yang indah, aku tidak akan melupakannya” ujar Jalal sambil menatap kedua bola mata Jodha tajam, Jodha hanya terdiam sambil menatap Jalal dengan tatapan yang ketus
“Dan mulai hari ini ,,,” Jalal nampak terdiam sesaat “aku tidak akan memaksamu untuk melayani aku, aku tidak akan menyentuhmu seperti yang kamu inginkan, tapi aku akan tetap mencintai kamu sampai kapanpun” ujar Jalal sambil melepaskan cengkramannya di tangan Jodha, Jodha tidak membalas ucapan Jalal, Jodha hanya terdiam lalu berjalan ke depan meninggalkan Jalal, Jalal segera mengekornya dibelakang dan mereka berdua bersama sama dengan Shivani dan Sujamal menuju ke rumah ibu Meinawati
Sepanjang hari itu, Jodha dan Jalal nampak sangat menikmati kebersamaan mereka bersama ibu Meinawati, kedua adik Jodha, Shivani dan Sukaniya juga Sujamal ,,, sesekali Jodha melirik ke arah Jalal ketika Sujamal menggoda mereka berdua, Jalal pun membalasnya dengan senyuman yang mengembang, tatapan matanya tidak lepas dari Jodha namun lagi lagi bayangan masa lalu itu melintas yang membuat Jodha sakit hati dan benci setengah mati dengan Jalal, Jodha masih belum bisa melupakan rasa sakitnya itu,
hingga akhirnya 1 bulan pun berlalu ,,,
“Terima kasih, dokter Jodha ,,, dokter Jodha sangat baik sekali” ujar salah seorang anak yang merupakan pasien Jodha, Jodha hanya tersenyum sambil membelai wajah gadis kecil itu lembut
“Dia selalu begitu, dokter Jodha ,,, begitu bertemu dengan dokter Jodha, sepertinya dia langsung sembuh, rasanya dokter Jodha punya magnet yang luar biasa untuk Kimmy” ujar ibu si pasien, Jodha hanya tersenyum dan berkata
“Aku senang, kalau Kimmy langsung sembuh begitu ketemu denganku, Kimmy hanya pilek saja, nggak boleh banyak minum es yaa dan nggak boleh makanan ringan yang berbumbu, Kimmy bisa kan ?” gadis kecil itu hanya mengangguk dengan tatapan matanya yang polos
“Kalau begitu kami pulang dulu, dokter Jodha” Jodha hanya mengangguk menyilahkan pasiennya keluar sambil membukakan pintu dan berkata “Jangan kembali lagi dalam keadaan sakit ya, sayang” Kimmy hanya meringis menunjukkan barisan gigi susunya yang mulai keripis dan berlalu bersama ibunya meninggalkan Jodha “Suster, apakah masih ada pasien lagi siang ini ?” perawat yang menemani Jodha saat itu segera mengecek daftarnya
“Masih ada dua lagi, dok !” Jodha mengangguk dan berkata “Tolong, berikan mereka ke dokter Martha yaa ,,, aku merasa kepalaku pusing terus sedari tadi, aku mau istirahat dulu” ujar Jodha sambil beranjak keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Rukayah
Sementara itu, saat itu Jalal sedang mengobati pasiennya nyonya Salima yang menjadi korban KDRT oleh suaminya, mukanya lebam lebam biru dan bibirnya sobek sedikit di ujung
“Nyonya Salima, sampai kapan kamu akan seperti ini terus ? Sampai kapan kamu terus bertahan dengan suamimu ? Ini bukan kejadian yang pertama, nyonya” ujar Jalal sambil mengobati luka luka lebam di wajah nyonya Salima
“Aku tidak tahu, dokter Jalal ,,, aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, hanya dia satu satunya orang yang aku punya, aku sudah tidak punya siapa siapa lagi, dok ,,, aku tidak punya saudara lagi, dok” ujar Salima sambil menangis
”Tenang ,,, tenang, tenang nyonya Salima ,,, jangan menangis, kamu masih punya harapan, kamu masih punya Rahim, anakmu ,,, dialah sumber kekuatanmu” ujar Jalal lagi sambil terus mengoleskan obat itu
“Tapi aku tidak bisa, dok ,,, aku tidak bisa meninggalkan suamiku, bagaimana pun juga aku sangat mencintainya dan aku yakin dia juga sangat mencintai aku, dia sangat membutuhkan aku, dok” ujar Salima sambil terus menangis
“Kalau dia memang benar benar mencintai kamu, seharusnya dia tidak melakukan tindakan semacam ini, nyonya Salima ,,, nah sudah selesai, aku buat resepnya untuk meredakan nyerinya” ujar Jalal sambil duduk di kursi kerjanya dan mulai mencoret coret resep untuk Salima
“Nah, ini resepnya, nyonya ,,, nyonya mau mengambilnya sendiri atau biar diambil oleh perawatku ? suster !” ketika Jalal memanggil perawat yang membantunya, Salima langsung memotong “Biar aku saja, dokter Jalal ,,, aku tidak apa apa, aku bisa menutupinya dengan kerudung dan kacamata ini, dok” ujar Salima sambil berdiri dan mengambil resep di atas meja kerja Jalal sambil berkata “bolehkah kapan kapan aku datang lagi, dok ?” ujar Salima dengan wajah memelas, Jalal mengangguk dengan senyumnya yang menawan
