Sinopsis Ashoka Samrat episode 237 by Meysha Lestari. Ashoka tiba di Takshila. Hiruk pikuk keramaian menyambutnya. Beberapa orang terlihat sedang mengangkat barang-barang berat. Di lain tempat, para prajurit memukuli anak-anak secara terbuka. Seorang ibu berteriak meminta tolong. Ashoka mengamati penyiksaan yang harus di tanggung rakyat di bawah pemerintahan Kichak. Anak kecil di paksa untuk bekerja. Ashoka mengeluarkan koin pemberian Bindusara. Dia teringat kata-kata ayahnya tentang koin itu, “koin ini juga adalah simbol kehormatana Dinasti Maurya.” Ashoka melihat anak-anak yang di paksa bekerja. Sebagai imbalan kerja kerasnya, anak-anak itu mendapatkan makanan. Melihat itu, Ashoka berpikir untuk memahami situasinya dulu.
Seorang prajurit menanyai Ashoka, “siapa kau?” Ashoka menjawab kalau dia sedang mencari pekerjaan. Prajurit menyuruh Ashoka mengangkat tangannya. Denganc epat Ashoka berusaha menyembunyikan koin di balik turbannya. tapi sayang, si prajurit melihat itu dan mengambil koin itu dari tangan Ashoka. Ashoka berkata kalau dia mendapatkan koin itu dengan bekerja di kapal. Prajurit membawa koin itu bersamanya. Tapi Ashoka berhasil mendapatkan koin itu kembali. Ashoka bertanya-tanya bagaimana dia akan menemukan Kichak.
Seorang wanita memberi anaknya minum susu. tapi setelah mencicipi susu itu sianak memuntahkannya dan membuang nya. Si ibu dengans edih menerima perlakuan si anak karena dia telah mancampur tepung dalam air sebagai pengganti susu. Dengans edih si ibu berkata, “darimana aku bisa mendapatkan susu untukmu?” Ashoka coba melangkah maju, tapi perempuan itu mendorongnya. Koin emas yang ada di tanganya terjatuh. Seorang pria mengambil koin itu dan menatap Ashoka, “koin emas ini tidk ada gunanya untukku. Apakah kau Maurya? Mengapa kau datang kesini?” Pria itu menggumankan pertanyaan, “apakah akhir buruk dari hidupnya juga telah di takdirkan?” Ashoka mendengar gumanan orang itu dan bertanya maksud ucapannya. Si pria menunjuk pada kelompok orang yang mati di gantung, “mereka juga telah membawa pesan dari maurya. Masadepanmu ada di depanmu sekarang. bahkan tuhan sendiripun tidak akan bisa menyelamatkanmu.” Setelah berkata begitu si pria melangkah Peri. Ashoka membuntutinya.
Sebuah pengumuman sedang di buat tentang peraturan pajak baru yang diperkenalkan oleh Kichak. Mereka mengatakan bahwa sekarang ada pajak kematian dan pajak kelahiran. Orang-orang memohon belas kasihan mendengar peraturan baru itu. Pria yang di buntuti Ashoka bertanya bagaimana mereka bsia mendapatkan pajak dari orang mati? Prajurit menjawab kalau yang harus membayar pajak adalah keluarga si mati. Ashoka menyebut itu sebagai peraturan yang sangat tidak adil, “kita harus menghentikannya.” Semua orang kemudian membungkuk saat nama Mahanayak Kichak disebut meski dengan enggan kecuali Ashoka. Prajurit melihat itu dan mendekatinya, “kau tidak sujud saat mendengar nama Mahanayak disebut. Beraninya kau!” Prajurit itu kemudian menarik Ashoka.
Dharma sedang menyulam. Dia berpikir tentang Ashoka dan terpekik kecil ketika jarinya tertusuk jarum. Drupad berlari mendengaktinya, “mengapa anda melakukan ini sampai terluka?” Drupad kemudian mengobati luka Dharma. Dharma berkata dengan haru, “bagaimana aku akan merasa sakit kalau punya putra sepertimu.” Drupad berkata kalau dia ingin seperti Ashoka, “aku tidak akan pernah bisa mengambil tempatnya tapi aku akan pasti akan menjadi putramu.” Subrasi mengatakan hal yang sama, “aku tidak bisa membayangkan bagaimana harus kehilangan seorang anak. Tolong katakan padaku kalau aku bisa menolongmu dalam apapun juga. Dharma bisa merasakan ketidaknyamanan yang di rasakan Subrashi. Hiburnya, “seseorang yang lebih muda dari Drupad akan lahir. Apalagi yang kubutuhkan?” Melihat keakraban itu, Charu merpikir bahwa Dharma telah melakukan kesalahan dengan mempercayai Subhrasi, “dia akan membayarnya denga anaknya yang belum lahir.”
