Sinopsis Gangaa episode 116 by Meysha Lestari. Omkar ketahuan belangnya, dia tidak bisa mengelak lagi. Semua bukti dan ada di depan mata. Sudha telah menceritakan semuanya dan Madhvi telah merekam pertemuan Omkar denga para penculik-penculik itu. Merasa sudah terjepit dan tidak bersandiwara lagi, Omkar kemudian mengungkapkan semuanya. Tentang hidupnya yang menderita setelah masuk kedalam keluarga Chaturvedi, “..dalam keluarga Chaturvedi ada hanya kejujuran, prinsip, tradisi. Saat dia mati, apa yang bisa di berikan wanita itu kepadaku? Hanya seorang putri untuk di besarkan dan di nikahkan. Jujur saja aku tidak membutuhkan semua itu..” Niranjan dengan keras berteriak, “hentikan! jangan memaksaku melupakan kebaikan dan tradisiku, sehingga aku harus…” Omkar memotong ucapan Niru, “dengar adik ipar, dengan berteriak kesalahan tidak akan menjadi benar. Kakak mu Suman, tidak pantas menjadi istriku. Dia tidak memberiku kebahagiaan sebagai seorang istri, di justru meninggalkan aku. Dia tidak tahu kedudukannya, tapi dia malah mengajariku. Dan gadis ini… ~ Omkar menunjuk Gangaa ~ dia musuh terbesarku. DIa tidak bisa apa-apa selain mengintip. Lebih baik dia mati saat diaminum obat tidur. Aku tidak perlu menculiknya atau bersandiwara untuk mengeluarkan dia dari neraka hari itu. Akan lebih baik jika hari itu dia mati. Dia hanya menghalangi niatku saja…” Omkar merenggut tubuh Gangaa sambil berkata kalau Gangaalah yang telah menghancurkan semua keinginannya.
Nenek berusaha melepaskan Gangaa dari renggutan Omkar. Omkar tak perduli. Madhvi juga menyuruh omkar melepaskan Gangaa begitu juga Sagar, “paman, lepaskan dia!” Omkar tetap memegang tubuh Gangaa. Melihat itu Sudha maju dan menampar Omkar. Omkar tertegun kaget. Nenek segera menarik tubuh Gangaa menjauhi Omkar. Sudha memarahi Omkar habis-habisan, “kau memang benar-benar manjusia paling jahat!” Sudha merenggut kerah baju Omkar, “ibumu yang melahirkanmu pasti akan merasa sangat malu mempunyai anak sepertimu. Kau bilang kau kasihan padaku kan? Kasihan padaku kau bilang? Kau mau mewarnai kehidupanku? Kau bilang seperti itu padaku! Tapi apa? Apa yang kau lakukan?Meski aku mati aku tidak akan membiarkan kehormatanku ternoda. Kau mengerti? Gara-gara dirimu orang-orang yang sudah tinggal bersamaku mulai menghinaku sekarang.mereka mencurigai kehormatanku…” Lalu Sudhaa dengan kalap memukuli Omkar. Omkar tidak membalas dia hanya tertegun tak percaya. Madhvi segera menarik tubuh Sudah dan memeluknya, “nyonya Sudah… nyonya Sudha.. sudahlah!” Sudha menangis dalam pelukan Madhvi.
Nenek menangis. Semua orang terlihat sedih. Niranjan maju kedepan Omkar dan berteriak, “kau lihat? Semua orangs edih karena perbuatan yang telah kau lakukan! Kaau memang keterrlaluan…!” Nenek memotong cepat, “hentikan Niranjan. Percuma saja kau menghadapi orang seperti dia. Jangan nodai kehormatan kita karena pendosa ini…” nenek menatap Omkar dengan perasaan terlika, marah dan kecewa. Dia berteriak mengusir Omkar, “keluar dari rumahku! Sekarang!” Semua orang tertegun.
Omkar menatap nenek tak percaya. Ketika kesadarannya telah kembali, Omkar berkata pada anaknya, “kau dengar Dristhi? Ibu sudah mengusir kita dari rumah ini. Ayo!” Omkar lalu naik kelantai atas untuk mengambil barang0baranglah. Tak lama kemudian dia turun sambil membawa koper. Dia meraik tangan Dristhi, mengajaknya pergi. Kata Omkar, “ayo Dristhi, kita harus pergi. Kau tidak mendengar omonganku?” Omkar menarik tangan Dristhi. Tapi Dristi melepaskan pegangan Omkar dan berlari kearah Birajan, “tidak, aku tidak mau pergi. Paman aku mau tinggal di sini. AKu tidak mau ikut!” Niranjan segera memeluk Dristhi sambil berkata, “ya. Dia tdiak akan membawamu pergi. Kau akan tinggal dengan kami.” Omkar marah, “bagus sekali aku tidak perlu membawamu sebagai masalah dalam hidupku!” Omkar hendak melangkah pergi tapi nenek berteriak, “tunggu Omkar!”
