Sinopsis Ashoka Samrat episode 183 by Sally Diandra. Di kamar Sushima, Sushima masih menunjukkan kemarahannya pada semua orang, Charumitra berusaha untuk menenangkan dirinya agar tenang dan kalem namun Sushima malah berkata “Adalah sebuah kesalahan terbesar dengan hanya diam dalam situasi seperti ini ! Aku harus melakukan sesuatu !” kemudian Sushima memerintahkan salah satu prajuritnya untuk terus mengawasi gerak gerik Ashoka “Ashoka itu tidak diijinkan untuk meninggalkan istana, perintah ini harus di patuhi, apapun caranya !” sementara itu perdana menteri Khalatak memberikan sedikit nasehat ke Susima agar lebih peduli dengan fakta yang ada jika ketiga tahanan itu kembali dan bergabung dengan komplotannya dan melakukan pemborentakan “Jika mereka bisa mencapai harta benda yang telah kita sisihkan untuk perang maka konsekwensinya akan sangat drastis” mendengar hal itu, Charumitra meminta Sushima untuk lebih fokus pada apa yang dikatakan oleh perdana menteri Khalatak “Kamu bisa saja kehilangan fokus utamamu, Sushima” Sushima ingin sekali menangkap para pemborentak itu “Kita harus mengalihkan perhatian rakyat kita pada suatu hal, kita akan mengatur sebuah pesta besar di Pitr – Paksh maka dengan begitu tidak ada seorangpun yang akan mendapatkan kesempatan untuk berfikir tentang sesuatu yang terjadi di daerah, aku punya sebuah ide untuk mengalihkan perhatian rakyat Magadha juga, aku dengar bahwa beberapa daerah yang lain bertanggung jawab dibelakang penyerangan tersebut, apakah mungkin itu Kalingga ? Perhatian rakyat kita akan di alihkan, kita akan menemukan sebuah kesempatan yang baik untuk menangkap mereka, buatlah persiapan untuk akhir cerita mereka, perdana menteri” tak lama kemudian perdana menteri Khalatak meninggalkan ruangan tersebut, Charumitra sangat bangga dengan kecerdasan Sushima “Sushima, kamu memang cocok menjadi seorang Samrat ! Waktumu pasti tidak lama lagi” ujar Charumitra sambil membelai pipi anaknya itu
Di kamar Ashoka, Dharma sedang mengobati luka luka di punggung Ashoka, Ashoka masih menahan rasa marah dan emosinya ketika dirinya teringat pada penderitaan anak anak yang kelaparan “Bagaimana aku bisa mengatakan pada kalian bahwa aku sangat menderita melihat penderitaan mereka, mereka telah dianiaya dengan menggunakan nama Samrat Bindusara, aku ingin sekali menolong mereka tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan bagaimana caranya ?” bathin Ashoka dalam hati
Di desa, beberapa prajurit melihat ada beberapa biarawan sedang berdoa, tiba tiba para prajurit tersebut memutuskan untuk membunuh para biarawan tanpa ampun sebagaimana yang bisa mereka lakukan, tidak ada seorangpun yang bisa menghindar dari amukan mereka, dari kejauhan teman teman Ashoka melihat mereka seraya berkata “Kita harus menghentikan mereka ! Mereka sepertinya bukan dari Magadha” salah seorang dari teman Ashoka memegang sepotong kain berwarna merah dan berkata “Kita tahu siapa yang bisa membantu kita”
Di kamar Ashoka, Ashoka meminta pada ibunya untuk membiarkan saja luka di tubuhnya “Ini hanya luka kecil, bu ,,, tidak apa apa” namun Dharma tetap berkeras ingin mengobati Ashoka “Tubuh kadang membutuhkan bantuan dari luar dalam memenuhi tugas yang lebih besar, obat obatan ini akan sangat diperlukan, kamu seharusnya beristirahat dulu sekarang” pinta Dharma kemudian meninggalkan Ashoka sendirian di kamarnya, Ashoka ingin sekali merawat orang orang yang menderita “Aku akan pergi sekarang juga !” dari luar jendela Ashoka melihat ada kain merah yang berkibar di benteng yang tinggi, Ashoka teringat pada kode yang telah dia katakan pada teman temannya, Ashoka melihat keluar dari jendelanya, situasi yang terjadi saat ini sangat suram dan mencekam. Ashoka segera mengambil pakaian kebesarannya dari dalam peti “Teman temanku sedang dalam masalah, aku harus menolong mereka tapi ibu ingin agar aku tetap disini untuk pemujaan, aku akan kembali ke istana sebelum pagi menjelang, aku akan menolong orang lain sebagai Agraduta dan akan berada disini untuk pemujaan juga” ujar Ashoka sambil menutupi wajahnya dan melompat keluar dari jendela kamarnya
