Sinopsis Ashoka Samrat episode 228 by Meysha Lestari. Begitu Amadhya mengangguk sebagai tanda kalau Kaurvi boleh ikut ke Takshila, kaurvi segera menurunkan kakinya dan meminta maaf pada Amadhya, “maafkan saya, saya tidak menjawab pertanyaan anda karena takut kosentrasi saya hilang.” Amadhya menanyakan pertanyaan yang sama lagi. Kaurvi menjawab, “ayahku dan leluhurku dulu belajar di takshila. Saya telah mendengar banyak cerita tentang Takshila. Impian saya adalah dapat belajar di sana. Beruntung sekali saya mendapatkan kesempatan itu sekarang. Saya mohon, bawalah saya bersama anda sebagai murid. Saya hanya punya kesempatan untuk pergi kesana bersama anda. Saya akan menghabiskan sisa hidupku di sana untuk menolong orang.” Orang yang mendengar terkagum-kagum dengan semangat karvu. Amadhya menyuruh Kaurvi segera berkemas. Sambil melangkah pergi, Kaurvi berguman dalam hati, “maafkan aku karena telah berdusta. Penting sekali untuk menjaga agar alasanku pergi kesana tetap menjadi rahasia, hingga aku berhasil.”
Ashoka terkenang pada Gurunya, Achari Chanakya. Dia membnatin, “aku pergi untuk memenuhi impian anda. Aku akan membuat minpi itu menjadi nyata.”
Amadhya menatap perahu Ashoka. Dia berguman, “kau boleh memulai perjalananmu, tapi kau tidak akan berhasil menyelesaikannya. Aku akan mengakhiri impian Chanakya dan dirimu hari ini.” Kaurvi punya pikiran sendiri. Dia merasa tepat dengan usahanya mengejar mimpi, “aku tak tahu bagaimana aku akan melakukannya, tapi tak ada gunanya berpikir untuk melangkah mundur sekarang.”
Pelaut meminta Ashoka untuk beristirahat, tapi Ashok menolaknya. Dia berkata kalau dirinya akanberistirahat setelah membebaskan takshila dari orang-orang jahat. Orang-orang Kichak terus mengawasi Ashoka. Salah satu prajurit Kichak berkata kalau dirinya tidak pahammengapa di suruh berpakaian sepetri itu. Prajurit yang lain menjelaskan, “agar orang-orang berpikir kalau bajak laut yang ada di balik penyerangan itu.
Amadhya Raksha membayar pelaut karena mengizinkan mereka ikut dalam perahunya. Si pelaut meyakinkan Amadhya kalau mereka akan segera sampai di Takshila. Melihat uang itu Kaurvi terheran-heran, “bagaimana seorang Bodheshwar mempunyai begitu banyak uang..” Pengikut Amadhya yang lain melarang Kaurvi berpikir macam-macam tentang guru mereka, “kita harus menerima pikiran dn keputusan guru dengan pikiran jernih.”
Ashoka menulis surat untuk ibunya. DIa tahu Dharma pasti sedang memikirkan dirinya sekarang.
Kaurvi menggenggam sesuatu di tanganya dan beruman, “apapun yang terjadi, misiku harus berhasil.”
Ashoka melihat Madhav menatap laut sambil menyeka airmatanya. Dia menghampiri Madhav dan berkkata, “aku tahu anda bersedih karena telah kehilangan ayah anda.” Madhav memberitahu Ashoka kalau dirinya mengkhawatirkan orang-orang yang ada di takshila, karena kejahatan sedang bercokol di sana. Ashoka menyahut kalau perubahan hanya akan terjadi jika ada yang berani mencobanya, “aku yakinkan dirimu kalau perubahan yang baik akan datang. Aku mendengar seseorang pernah berkata bahwa segalanya akah berakhir setelah semuanya menjadi baik.”
Orang-orang di perahu membicarakan kekejaman Kichak dan penyiksaan yang di lakukan olehnya. Mereka telah di paksa untuk menyerah pada Kichak. Kaurvi bergambung dengan mereka dan berkata, “suatu saat seseorang pasti akan memberontak. Dulu pernah ada orang yang telah berani melakukan itu. Maka orang lain pasti akan melakukannya di masa depan. Aku pernah mendengar seorang pedangan bernama Jagannath berdiri menentang Kichak. Mereka bilang orang seperti dia datang dan pergi.”
Di perahu Ashoka, pembicaraan serupa juga terdengar. Mereka juga membicarakan kekejaman Kichak.
Kaurvi bicara keras menentang Kichak. Dia menanyakan apakah mereka tahu berapa banyak keluarga yang tersisa seteah Jagannat meninggal? Aatau mengapa Samrat Magadha tidak melakukan apaa-apa? Mengapa merekaa membiarkan Kichak tetap hidup? Kaurvi mengatakan semua itu karena terbawa emosi. Setelah dia menyadari apa yang di katakannya, Kaurvi segera pergi dari sana. Para pedangan yang mendengarkan ungkapan Kaurvi menjadi penasaran.
Ashoka juga merasa marah pada Kichak karena telah menyakiti begitu banyak orang. Pelaut menambahkan bahwa Kicha sepertiitu karena serakah akan kekuasaan yang membuatnya melakukan semua hal yang salah.
Siamak terjatuh saat berlatih pedang. Gurunya meminta dia untuk fokus pada orang yang akan di lawannya. Siamak dengan marah kembali berlatih. Shushim mengawasi Siamak dari jauh. Dia heran kenapa ibu suri Helena mencari orang Yunani untuk melatih Siamak. Dalam hati Shushim beekata, “kau salah kalau berpikir kau akan duduk di tahta. Hanya aku yang akan duduk di tahta. Kau harus mengalahkan aku jika kau ingin menjadi raja. Aku tidak akan membiarkan dirimu menang!”
Kaurvi menanyai seseorang. Orang itu tidak menjawab dan berlalu dari hadapan Kaurvi. Kaurvi membuntutuinya. Tiba-tiba seorang pria lain muncul dan memegang tangan Kaurvi kuat-kuat. Pria itu berkata dengan nada mengancam, “aku tahu kau menyembunyikan sesuatu!” Kaurvi menggigit tangan itu untuk membebaskan dirinya. Seoranng biksu muncul dan bertanya pada Kaurvi, “apakah kau baik-baik saja?” Kaurvi menyembunyikan tanganya dan menganggu. Tapi Biksu tak bisa di bodohi, dia yakin ada sesuatu yang tidak beres.
Malam harinya, cuaca benar-benar dingin. Orang-orang menunggu perahu Ashoka. Ashoka melihat sang nahkoda, Madhav kesulitan dalam mengendalikan perahu. Ashoka menyelimuti Madhav dengan sal. Madhav memberitahu Ashok kalau cuaca sangat jelek. Ashok membantu Madhav menjaga mesin kapal. Dia juga pergi memanjat tiang untuk membetulkan layar. Dari atas, Ashoka melihat kalau aa perahu lain yang mendekat dari arah yang berlawanan. Ashok segera turun dan memberi peringatan pada Nahkoda agar tidak terjadi tabrakan. Ashok mencoba untuk memberi isyarat paa perahu ity agar bergerak menyingkir. Tapi perahu itu tidak bereaksi. Itu adalah perahu Kichak. Orang-orang dalam perhau itu sedang bersiap-siap untuk menyerang perahu Ashoka… Sinopsis Ashoka Samrat episode 229 by Meysha Lestari.