Sinopsis Gangaa episode 154 by Meysha lestari. Sagar dan gangaa pergi ke Ghaat sambil membawa kendi berisi abu ayahnya. Gangaa menuruni tangaa dengan wajah sedih. Sagar mengikutinya dari belakang. Gangaa teringat saat-saat bahagia yang telah dia habiskan bersama ayahnya. AIrmata jatuh di pipinya. Dia membelai kendi itu dan berteriak memanggil ayahnya saat dia teringat kembali kerusuhan yang merenggut nyawa ayahnya. Gangaa menagis tersedu-sedu.
Prabha melihat nenek duduk sambil memikirkan sesuatu. Prabha berbicara dengan keras memuji Niru dan Gangaa, “Gangaa masih muda tapi dia mempertaruhkan hidupnya. Kak Niranjan memenangkan kasus itu karena dia..” Nenek menanyai Prabha, ‘mengapa kau bicara manis hari ini? Aku tahu kau hanya menambahkan garam pada lukaku.” Prabha menyangkal, “bibi, aku hanya mengingatkan bibi. Maksudku, kak Nitu menang kasus itu karena Gangaa. DI atidak akan marah lagi pada gangaa. Sagar selalu mengejar Gangaa. Niu akan membawa Gangaa pulang besok. Dan gangaa akan gentayangan di rumah ini lagi.” Mehri menguping pembicaraan itu lalu mengoda keduanya. Prabha mengusir Mehri dengan menyuruhnya pergi mengambilkan sesuatu untuk dirinya dan nenek. Prabha kembali menghasut nenek untuk menentang Gangaa.
Kata Prabha, “Sagar sudah hilang akal setelah ada Gangaa. Dia selalu bersamanya, mengejarnya. Sagar tidak bisa memikirkan orang lain lagi selain Gangaa. Mereka sudah mempunyai ikatan yang sangat kuat waktu masih kecil, bagaimana kalau mereka dewasa kelak? Apa yang akan di katakan orang?” Nenek terlihat berpikir keras. Semakin di pikir, Nenek semakin terlihat tegang. Prabha bertany tentang Sagar, “apakah dia pergi ke Ghaat bersama Gangaa?” nenek segera menyuruh Madhvi menelpon Pulkiy dan bertanya apakah Sagar bersama Pulkit atau tidak. Prabha dengan tenang menyeruput jusnya.
Gangaa tiba di tangga terakhir Ghaat. Seorang pendenta melihat kendi abu di tangan Gangaa dan bertanya, “kenangan siapa yang kau pegang? Bebaskan dia. Dia sudah tidak bersama kita lagi. Kau harus menuangkan abu itu ke air sungai Gangaa. Dan tidak boleh melakukannya setelah matahari terbenam.” Setelah memberitahu Gangaa, pendeta itupun pergi. Sagar menatap sekeliling. Dia ternampak mertua Gangaa di Ghaat. Sagar jadi cemas, “dia ada di sini juga? Dia akan membawa Gangaa bersamanya kalu dia melihat.” Gangaa hendak menuangkan abu ayahnya ketika Sagar menariknya ketepi. Gangaa protes, “apa yang kau lakukan? Kenap akau menarikku kesini? Matahari sudah hampir tenggelam. Bibi Sudah memberitahu aku kalau tidak bisa menabur abu ayah setelah matahrai terbenam.” Sagar terlihat binggung. Tidak tahu mau menjawab apa. Di aakhirnya membirakan Gangaa melakukan ritualnya. Sagar naik beberapa anak tangga untuk memeriksa mertua Gangaa.
Gangaa hendak menuang abu ayah ke sungai Ganga ketika bayangan ayahnya muncul dan memegang tanganya, “tuangkan mereka kedalan air. Hanya tubuh yang hilang. Apa yang akan kau lakukan dengan abu?” Gangaa berpikir cinta ayah padanya akan lenyap ketika abunya hilang, “ayah akan pergi selamanya.” Ayah menggeleng. Gangaa bertanya, “bagaimana kalau kau tidak datang padaku ketika aku memikirkanmu?” Ayah berkat akalau dirinya akan selalu datang padanya, “tubuh bisa hilang tapi hubungan terikat dengan jiwa dan tidak akan pernah berakhir. Tidak akan berakhir bahkan setelah kematian. Taburkan abu ini. Berikan abu ayahmu ini paa Gangaa maiya.” Gangaa menolak, tapi ayah membantunya melakukan itu. lalu dia lenyap. Gangaa menatap abu yang lenyap terbawa arus air. Sagar bergegas ke samping Gangaa menyurunya cepat-cepat pergi ketika mertua Gangaa memanggilnya, “Gangaa..menantuku!”
Madhvi coba menghubungi Pulkit tapi tidak tidak terjangkau. Nenek menjadi kesal. Madhvi menjadi cemas, “cuaca telah berganti. Aku takut kalau dia jatuh sakit.” nenek berkata kalau Gangaa bukan teman yang baik untuk Sagar tapi kesia-siaan. Dia sedang pergi ke Ghaat dengan masalah itu.” Prabha duduk sangat dekat pada nenek sambil berisik, “bibi benar. Sagar sedang tidak sehat. Tambah lagi dia keluar bersama gadis itu ke Dhaat. Dia telah membuat Sagar menari mengikuti lagunya waktu kecil, apa yang akan terjadi masa depan?” Madhvi menyela Prabha, “mereka masih kecil. Kau mengatakan apa saja.” madhvi kemudian pergi meninggalkan mereka.
Prabha terus mencoba, “bagaimana kalau kak Madhvi salah? Bibi tidak perlu melihat hari itu kalau kak madhvi mau menghentikan mereka sekarang. AKu tidak mengerti mengapa dia tidak bisa melihat itu. Aku bisa melihat bahwa gadis ini akan menjalin hubungan dengan Sagar di masa depan. Aku merasa buruk untukmu. Kau punya kesempatan untuk menlenyapkan masalah itu tapi sia-sia. AKu bertanya-tanya apakah kita bsia melakukannya dalam hidup ini.” nenek menyuruh Prabha berhenti bicara, “ini masalah keluargaku. AKu akan menanganinya sendiri. Pulanglah..” Prabha berranjak pergi. Mehri bertanya pada nenek atas apa yang dia dengar barusan, “gangaa akan pulang?” Nenek memarahi Mehri karena ikut campur.
Gangaa menatap ayah mertuanya. Dia teringat hari naas itu dan reaksinya setelah kerusuhan. Ayah mertua Gangaa berkata kalau dia datang untuk membawa Gangaa oergi denganya, “ikutlah denganku!” Gangaa mundur. Sagar meminta gangaa agar tidak mundur lagi kalau tidak dia akan jatuh. Gangaa mundur lagi dan akan jatuh. Sagar memegang tanganya tepat waktu. Mereka berpegangan tangan. Gangaa menyuruh Sagar memberitahu ayah mertuanya agar pergi, “mengapa dia datang kesini?” Ayah mertua Gangaa berkata kalau dia adalah ayah mertuanya, “aku harus membawamu pulang.” Sagar mengatakan kalau gangaa tidak mau peri dengan dia. Ayah mertua gangaa memarahi Sagar agar tidak ikut campur, “kau telah membohongi aku. Kau menyangkal bahwa kau mengenal dia ketika aku tunjukan fotonya padamu.” Gangaa menatap Sagar dengan heran. Ayah mertua Gangaa menepis tangan Sagar yang mengandeng tangan Gangaa, “dia adalah menantuku. Dia akan pergi bersamaku kerumahnya.” Sinopsis Gangaa episode 155 by Meysha Lestari