Sinopsis Gangaa episode 37 by MeyshaLestari (21 April 2015/18-12-2015). Gangaa melangkah mendekati nenek ketika di minta. Madhvi menanyai anak-anak, “kemana kalian menghilang tanpa memberitahu siapapun? Nenek sangat khawatir.” Nenek menegur Madhvi, “jangan memarahi cucuku, Gangaa yang harus di salahkan. Kau mengajak mereka pergi bersamamu kan? Kemana kau pergi? Dan mengapa? Apa yang kau sembunyikan dalam tasmu?” Nenek merebut tas gangaa ingin melihatnya. Tapi Gangaa berjuang untuk mempertahankannya. Karena saling berebut, seluruh isi tas tumpah ke lantai. Semua orang terkejut melihatnya. Pelayan hendak membantu Gangaa memberesi barang-barang itu. Tapi gangaa melarangnya. Nenek mengambil kesimpulan kalau barang-barang itu adalah milik Gangaa, “ini sare untuk Gaunamu?” Gangaa mengangguk, “bapak yang membelikannya untukku.” Sagar memberitahu nenek kalau bibi Sudha telah menyimpan barang-barang ini dengan palsa, “kenap bibi Sudha menyimpan sesuatu yang bukan miliknya?” Nenek menyuruh Sagar diam.
Nenek duduk di lantai bersama Gangaa, “apakah kau pergi ke asrama untuk mengambil pakaian dan perhiasan ini? Apa perlunya bagimu pergi kesana? kau bisa mengatakannya padaku. Dan aku akan memanggil mereka untuk mengantarkan barang-barangmu dengan segera. barang-barang ini sangat cantik, tapi apa yang akan kau lakukan dengannya? Apakah kau akan memakainya?” Gangaa mengaku kalau dirinya sangat menyukai sare merah, gelang dan semua perhiasan itu, “bapakku yang telah memberikannya untuk ku dengan penuh kasih sayang tapi bibi Sudha merampasnya dariku.” Nenek setuju dengan pendapat gangaa dan akan membiarkan dia memakainya kalau dia tidak suka dengan sare putih. Pelayan terkejut mendengar kata-kata nenek. Tapi nenek melarangnya menyela. Nenek kemudian menatap Gangaa dan berkata, “kau telah menika sekali. Kau harus tahu bahwa seseorang yidak nnoleh mengenakan baju sare ini begitu saja.” Nenek menyuruh Pulkit memanggil becak, “kita akan pergi ke kuil!” Madhvi menjadi tegang. Dia coba bicara pada nenek, tapi nenek tak mau menyahuti. Nenek dan Gangaaa pergi kekuil dengan naik becak. Semua khawatir pada Gangaa.
Mereka mencapai kuil tak lama kemudian. Gangaa ingin tahu mengapa mereka pergi ke kuil. Tapi nenek tidak menjawab dan mengajak Gangaa masuk kedalam kuil. Gangaa terpesona melihat patung Kalima, “kita tidak membawa bunga untuk prasad. Kumohon nenek, katakan apa yang akan kita lakukan di sini?” Nenek bertanya apakah Gangaa tahu dewi siapa ini? Gangaa mengangguk dan tersenyum melihat penampilan cantiknya, pakaiannya dan lain sebagainya. Nenek memberitahu Gangaa kalau dewi wanita yang telah menikah, “kau belum lengkap tanpa tilak. Sekarang katakan padaku apa gunanya berpakaian kalau tidak lengkap? kau harus menambahkan tilak di dahimu kalau kau ingin berdandan dengan benar.” Nenek meminta pendeta memasangkan tilak di kening Gangaa. Tapi pendeta malah tersinggung setelah melihat gangaa seorang janda. Gangaa menanyai pedneta, “kenapa aku tidak boleh pakai tilak?” Pendeta menjawab kalau berdosa bagi seorang janda untuk berdandan dan meletakan tilak di kening. Tilak dewi tidak bisa di letakkan di kening janda.” Gangaa memberi alasan kalau tilak adalah milik dewi Ma, “siapa anda yang berani melarang? Bapakku pernah berkata bahwa semua orang berhak mendapatkan prasad dewi.” Beberapa wanita yang mendengarkan kata-kata Gangaa merasa kalau Gangaa sangat sombong, “kami akan memberinya pelajaran jika dia berasal dari keluarga kami.” Mendengar itu, nenek dan Gangaa saling bertatapan.
Nenek menjelaskan faktanya pada Gangaa, “tuhan menerima siapapun tapi janda tidak akan pernah di izinkan untuk meletakan tilak dewi ma di keningnya. Ini adalah hukuman bagi seorang janda. Kaupun tak ada bedanya.” Gangaa bertanya, “megapa dia menghukumku? Aku tidak menjadi janda atas kemauanku sendiri.” nenek mengatakan kalau itu takdir Gangaa, “kau harus menerimanya. tak seorangpun bisa menentang takdirnya sendiri.” Gangaa menatap nenek dengan wajah sedih. Dia menolak untuk menerima kata-kata nenek, “bapakku sering mengatakan kalau takdir ada di tangan kita sendiri.” Semua orang tertegun mendengar kata-kata Gangaa yang berani. Nenek meminta Gangaa menunjukan takdirnya, “kita tidak bisa merubah apa yang telah tertulis dalam takdir kita. Kita janda dan harus hidup layaknya seorang janda.” Gangaa menjawab kalau itu tidak benar. Nenek mengatakan kalau bapak Gangaa salah, “takdirmu bukan hanya di tangan tapi juga telah di tertulis di keningmu kalau kau janda.” Gangaa menolak. Dia mengosok keningnya dengan penuh semangat agar bisa menghapusnya jika itu benar-benar ada disana. nenek bersikeras kalau Gangaa tidak akan bisa menghapus apa yang telah tertulis untuknya, “kautidak akanbisa melakukan itu..setidaknya di kelahiran ini.” Pendeta dengan kalem mengatakan hal yangs ama pada Gangaa, dia memberi Gangaa bunga dan Prasad, “kautidak bsia mendapatkan tilak.” Nenek menyuruh Gangaa mengambil apa yang di adapat, “pikirkan itu sebagai takdirmu dan menerimanya. Apapun yang terjadi padamu terjadi karena keinginan dewi Ma.” Gangaa masih menolak untuk menerimanya, “bukan dewi Ma yang mengatakan itu padaku, tapi bapak pendeta.” nenek menjadi kesal, “aku, pendeta dan semua orang di dunia ini tidak ada yang baik. Hanya kau dan bapakmu yang tahu segalanya.” Gangaa setuju, “seorang ibu sangat mencintai anaknya. Dia memakaikan pakaian baru pada anak-anak, mendandani mereka, lalu mengapa ibu ini menyuruh anaknya untuk memakai paakaian putih?” Nenek dan semua orang yang mendengar terlihat takjub tak mampu berkata-kata… Sinopsis Gangaa episode 38 by MeyshaLestari