Melihat Ashoka di tangkap, pria yang di buntuti Ashoka tadi memohon atas nama Ashoka agar dia dibebaskan. Tapi prajurit menolaknya dan berkata kalau dia akan membawa Ashoka kehadapan Kichak. Dia menarik Ashoka pergi. Pria itu memohon lagi. Tapi tak ada yang memperdulikannya. Ashoka teringat kata-kata Chanakya dan ibunya, “tidak boleh memutuskan sesuatu saat emosi. Tetap tenang dan bersabar.” Ashoka membungkuk untuk mematahkan hidung patung yang ada di sana. Kepala prajurit meminta anak buahnya agar mengawasi Ashoka sementara dia pergi. Ashoka menatap patung dan berkata, “Kichak, akhirmu sudah dekat!” Pria yang di buntuti Ashoka menatapnya dengan prihatin.
Radhagupta menanyai beberapa orang tentang kapal yang terbakar dalam saat perjalanan ke Takshila, “apakah ada yang selamat?” Seseorang mengatakan tentang seorang anak yang selamat. Radhagupta dengan penasaran bertanya, “berapa umurnya?” Pria itu mengatakan kalau anak itu menyebut dirinya anak nelayan, “dia pergi ke Takshila.” Radhagupta berharap dapat menemui anak itu agar tahu lebih banyak tentang apa yang telah terjadi.
Orang-orang menyadari kalau hidung patung pecah. Mereka menjadi tegang tapi seorang wanita menunjuk bahwa seseorang telah datang untuk mengakhiri kekejaman Kichak, “hari itu tidak jauh lagi ketika dia akan kalah!” Prajurit yang mendengar kata-kata si wanita segera memukulinya. Kata si prajurit, “tak ada tempat untuk pemberontak di sini.” Ashoka merasa bersalah atas apa yang di tanggung orang-orang itu akibat perbuatannya, “aku akan pastikan kalau dia akan membayar semua kesalahannya. DI mana aku akan menemukan dia?”
Bindusara bertanya mengapa DHarma tidak makan dengan benar akhir-akhir ini. Dharma beralasan bahwa negerinya membutuhkan makanan, “lalu bagaimana aku dapat memakannya?” Bindusara berbicara tentang bayi dalam kandungannya, “kau bertanggungjawab atas semua nutrisi yang dia butuhkan.” Dharma bertanya tentang para wanita hamil di Magadha yang tidak mendapat makanan yang cukup? Bindusara menjawab kalau dirinya telah melakukan semua yang dia bisa, “kau kekuatanku. Jika kau mau makan maka aku akan punya kekuatan untuk menghadapai segala masalah.” Lalu Bindusara menyuapi Dharma.
Semua orang berkumpul di halaman. Saudara perempuan Kichak memberinya selamat dan memujinya atas segala yang dia capai hari ini, “kau mempercayaiku ketika tak seorangpun mau percaya.” Dia merasa bangga pada Kichak, “kau telah membuktikan bahwa kita tidak seharusnya meremehkan orang biasa.” Lalu dia mengoleskan tilak di kening Kichak dengan darahnya, “ini akan mengingatkanmu atas semua pengorbananku. Kau akan memastikan kalau Magadha harus membayar untuk darah yang ditumpahkan rakyat kita demi kemakmurannya.” Kichak berkata kalau wilayah mereka akan menjadi luas, “awal dari mimpiku dimulai sekarang.” Dia lalu memerintahkan prajurit agar segera memulai.
Prajurit membawa sejumlah orang yang mereka perlakukan dengan buruk. Mereka telah dituduh sebagai pemberontak. Ashoka ada diantara orang-orang itu. Dia melihat Kichak dan menatapnya dengan penuh rasa percaya diri… Sinopsis Ashoka Samrat episode 238 by Meysha Lestari