Sinopsis Ashoka Samrat episode 230 by Meyshlestari. Kaurvi/Kaurvaki melihat Ashoka terapung dilaut. Dia segera memanggil bantuan. Seorang pria segera terjun ke dalam air untuk menyelamatkan Ashoka. Mereka menariknya keperahu dengan selamat. Ashoka terbatuk-batuk sambil memuntahkan air. Pria itu menanyakan nama Ashoka. Ashoka telah mengatakan siapa namanya ketika dia melihat simbol Takshila pada pedang di tangan pria itu. Ashok teringat nasehat Chanakya, “Aku seharusnya tida mempercayai siapapun! Itu seperti megundang bahaaya pada diri sendiri setelah memberitahu mereka yang sebenarnya.” Ashoka pura-pura tidak ingat apapun. Dia mengarang cerita, “aku anak seorang nelayan. Aku berada di perahuku kemarin ketika….” sebelum menyelesaikan kata-katanya Ashoka pingsan. Amadhya Raksha datang. Karvi melihat luka Ashoka dan berusaha mengobati luka itu dengan bantuan rekan-rekannya. Amadhya bertanya pada orang-orang tentang apa yang di katakan Ashoka. Seorang pria memberitahu Amadhya kalau anak itu bernama Ashoka.
Kichak memberi sejumla uang pada prajurit yang telah membunuh Ashoka. Kichak sangat berharap bisa bertemu dengan keluarga Maurya yang lain, ” satu duah mati di sini.”
Charumitra tidak bisa percaya kalau Ashoka mati, “kita dapat membunuhnya, tapi malah bajak laaut yang telah membunuhnya.” Mahamadnya bergurau dengan mengatakan bahwa itu membuktikan kegagalan Ashoka yang paling besar. Sushim hanya menyerigai kecil sambil berguman dalam hati, “aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada mereka meskipun aku ingin.Ayahanda tidak akan pernah melirik Siamak begitu aku mendapatkan segalanya. Aku yakin Amadya Raksha akan menepati kata-katanya.
Siamak menangis memikirkan Ashoka, “aku tidak bisa memnbayangkan kau pegi begitu cepat.” Helena mengingatkan Siamak tentang kematian Noor yang tidak terduga, “kau seharusnya bahagioa. Ashoka telah mendapatkan hukumannya. Penghinaan apalagi yang lebih besar selain ini? intangan sekaranbg telah lenyap dari jaaan kita…” Siamak coba memikirkan kata-kata Helena.
Semua orang berpakaian putih-putih untuk memberi penghormatan pada Ashoka. Bindu meletakan bunga di pedang Ashok sambil berkata, “bukan hanya aku yang kehilangan seorang putra, seluruh negeri ini telah kehilangannya. Pengorbanannya akan selalu memotivasi generasi yang akan datang.”
Kaurvi merawat luka Ashoka. Amadhya raakhsas menatap Kaurvi dan membantin, “gadis ini menangani situasi seolah-olah dia pernah mengalami hal serupa..”
Bindusara berduka karena kehilangan Ashoka, “tidak ada kesedihan yang paling mendalam bagi seorang ayah selain kehilangan putranya. Aku tidak ada bersamanya ketika dia lahir. Sekarang aku bahkan tidak bisa melakukan ritual terakhir untuknya.” Radgagupta menatap semua itu dari jauh. Siamak dan Shushim bergabung dengan Bindusara. Shushim berkata, “aku tidak menyukai adikku. Alasan utamanya adalah karena dia selalu membuatmu gembira. Kau mempercayainyaa..” Siamak juga berkata, “aku kehilangan seorang kakak hari ini…” Bindusara dengan hati pilu memeluk kedua putranya. Mahamadya memintapersetujuan Bindusara agar magadha berkabung untuk satu hari. Shushim meminta ayahnya agar kuat, “anda harus menjaga ibu Dharma..” Bindusara membubuhkan stempelnya tanpa melihat aapa isi surat itu.
Dharma menolak mengenakan gaun putih, “aku tidak akan menerima kematian putraku hanya dengan melihat pedangnya.” Charu berkata bahwa hal semacam itu memang tak terbayang bagi seorang ibu, “tapi kebenaran tetaplah kebenaran. Semua orang harus menerimanya.” Helena menimpali kalau dirinya juga pernah melalui rasa sakit ini kehilangan putranya, “aku masih merasa kaalau putraku masih hidup. Perdayalah pada tuhan, kalau dia mengambil sesuatu darimu, mereka pasti akan memberi yang lain sebagai gantinya..”
Dharma tahu kalau kedua ratu itu sangat membenci Ashoka. Dia berguman, “kami tidak pernah memikirkan hal yang salah tentang anda. Tapi aku yakin tidak terjadi apa-apa pada putraku. Jikapun ia, aku percaya padanya, dia pasti akan kembali dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.” Bindu datang, dan semua wanita beranjak pergi meninggalkan Dharma. Bindu menyatakan kalau putra mereka meninggal saat melaksanakan dharma, “sekarang kita harus menjalankan dharma sebagai orang tuanya. Kita harus melakukan Shanti puja untuknya.” Dharma menjadi bingung, di abepikir, “bagaimana aku haus membuatnya mengerti kalau Ashoka baik-baik saja?” Bindu mengajak Dharma keluar.
Purojit meminta semua orang berdoa untuk Ashoka. Dharma bangkit. Dia berkata, “kematian tidak akan bisa mengalahkan orang yang telah mengalahkannya sejak lahir. Kematian tidak akan mengalahkan dia sampai tujuannya terpenuhi. Achary Chanakya selalu mengatakan bahwa ini takdir Ashoka. Aku tidak percaya padanya dulu..tapi sekarang aku percaya. Ini adalah takdir Ashoka untuk menjaga tanah airnya. Ini adalah keyakinan seorang ibu..” Bindu meminta Dharma agar duduk. Dharma menurut, “aku akan berdoa semoga dia terus maju seperti seorang prajurit pemberani menuju tujuannya. Misi kita sama… kedamaian untuk Ashoka. Ashoka sedang menuju ke Taskhila dengan motivasi yang sama.” Dharma lalu duduk disamping BIndusara dan melakukan puja… Sinopsis Ashoka Samrat episode 231 by MeyshaLestari