Di ruang pribadi Samrat, perdana menteri Khalatak memberikan informasi yang terbaru ke Sushima “Prajurit kita telah mencapai tujuannya, prajurit kita telah menyerang para biarawan itu” sementara itu di tempat para biarawan Ashoka sudah sampai disana dan mulai bertarung dengan semua prajurit yang mencoba membunuh para biarawan, ketika sedang bertarung tiba tiba cadar Ashoka terbuka namun Ashoka langsung berbalik membelakangi para prajurit tapi ada satu prajurit yang bisa mengenali Ashoka “Bukankah itu seperti pangeran Ashoka ? Siapa kamu sebenarnya ?” Ashoka segera mengenakan kembali cadarnya dan kembali bertarung dengan prajurit suruhan Sushima, hingga akhirnya Ashoka mampu melumpuhkan para prajurit tersebut sendirian, para prajurit yang bergulingan di tanah memohon ampun pada Ashoka “Tolong, aku mohon ampuni nyawaku” namun Ashoka tidak bergeming, ketika Ashoka hendak membunuh salah satu prajurit, salah satu biarawan segera memegang tangan Ashoka dan mencegahnya agar tidak membunuh prajurit itu “Jangan bunuh dia” ujar biarawan sambil mengambil pedang Ashoka dan dilemparkannya ke tanah, Ashoka pun menghentikan aksinya, semua prajurit lari tunggang langgang meninggalkan tempat para biarawan, para biarawan mengucapkan terima kasih pada Ashoka karena telah menyelamatkan mereka “Kenapa kalian tidak membiarkan aku membunuh prajurit itu ?” Ashoka merasa penasaran “Seseorang tidak akan mendapatkan kesempatan untuk berubah kalau kamu membunuhnya” jelas salah satu biarawan “Tapi bagaimana dengan hukuman untuk mereka ? Mereka itu ingin membunuh kalian, orang orang seperti itu seharusnya jangan dibiarkan hidup !” para biarawan itu hanya tersenyum
“Hanya rasa cinta saja yang bisa mengakhiri kebencian, guru kami berkata bahwa suatu hari kamu akan mengerti ini semua, Ashoka” Ashoka terkejut bagaimana bisa para biarawan ini mengenali dirinya sebagai Ashoka, sedangkan dirinya masih mengenakan cadar hitamnya “Bagaimana bisa mereka ini mengenali diriku ? Wajahku saja masih tertutup oleh cadar, bagaimana bisa mereka tahu kalau aku ini Ashoka ?” bathin Ashoka dalam hati “Siapa itu Ashoka ? Aku adalah Agraduta !” Ashoka pura pura bersandiwara, para biarawan setuju dengan apa yang dimaksud oleh Ashoka “Kamu benar, kamu tetap bukan Ashoka yang telah mengubah pandangan dari tanah ini suatu hari, kamu akan menjadi itu suatu hari nanti, ini adalah ucapan dari Tathagat” Ashoka semakin penasaran “Siapa itu Tathagat ?” salah satu biarawan berkata “Dia adalah guru kami para biarawan, kamu akan bertemu dengannya pada saat yang tepat nanti, sekarang biarkan kami mengobati luka lukamu” Ashoka menolak ketika para biarawan itu hendak mengobatinya kemudian salah satu dari mereka memberikan obat obatan herbal untuk Ashoka, Ashoka sangat berterima kasih pada mereka “Sekarang aku harus pulang ke Patliputra sebelum fajar menyingsing”, “Itu adalah situasi yang sulit untuk mencapai kesana dengan waktu yang sangat pendek” ujar salah satu biarawan, kemudian mereka menunjukkan pada Ashoka jalan yang singkat yang bisa dia tempuh untuk mencapai ke Patliputra pada waktu yang tepat, rutenya sangat sulit tapi akan membantu Ashoka mencapai Patliputra tepat waktu, Ashoka akhirnya meninggalkan mereka.
Ashoka akhirnya menempuh jalur yang singkat, kakinya mulai sakit karena serangan salah satu prajurit dan matahari telah bersinar terang “Saat ini waktunya pemujaan, setiap orang pasti akan mencari aku, aku harus mencapai sana sebelum saudaraku mencurigai aku” bathin Ashoka dalam hati, Ashoka masih terus mencoba berjalan cepat tapi kakinya sangat sakit “Rasanya aku tidak bisa berjalan lagi, bagaimana aku bisa mencapai istana dengan keadaan seperti ini ?” tiba tiba Ashoka mendengar ringkikkan kuda, rupanya kuda itu seperti memang disiapkan untuknya, dengan tertatih tatih dan lemas Ashoka berusaha mendekat ke arah kuda tersebut dan menungganginya.