“Dengan senang hati, nyonya Salima ,,, pintu ruanganku ini selalu terbuka untukmu” ujar Jalal, Salima hanya mengangguk lemah dan pergi berlalu meninggalkan Jalal, Jalal hanya bisa menatapnya getir
Sementara itu ketika Jodha hendak menuju ke ruangan Rukayah, Jodha merasa pusingnya semakin menjadi jadi, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin
“Ada apa dengan aku ini ? Kenapa tubuhku begini ?” bathin Jodha dalam hati, pada saat yang bersamaan Rukayah sedang berjalan menuju ke kantin bersama dokter Farid, dari ujung koridor Rukayah melihat Jodha yang sedang berdiri sambil memegangi pilar penyangga atap rumah sakit
“Jodhaaa !!!” Rukayah dan dokter Farid segera berlari menghampiri Jodha, dilihatnya wajah Jodha pucat pasi dan badannya mulai hangat
“Kamu sakit, Jo ! Ayooo ke ruanganku sekarang !” Jodha hanya diam saja sambil menatap ke arah Rukayah dengan pandangannya yang samar samar dan tiba tiba hitam dan Jodha pun terkulai lemas tak sadarkan diri, dokter Farid segera menangkapnya dengan sigap sehingga Jodha tidak jatuh ke lantai dan tak berapa lama kemudian Jodha sudah dibawa dalam brankar menuju ke ruangan Rukayah, sesampainya di ruangan Rukayah, Rukayah segera memberikan instruksi ke dokter Farid dan beberapa perawat yang membawa Jodha
“Tolong, jangan beritahu apa apa dulu pada dokter Jalal ! Nanti biar aku saja yang memberitahunya” ujar Rukayah sambil masuk ke ruangannya sendiri dan mulai mengecek kondisi Jodha
Beberapa jam kemudian ,,,
Jodha mulai siuman, di kerjap kerjapkannya matanya yang bulat, lampu rumah sakit yang menggantung diatas atap menyilaukan matanya, Rukayah yang melihat gelagat Jodha segera mendekatinya
“Kamu sudah bangun, Jodha ? Bagaimana keadaanmu ? Masih pusing ?” Jodha hanya terdiam sambil memijit mijit keningnya dan mengangguk lemah
“Iyaaa, masih pusing ,,,” ujar Jodha lemah “Aku kenapa, Rukayah ?” Rukayah tersenyum penuh arti sambil mendekat ke telinga Jodha
“Karena kamu sedang hamil, sayang” Jodha langsung bangun dari tidurnya dan kaget terperangah tidak percaya seraya berkata “Apa ? Aku hamil ?” teriak Jodha lantang, Rukayah terkejut begitu melihat perubahan sikap Jodha yang tiba tiba kaget seperti itu
“Kenapa kamu kaget seperti itu ? Bukankah kamu sudah punya suami ? Jadi wajar kan kalau kamu hamil ? Kamu ini aneh ?” Rukayah menatap tajam wajah Jodha
“Tapi apakah ini benar, Ruku ,,, ? Kamu mungkin salah diagnosa barangkali, aku yakin aku hanya kecapekan saja, iya kan ?” Rukayah langsung menggeleng kencang “Aku memang belum menjadi dokter spesialis kandungan, Jodha ,,, tapi aku yakin diagnosaku tidak salah, diagnosaku sangat akurat, kamu bisa mengeceknya besok pagi di rumah, begitu kamu bangun tidur, cek pakai ini !” ujar Rukayah sambil memberikan test peck alat pengecek kehamilan “atau kalau kamu masih tidak percaya, kamu bisa mengeceknya di dokter spesialis kita, ada banyak kan dokter specialis yang kita punya di rumah sakit ini ?” Jodha hanya terdiam sambil memperhatikan test peck tersebut
“Tapi, Ruku ,,, ini rasanya tidak mungkin, kami hanya melakukannya sekali, itupun tanpa persetujuanku, maksudku ,,, karena aku terpaksa harus melayaninya, kamu tahu kan bagaimana kami ?” Rukayah kembali menggelengkan kepalanya sambil menatap Jodha dengan senyumnya yang mengembang
“Kamu tahu ? Mau sekali atau berkali kali ,,, kalau memang sudah rejeki dari yang di atas mau apa lagi ? Ini adalah anugerah terindah, Jodha ,,, kamu seharusnya mensyukurinya” kedua bola mata Jodha langsung terbelalak menatap Rukayah
“Apa kamu bilang ? Aku harus mensyukurinya ? Aku benci ayahnya, Ruku ! Pernikahan kami hanya kamuflase belaka ! Aku benci dia, Ruku ! Aku benci dia, Ruku !” ujar Jodha sambil menangis, Rukayah langsung memeluknya erat sambil berusaha menenangkan Jodha
”Sudah, sudah ,,, sudah, Jodha ,,, aku tahu, aku bisa mengerti, aku tahu apa yang kamu rasakan tapi ingat anakmu ini tidak bersalah, Jodha ,,, dia tidak bersalah, aku harap kamu tetap menggunakan akal sehatmu, Jodha” ucapan Rukayah sangat menusuk hati Jodha, Jodha tidak mengerti apakah dia harus menerima anak ini atau tidak, yang jelas Jodha sangat membenci ayahnya dan Jodha tidak ingin memiliki anak dari Jalal, Jodha tidak ingin terlibat lebih jauh dengan Jalal, Jodha benar benar bingung, apalagi ketika dilihatnya di test peck keesokan harinya ketika bangun tidur, terlihat dua garis merah cukup jelas melintang disana, Jodha benar benar panik…. NEXT