Omkar menghentikan langkahnya. Nenek menhampiri Omkar dan mengulurkan tangannya, “kembalikan perhiasan menantuku! Karena tertipu kisah palsu aku menyerahkan perhiasan menantuku. Sekarang kembalikan semuanya. Setelah itu pergi kau dari rumahku!” Omkar menatap nenek tak percaya. Tapi kemudian dia membuka kopernya dan mengeluarkan kota perhiasan yang berisi perhiasan Madhvi. Di amenyerahkan kota-kotak itu pada nenek. nenek menerimanya. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Omkar pergi meninggalkan rumah Chaturvedi. Semua orang terlihat lega bercampur sedih.
Omkar sudah pergi. Dristhi yang sedari tadi hanya bsia menangis, bergegas masuk kemara. Madhvi dan nenek mengejarnya, “ada apa ini Dristhi?” Dristhi berkata kalau dirinya akan peri dari rumah Chaturvedi, “bagaimana aku bisa tinggal disini setelah perbuatan ayah tadi? Aku malu…aku malu!” Nenek menenangkan Dristhi, “apa yang kau katakan nak? Kau bilang mau tinggal di sini?” Dristhi menjawab, “karena aku tak mau ikut ayah. Tapi aku tak bisa menghadapi kalian semua ..aku malu.” nenek memeluk Dristhi, “dengarlah sayang, pandang aku! Aku ini nenekmu..tinggallah di sini! Mau kah kau menuruti nenekmu?” Dristhi menangis dalam pelukan nenek dan madhvi. Niranjan datang. Dia memeluk Dristhi dan menghiburnya. Niru berkata kalau mereka semua sangat menyayangi Dristhi. Madhvi menambahkan, “Dristhi sayang, kau bukan orang asing, kau sudah kami anggap sebagai anak sendiri…” Dristhi berkat akalau dirnya malu melihat mereka semua terutama Gangaa.
Gangaa menghampiri Dristhi sambil menangis. Dia meminta Dristhi agar tinggal dan tidak meninggalkan rumah, “semua masalah ini karena aku, jadi kumohon jangan pergi kak!” Airmata meleleh di pipi Gangaa. Melihat itu Dristhi bertanya, “kenapa kau menangis Gangaa?” Gangaa menjawab, “kau juga menangis..” Dristhi lalau mengusap airmatanya dan tersenyum. Dia berkata, “baiklah Gangaa.. kau jangan menagis lagi ya..” Dristi lalu menghapus airmata Gangaa.
Pagi harinya, nenek terbangung oleh teriakan penjual susu. Nenek melihat kelantai di mana Gangaa tidur bersama Sristhi. nenek beruman lirih, “mereka berdua tidur dengan tenang. AKu akan mandi di sungai Gangaa sendirian saja. Nenek kemudian turun dari tempat tidurnya dan mengambil alat mandinya. Dia membuka pintu dan hendak melangkah keluar ketika Gangaa memegang tanganya. Nenek menoleh. Gangaa berkata, “nenek, nenek tidak mau mengajakku lagi ya?” nenek menyahut dengan lembut, “sudah bangun? Semalaman kau bicara, dan mengobrol dengan Dristhi. jadi kupikir kau lelah. Karena itulah aku tidak membangunkanmu.” Gangaa menyela cepat, “jangan buat alasan, nenek. AKu tahu semuanya. Diam-diam nenek mau ke sungai, lalu mengeluh semuanya pada tuhankan? gadis ini tidak mau mendengarkan aku, benar begitukan? nenek tidak bisa membodohi aku.” Nenek menatap gangaa dengan perasaan haru dan geli. Melihat hanya diam menatapnya, Gangaa segera mengambil peralatan mandinya dan mengajak nenek pergi ke sungai gangaa, “ayo nenek, nanti kkita terlambat!” Nenek menyambut, “ayo!” Keduanya lalau pergi.