Di kerajaan Magadha, Sushima sudah bersiap hendak melakukan pemujaan dibantu oleh para pelayannya, ketika ibunya datang, semua pelayan di suruhnya pergi, Sushima menanti dengan penuh semangat kembalinya para prajurit suruhannya dengan berita baik yang di dengarnya, tak lama kemudian perdana menteri Khalatak ikut bergabung bersama Sushima dan ibunya di kamar Sushima “Pangeran Sushima, mereka belum kembali” ujar Khalatak “Kenapa mereka begitu sangat terlambat ? Apakah ada masalah dengan mereka ?” Charumitra merasa heran “Kita telah mengambil sebuah resiko yang sangat besar, kita harus mengusir mereka keluar dari negeri kita dan ambil semua uang mereka, aku sangat takut jika ada seseorang yang mengetahuinya” Charumitra semakin cemas “Tidak usah cemas, ibu ,,, jangan khawatir, tidak akan ada seorangpun yang berfikir tentang kita karena para biarawan itu sudah mati semua” Sushima mencoba menghibur ibunya “Aku juga berharap demikian, pangeran Sushima ,,, aku akan segera memberitahu kamu begitu para prajurit itu kembali” kemudian Khalatak pergi meninggalkan mereka berdua “Ibu hanya ingin melihat kamu menjadi Samrat berikutnya, ibu tidak ingin ada kecerobohan dalam proses mengusir Ashoka dan ibunya keluar dari istana ini ! Kita seharusnya lebih berhati hati lagi, meskipun itu sebuah kesalahan yang sangat kecil, kita bisa mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk itu, anakku” Sushima berusaha meyakinkan ibunya bahwa impian ibunya akan menjadi kenyataan “Ibu telah melahirkan seorang calon Samrat berikutnya, tidak ada seorang pun yang akan mengubah takdirku ini, ibu !” tiba tiba seorang pelayan memasuki kamar Sushima dan mengabarkan pada mereka kalau para pendeta telah datang, sebelum keluar kamar Sushima memuji idenya sendiri dalam menjaga Ashoka agar tetap di dalam istana “Prajuritku masih terus mengawasi dia, dia tidak bisa keluar dari kamarnya meskipun untuk sedetik saja tanpa ijin dariku !” ujar Sushima bangga
Ashoka sedang menuju ke kerajaan Magadha dengan kudanya, akhirnya dia sampai pada tempat dimana terdapat jurang yang cukup dalam dengan sungai dibawahnya, sementara jembatan kayunya sudah rusak, Ashoka teringat ucapan para biarawan itu “Rutenya sangat sulit, penuh dengan masalah tapi itu akan membuat kamu mencapai tujuanmu tepat pada waktunya” Ashoka tidak ingin membuang buang waktu “Aku harus berada di kamarku sebelum semua orang mulai mencari cari aku” Ashoka melihat ada sebuah tali yang bisa dipergunakannya, Ashoka segera membuat simpul mati kemudian melemparkan tali itu ke sebrang jurang untuk di kaitkan pada sebuah batu besar yang terdapat pada bukit di sebrang jurang sana, setelah siap semua Ashoka segera menyebrangi jurang yang cukup dalam itu dengan menggunakan tali yang terbentang
Di penjara kerajaan Magadha, Helena menemui Khurasan di penjara, mereka berdua membicarakan tentang Noor “Apakah Noor sudah bertemu dengan Dastan ?”, “Noor tahu kalau Dastan adalah harapan terakhir kita, hanya Dastan yang bisa membantu Siamak duduk di tahta kerajaan Magadha, Noor itu seorang keturunan Khurasani, dia akan bertarung hingga titik darah penghabisan, dia tahu kalau dirinya bertarung demi anaknya, dia tidak hanya bertarung tapi juga menang !” ujar Khurasan bangga “Aku juga tidak mau pengorbanan ayah Siamak, Justin itu sia sia, aku adalah orang Yunani, kami datang kesini setelah menumpahkan banyak darah, kami bermimpi membuat seluruh negeri India ini menjadi milik kami ! kami bisa membunuh siapa saja untuk memenuhi impian kami !” ujar Helena sengit “Aku masih heran kenapa sampai saat ini Bindusara masih hidup ?” Khurasan merasa heran “Itu karena Chanakya yang selalu menghambat jalannya, aku telah memerintahkan seorang gadis untuk meyakinkan agar Bindusara tidak kembali ke istana ini dengan selamat !” ujar Helena sinis
Di jurang tempat Ashoka, saat itu Ashoka sudah mencapai setengah perjalanan, namun tiba tiba talinya mulai merenggang dan putus menjadi dua, Ashoka segera memegang salah satu tali dengan erat dan tiba tiba Ashoka seperti hendak menabrak dinding jurang didepannya… Sinopsis Ashoka Samrat episode 184 by Sally Diandra