Sinopsis Ashoka Samrat episode 227 by Meysha Lestari. Ketika berjalan-jalan di pasar di tepi Dermaga, Ashoka mendengar seseorang bicara positif tentang kehidupan. Ashoka menoleh kearah siempunya suara. Dia adalah seorang gadis penjual buah. Ashoka tertarik padanya dan berniat mengikutinya. Tapi langkahnya terhenti ketika dia tertabrak jaring. Tapi tatapan Ashoka tidak berhenti mengikuti gadis itu. DIa melihat si gadis memberikan buah-buahan pada beberapa orang anak yang ada didekatnya. Seorang anak menanyakan nama gadis itu. Ashoka menatap gadis itu terus hingga dia berbalik. Sayang tatapan Ashok terhalang oleh para pejalan kaki yang melintas di depannya. Ashok sangat ingin melihat gadis itu lagi. Tapi anak-anak menghentikannya karena mereka mengenali Ashoka.
Sementara si gadis poenjual buah terus melangkah, hingga seorang gadis lain menghampirinya dan memberitahu dia kalau ada utusan yang membawa pesan perdamaian akan di kirim ke Takshila, “kau dapat pergi dengan mereka kalau kau mau.” Si gadis penjual buah segera pergi menemui para Biksu.
Amadhya Rakshacharya dan beberap orang sedang berdiri satu kaki sambil memegang panci berisi air. Beberapa diantara mereka hilang kosentrasi saat melirik Madhya. Orang itu gagal dalam kompetisi itu dan Amadhya di nyatakan menang. Dengan itu Amadhya berhak memilik siapa saja yang akan ikut bersamanya ke Takshila. Seseorang memohon pada Amadhya agar di izinkan pergi denganya, “saya akan belajar banyak dari anda..!”
Gadis penjual buah berlari menghampiri Amadhya dan memohon agar di izinkan pergi denganya. Amadhya mencoba memberi penjelasan pada si gadis betapa berhayanya situasi di Takshila. Tapi si gadis bersikeras ingin turut serta. Bujuknya, “ini seperti keinginan terakhirku!” Amadhya bicara tentang kesabaran. Si gadis telah bertekad, “jika kesabaran dan konentrasi sangat penting untuk bisa peri ke Takshila, baiklah! Aku akan membuktikannya!” SI gadis kemudian berdiri dengan satu kaki sambil memegang panci air di tangan. Amadhya terlihat ragu. Dlam hati dia berkata, ‘aku tak bisa mengatakan yang sebenarnya padamu. Aku pergi ke Tkashila agar aku bisa menemui Kichak sehingga bisa membunuh Sushim dan Ashoka. Aku bukan Bodheswar yang sebenarnya..”
Sushim meragukan niat Amadhya Raksha. Charu dapat merasakan keresahan Shushim. Shushim berjalan diluar, Charu menghampirinya dan bertanya padanya, “apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku? Kita harus mengetahui segalanya di permainan ini, tak boleh ada rahasia.” Shushim mengangguk dan berkata, “aku merasa gelisah, karena itu aku pergi keluar. Sekarang aku merasa sedikit tenang.” Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Shushim pergi, di iringi tatapan ingin tahu dari Charu.
Dharma datang menemui Ashoka dengan menyamar. Dia memanggil Ashok dengan istilah “perhiasanku”. Katanya, “ketenaranmu akan menjadi hiasanku sekarang.” Ashoka merasakan kesedihan di matanya, dia mendekat. DHarma menyerahkan curat Achary, “dia menulisnya untukku..” Dharma membacakan isi surat itu pad Ashoka, “jika surat ini sampai padamu, itu artinya ini adalah pesan terakhirku untukkmu. Aku akan mengatakan hal yang sama pada puteriku seandainya aku punya puteri. Pahami aku seperti seorang ayah. Aku berhutang padamu karena karena membesarkan Ashoka dengan nilai-nilai luhur. Kualitas ini akan membawanya mencapai kedudukan yang tinggi di masa depan. Dunia akan merasa berhutang padamu dan dia kelak di masa depan. Ashoka terlahir untuk menjadi Samrat sehingga ras kemanusia tetap utuh. Hal itu sangat penting untuk kemajuan dunia. Siapa saja yang duduk diatas tahta harus siap berkorban demi tanah airnya. Jalan ke arah itu tidak akan mudah. Seseorang harus mengangkat senjata melawan orang-orang terdekatnya. Dia harus diizinkan untuk mengakhiri hidup orang-orang jahat yang mmenghalangi langkahnya..” Dharma teringat pada orang-orang yang telah di bunuh Ashoka. Dharma melanjutkan, “kau harus mengizinkan puteramu membunuh musuh Magadha dan musuh India. Ini akan membuat segalanya menjadi mudah untuk dia..” Di akhir surat, Dharma tak lagi mampu membendung air matanya. Dia menangis pilu.
Dharma memberitahu Ashoka kalau dirinya menerima keinginan terakhir dari Achary Chanakya, “ajaranku telah membuatmu berada pada posisi yang sulit. Perang ini bukan masalah pribadi tapi demi menyatukan India, rakyatmu. Kau harus melakukan apa yang benar untuk semua orang. Pikirkan dulu sebelum mengambil keputusan. Kau telah di beri wewenang, tapi jangan menyalahgunakannya…” Dharma mengikatkan gelang di pergelangan tangan Ashoka. DIa menjelaskan pentingnya gelang itu pada Ashoka. Diakhir pertemuan mereka Ashoka mengucapkan satu kalimat yang menjadi sangat terkenal dan menjadi motto India yaitu, “Satyameva Jayate”
Amadhya Raksha menyuruh pengikutnya bersiap-siap, “kita akan berangkat begitu matahari terbit.” Pertir terdengar bersahut-sahutan di luar. Pengikutnya memberitahu kalau hujan lebat diperkirakan akan terjadi besok. Amadhya tidak merasa terganggu oleh kabar itu. Dnegan ketus dia menyahut, “kau boleh tinggal kalau kau takut hujan lebat..” Tanpa berkata apa-apa lagi, Amdhya keluar dan terkejut saat melihat si gadis penjual buah Kaurvi, masih berada di tempatnya. Amadhya melangkah pergi begitu saja tanpa memperdulikan nya. Tapi ketika esok harinya dia masih berada di tempat yang sama dan melakukan hal yang sma, Amadhya tergelitik untuk bertanya, “kenapa kau menyakiti dirimu sendiri? Mengapa kau begitu ingin pergi ke Tkashila?” Kaurvi tidak sanggup menberi penjelasan. Melihat kesungguhan Kaurvi, Amadhya mengangguk setuju, “baiklah, pergi dan bersiap-siap!” Kaurvi terlihat gembira… Sinopsis Ashoka Samrat episode 228 by Meysha Lestari