Niranjan sedang berdandan rapi di kamarnya. Madhvi datang sambil membawa map, “aku taruh arsipnya di tas ya?” Wajah Niru terlihat kutang bergairah. Madvi menatapnya dengan cemas, “kau tidak apa-apa? Setelah kejadian kemarin itu..” Niranjan menghela nafas, “apa yang terjadi bukanlah hal yang baik, Madhvi. Itu sangat buruk. Bahkan seharusnya tidak terjadi. Beruntung kebenaran tentang kakak ipar terungkap di saat yang tepat Madhvi. Aku akan menganggap itu sebagai mimpi buruk dan melupakannya. Ibu pasti merasa sangat sedih saat ini. Dia sangat terpukul dengan perbuatan itu. Dia juga akan mengerti nantinya…” Tiba-tiba telpon berdering. Niru mengangkatnya.
Dari seberang terdengar suara pria mengucapkan salam. Dia adalah MLA. MLA coba untuk mencegah Niru menerima kasus dan menyuruhnya agar memikirkan tentang anak-anaknya. Niru dengan tegas berkata kalau dia bisa mengurus pekerjaan dan anak-anaknya. Niru kemudian menutup telponnya. Madhvi mengingatkan Niu kalau MLA itu menteri, dia bsia berbuat apa saja. “mengapa tak kau lepas saja kasus itu demi keselamatanmu. Aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu!” Niru menenangkan Madhvi dan berkata kalau dirinya baik-baik saja.
MLA mengeluhkan Niru pada Anak buahnya tentang Niru. MLA berkata dia tidak bisa diam saja. Dia akan tunjukan apa yang bisa dia lakukan, “hatri ini, Niranjan Chaturvedi tidak boleh sampai kepengadilan. Ingat satu hal, namaku tidak boleh di sebut apalagi ditempat seperti itu. Pemilihan sudah dekat, jika namaku ternoda, aku bis akalah dalam pemilihan.” Anak buah MLA menyakinkan MLA kalau pekerjaanya akan beres, tidak seorangpun yang akan mengetahuinya.
Niru dan Sagar sedang sarapan dengan di layani Madhvi ketika nenek dan Gangaa kembali dari pemujaan. Sagar seegra menyambut nenek dan menanyakan prasad. Nenek menyuruh Sagar sarapan dulu baru makan prasad. Niru memanggil Gangaa, menyuruhnya bersiap karena dirinya akan mengantarnya kesekolah. Gangaa menolak, “tidak tuah, tuan mengantar Sagar saja, aku akan pergi sendiri ke sekolah.” Niru berkeras kalau dirinya akan mengantar Sagar lalu mengantar gangaa. Gangaa tidak membantah, dia segera pergi untuk bersiap. Pulkit tidak sarapan, Niru menanyakannya. Madhvi menjawab kalau Pulkit diatas dan sebentar lagi akan turun.
Orang suruhan MLA menunggu Niru dalam mobil. Begitu Niru dan anak-anak berangkat, dia membuntuti mobil Niru. Niru mengantar Sagar dulu baru mengantar Gangaa. Dalam pernjalanan, Niru dan Gangaa terlihat sangat akrab seperti ayah dan anak. Mobil anak buah MLA terus membuntuti Niru. Sampai di depan sekolah Gangaa, mobil berhenti. Gangaa turun dan berpamitan. Niru melambaikan tangan pada Gangaa. Gangaa balas melambai dan segera masuk kehalaman sekolah. Mobil yang di kendarai Niru melanjutkan perjalananya di buntuti oleh mobil analk buah MLA.
Di kelas, Bulbul dan teman-temannya melepas mur dan baut di bangku Gangaa. Paman Peon masuk dan menegur anak-abak itu. Bulbul dengan ketus menyuruh paman peon agar tidak ikut campur dan mengurusi pekerjaannya sendiri saja. Paman peon tidak membiarkan hal itu, dia tahu itu bangku gangaa. Seorang anak datang untuk memberitahu paman Peon kalau bu Guwanti memanggilnya. Paman Peon segera pergi bersama anak itu untuk menemui bu Guwanti. tapi di pintu di aberpapasan dengan Gangaa. Paman Peon ingin memberitahu gangaa tentang bangkunya, tapi si anak menyuruhnya bergegas, sehingga paman peon tidak sempan memberitahu Gangaa.
Gangaa masuk kedalam kelas. Bulbul dan gengnya berdiri sambil melirik kearah Gangaa. Gangaa tanpa syah wasangka langsung menuju ke bangkunya. Dia meletakan tasnya lalau duduk. Tapi barus aja dia meletakan pantat, bangku itu langsung rusak. Gangaa terjatuh. Bulbul dan teman-temannya tertawa. Gangaa menatap mereka dengan wajah meringis tipis menahan sakit… Sinopsis Gangaa episode 117 by Meysha lestari